webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Tranh châm biếm
Không đủ số lượng người đọc
275 Chs

Hutan

Shea yang melihat sebuah benda yang besar muncul begitu saja sangat terkejut. Sedangkan Yue, walaupun sudah melihat benda apa itu pada dunia saudara perempuannya juga sedikit terkejut, namun setelah Zen menyuruh mereka naik, akhirnya mereka bersiap menaiki benda itu.

"Ini tidak seperti mobilmu yang ada didunia itu Zen?" kata Yue, yang melihat intrior dari mobil Zen.

"Iya, karena aku sendiri yang membuat mobil ini." kata Zen.

Namun tiba – tiba saja, kaca pintu mobil itu diketuk oleh Shea yang saat ini masih berada diluar mobil yang dinaiki oleh Zen dan Yue. Zen perlahan membuka kaca pintunya dan melihat kelinci imut itu menatapnya dengan tatapan emosi.

"Bisakah kalian memberitahukanku cara memasuki benda ini?" kata Shea.

Shea mencoba bertanya bagaimana cara memasuki benda yang dilihatnya itu, namun tidak ada respon dari orang yang berada didalamnya dan membuatnya sedikit emosi, karena dianggap tidak dihiraukan. Lalu akhirnya dia mulai mengetok – ketok kaca yang terdapat Zen didalamnya.

"Ah.. maafkan aku" kata Zen.

Zen lalu keluar kembali, dan menunjukkan cara membuka pintu dari mobil ini. Shea memperhatikan itu dengan takjub, dan akhirnya dia duduk dibangku belakang kemudi. Zen lalu menarik sabuk pengaman dan memasangkan kepada Shea.

"Wah.. benda apa ini Zen-san?" tanya Shea yang saat ini sangat gembira melihat sesuatu yang baru.

"Ini namanya mobil" kata Zen.

"Mobil ya.. lalu benda ini untuk apa, dan mengapa aku harus diikat?" tanya Shea.

"Ini alat transportasi. Dan kamu tidak diikat, namun ini namanya sabuk pengaman, untuk menghindari benturan saat terjadi goncangan pada mobil ini" kata Zen.

Namun pada bagian depan, Yue hanya menatap kesal pada Shea, karena dia menggap Shea sedang mencari perhatian dari Zen. Akhirnya Zen kembali ketempat kemudinya, dan besiap menjalankan kendaraan itu.

"Pakailah sabuk pengamanmu Yue" kata Zen.

Mendengar ini, Yue hanya membuang mukanya, karena menganggap Zen tidak memperhatikannya saat ini. Zen yang mengerti wanitanya itu cemburu, akhirnya membantu Yue untuk memasangkan sabuk pengamannya.

Bisa terlihat senyuman muncul pada bibir mungil Yue, setelah Zen selesai memakaikan sabuk pengamannya.

"Baiklah, mari kita jalan" kata Zen sambil menjalankan mobil tersebut.

Perjalanan mobil itu sangat mulus, dikarenakan Zen membuatnya memang khusus untuk melewati jalan yang terjal. Shea yang merasakan pertama kali naik mobil, sangat senang. Shea terus saja melihat bagian luar dari jendelanya saat ini sambil tersenyum bahagia.

"Ah.. iya. Yue bukalah kotak yang itu" kata Zen sambil menunjukan sebuah kotak.

Yue yang mendengar itu, langsung membuka sebuah kotak dan itu adalah mini bar yang Zen masukan kedalam mobil ini. Didalamnya terdapat beberapa minuman bersoda, dan beberapa bir. Namun bir itu dikhususkan untuk wanitanya yang suka meminumnya kelak.

"Apa itu Zen-san?" tanya Shea yang memperhatikan hal tersebut.

"Berikan dia satu oke" kata Zen kepada Yue.

Yue lalu mengambil sebuah botol minuman bersoda dan memberikannya kepada Shea, sedangkan Yue mengambil satu lalu meminumnya tanpa kesulitan. Shea sendiri saat ini cukup kaget karena botol minuman itu sangat dingin lalu mencoba mengendus botol tersebut, dan bingung bagaimana cara meminumnya.

"Putarlah tutupnya Shea" kata Zen yang melihat Shea kebingungan lewat kaca spion dalam mobilnya, sambil memberikan gestur membuka botol kepada Shea.

