webnovel

Zeana

"Ana, bangun sayang! ini udah jam 7 loh. Kamu nanti lambat sekolahnya."

Sudah kelima kalinya Laras, ibu Zeana datang ke kamar putri bungsunya itu untuk membangunkannya. Tapi yah namanya juga Zeana, tidak akan bangun jika mimpinya belum tuntas.

"euuh, iya mah dikit lagi kelar" Zeana bersuara ditengah lenguhannya.

Laras hanya bisa menghela nafas lelah. Hal ini Sudah menjadi pemandangan rutin setiap pagi. Laras meninggalkan Zeana sendirian dikamar dengan mimpinya itu.

Sedikit berkenalan dengan Zeana yuk.

Zeana Pramudita adalah seorang gadis berusia 16 tahun yang sebulan lagi akan berusia 17 tahun. Rambut lurus yang panjang dan lebat membuatnya ingin menjadi duta shampo lain, (eh sorry, Author ulang ). Rambut lurus, kulit putih, badan mungil tak lupa poni depannya menjadi iconik dari seorang Zeana. Jangan kalian pikir dia anak manis dan pendiam, oh salah besar bung. Cerewet dan usil menjadi karakteristiknya. Bahkan terkadang ia selalu memikirkan hal hal diluar nalar manusia.

Zeana sekolah di salah satu sekolah negeri yang ada di Jakarta. Di sekolah ia memiliki dua orang sahabat. Hanum dan Ezra namanya. Mereka bertiga sudah bersahabat sejak kecil, Hanum si kalem, Ezra si bar bar, dan Zeana sipaling diam dan sipaling sholehah katanya. sayangnya itu kata Zeana sendiri, jadi Author iyain aja biar dia senang yekann..

Back to stories..

lima belas menit kemudian, Zeana keluar dari kamarnya dengan seragam putih abu abunya dengan menggendong tas merah terang dipunggungnya. senyum lebar terukir diwajahnya. saking lebarnya, kedua gigi kelincinya pun nampak. Ia berjalan menuju ruang keluarga dimana ia yakin disana sudah ada ibu, ayah, dan kedua kakaknya bersiap untuk sarapan.

saat sudah melihat keluarganya berkumpul ia berhenti sejenak untuk merapikan poninya, merubah raut wajahnya menjadi mode serius, serta menggenggam kedua tangannya didepan. Kemudian ia berjalan layaknya seorang puteri raja.

"Adek cepetan ngapa dah jalannya, buruan sarapan ntar abang telat" kata Dimas, kakak kedua Zeana.

Zeana hanya menanggapi dengan senyum tipis dan anggukan kecil. Setelah sampai, ia duduk dengan pelan, mengambil piring dan nasi pun dengan pelan dengan harapan ia akan terlihat anggun. Semua yang ada dimeja itu memperhatikan tingkah Zeana.

"Wah mimpi kerajaan nih pasti" Celetuk Bagas, kakak pertamanya.

"Pasti sih ini" ucap Bima, Ayahnya.

"Mimpi kerajaan apaan lo? Majapahit?" Tanya Dimas.

Zeana yang melihat tanggapan ayah dan kedua kakaknya pun bertepuk tangan kecil dan kembali ke pengaturan pabrik.

"iih kok bener semua siiih, Ana semalem mimpi jadi ibu ratu. Tapi nggak tau kerajaan apa. Pengen deh jadi ratu beneran" jelas Zeana dengan wajah nyengirnya.

Laras hanya geleng geleng kepala melihat tingkah aneh putri bungsunya itu.

Setelah sarapan, mereka menuju ke kendaraan masing masing untuk mulai beraktivitas. Bima menuju mobil pajeronya untuk berangkat ke kantor, Bagas menuju mobil honda brio nya untuk berangkat ke kantornya yang berbeda dengan kantor ayahnya, sedangkan Dimas dan Zeana mengendarai motor honda beat untuk berangkat ke sekolah mereka. Dimas dan Zeana hanya beda umur satu tahun, Dimas sekarang kelas tiga SMA sedangkan Zeana kelas dua SMA. Mereka berdua belum memiliki mobil karena belum lulus SMA, begitulah alasan Ayah mereka belum membelikan mobil untuk mereka berdua.