Shea perlahan mengikuti hal tersebut. Tindakannya tersebut membuatnya senang, walaupun itu hal sepele namun hal itu membuat Zen tersenyum melihatnya. Shea lalu mencoba merasakan minuman tersebut dan langsung menutup matanya menikmati apa yang dirasakannya itu.

"Ini sangat enak Zen-san" kata Shea yang langsung meneguk habis minumannya.

Yue sendiri saat ini mencoba bersikap santai, untuk menunjukan Shea bahwa itu merupakan hal biasa baginya. Walaupun dia sangat ingin langsung meneguk dan menghabiskan minumannya saat ini.

"Bisakah aku memintanya lagi Zen-san?" tanya Shea.

"Tidak boleh" kata Yue sambil menatap Shea yang berada dibelakangnya.

"Aku bertanya pada Zen-san, bukan kamu Yue-san" balas Shea.

Bisa terlihat sebuah listrik terpancar dari mata mereka berdua saat saling menatap, seakan tidak mau kalah saat ini.

"Sudahlah, kamu bisa mengambilnya lagi Shea" kata Zen.

Namun Yue menatap Zen dengan tatapan tidak suka kepadanya karena tindakannya tersebut. Zen hanya tersenyum melihat itu dan menepuk kepala dari Yue.

"Kamu juga bisa mengambilnya lagi, jika kamu mau" kata Zen.

Yue langsung tersenyum, mendapatkan perlakuan itu dari Zen, namun Shea yang dibelakang hanya tersenyum kecut melihat hal tersebut.

Mereka terus melaju mengikuti arah yang diberitahu oleh Shea, hingga Shea mendengar beberapa suara monster didalam hutan saat mobil yang mereka kendarai tiba didekat hutan tersebut.

"Disana, mereka pasti disana" kata Shea.

Zen semakin menambahkan kecepatan mobilnya mendekati hutan tersebut. Setelah mendekat, Zen akhirnya menghentikan mobilnya dan menyuruh Yue dan Shea juga ikut turun, karena mobil tidak bisa memasuki semakin dalam hutan tersebut dikarenakan tidak mempunyai akses jalan.

"Bersiaplah" kata Zen sambil memasukan mobilnya dan mengeluarkan pedangnya.

Zen, Yue dan Shea mulai memasuki hutan tersebut. Saat sudah semakin dalam mereka melihat banyak monster ditempat ini, seakan sedang mengincar sesuatu. Namun yang membuat Shea ketakutan setelah melihat monster terbang yaitu Wyvern.

"Yue, kamu serang yang diatas, aku akan memusnahkan yang dibawah" kata Zen.

"Baiklah" balas Yue.

Yue sudah mengaktifkan sihirnya sedangkan Zen sudah melesat dengan cepat dan mebantai satu persatu monster yang berada disana. Shea sendiri saat ini tiba – tiba saja berlutut sambil menutup mulutnya setelah melihat kedua orang tersebut.

Suara raungan monster kesakitan memenuhi hutan tersebut, dan akhirnya semua monster yang berada disana, dikalahkan Zen dengan mudah saat ini. Zen lalu menyerap semua status dari monster yang dibunuhnya dan tidak lupa menjualnya.

Lalu Zen mendekat kearah Yue dan Shea berada, namun anehnya sekarang Shea malah menangis sambil berlutut saat ini.

"Kamu mengganggunya lagi Yue?" tanya Zen.

"Aku tidak sekejam itu, lagipula dia sudah seperti ini sejak tadi" balas Yue.

"Shea ada apa denganmu?" tanya Zen.

Namun Shea langsung melompat dan memeluk Zen dan Yue sambil menangis. Tindakan ini membuat Zen dan Yue bingung saat ini.

"Akhirnya aku tidak sendiri. Benar kata ibu, ini bukanlah kutukan" kata Shea.

Zen akhirnya mengerti apa yang dikatakan oleh Shea tersebut, dan mulai menenangkannya. Sedangkan Yue masih mencerna dan mencari tahu sebenarnya apa yang sedang terjadi kepada kelinci labil ini.

"Shea?" terdengar suara panggilan dari arah belakang Zen.

"Ayah!"