"Abang cepetan dong kita udah telat kayaknya. udah jam tujuh lewat tiga puluh menit" Ucap Zeana

"Yaelah bilang aja setengah delapan, segala pake jam tujuh lewat tiga puluh menit" Balas Dimas.

"Ya itu deh pokoknya. Ceffat bang ceffaat" kata Zeana

"Lo bisa diem gak siih? ini juga lambat gara gara lo segala pake peragain jadi puteri raja." balas Dimas

"ah engga, pokoknya ini salah abang nyetirnya lambatt" Zeana tak mau kalah.

ngeeeng ngeeng ngeng ngeng drt..

"Eh mati" Ucap Dimas dengan muka paniknya

"Loh napa bang? motornya wafat??" tanya Zeana

"habis bensin kayaknya. Mana gak ada orang yang jual bensin lagi. Yaudah mau gak mau kita dorong aja"

Mereka berdua pun mendorong motor dengan kecepatan penuh.

Dengan ngosh ngoshan akhirnya mereka tiba di tempat orang yang menjual bensin.

setelahnya mereka melanjutkan perjalanan ke sekolah.

"Perasaan kemaren gue isi deh bensinnya. cepet banget abis. Lo pake kemana dek?" kata Dimas

"Gue pake muter muter bang bareng Hanum sama Eja. Tapi abis itu bensinnya abis, padahal kemarin gue ngisi bensin juga." balas Zeana

"Wah rusak ni motor. lo isi berapa bensinnya kemaren?" Tanya Dimas

"Setengah botol aja bang, soalnya si Eja minta juga. Jadi gue bagi dua aja" Balas Zeana dengan wajah tanpa dosanya.

"goblok lu sumpah goblok lu dek" kata Dimas geregetan.

"he he he" Zeana hanya tertawa garing mendengar umpatan abangnya itu.

Dari jarak 6 meter di depan sekolahnya ia dapat melihat gerbang sekolahnya ditutup.

"Wah Bang udah ditutupin gerbang kita" kata Zeana

"Ya iyalah Goblok, lo liat ini udah jam berapa. Jam delapan kurang lima belas menit" Balas Dimas

"Yah jadi gimana nih. Bakalan di hukum pasti kita"

"Gini aja, motor kita titip sama mang Mamat terus kita masuk lewat pager samping. Bisa kan lo?" Kata Dimas

"Siip deh" Zeana mengacungkan jempolnya.

"Di hari yang cerah ini Mang Mat tampak seperti pangeran dengan jubah putih yang menunggangi seekor kuda. Wahai mang Mat, bolehkah Puteri Ana ini menitipkan sepeda motor kesayangan Puteri Ana?" Ucap Zeana dramastis

Plak, "Awsh" Zeana mengelus kepalanya yang baru saja di pukul oleh Dimas.

"Lama lo bocah, Mang gue nitip motor ya" Ucap Dimas kemudian berlalu setelah melirik sinis adiknya yang tengah menggerutu.

"Kasian si Puteri. Hahaha, udah neng buruan masuk. Neng Ana lambat kan? tenang aja neng. motor neng sama pangeran berjubah putih dengan menunggangi seekor kuda ini bakalan aman. ha ha ha" Balas Mang Mamat dengan tawanya.

"Yaudah mang, Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam, tadi aja dateng kagak salam lu Neng"

"hehehe, maap mang. Daah" Zeana buru buru mengejar abangnya yang lebih dulu pergi ke samping sekolah.

Dengan langkah tanpa suara, Zeana tiba di samping sekolah. Disana sudah ada abangnya yang menunggu dengan tangan dilipat.

"Lama banget sih lo. cepetann!" Gerutu Dimas dengan suara pelan.

" He he he, ya maap bang.Gue duluan ya bang" Ucap Zeana

"Ya iyalah, siapa lagi. Untung sabar gue." Balas Dimas.

Dimas bersiap untuk jongkok. Zeana dengan cepat naik ke pundak Dimas dan sampai di atas pagar. Ia kemudian menunggu Dimas untuk naik. Setelah naik, Dimas turun duluan lalu menyiapkan punggungnya untuk turun Zeana.

Brak

Dimas pikir Zeana akan turus secara kekeluargaan, namun dugaannya salah. Zeana melompat dengan tidak tahu dirinya. Untung saja badannya mungil.

"Abang yang baik, mmuach" setelah menematkan satu kecupan di pipi kanan dimas, Zeana segera berlari menuju kelasnya.

"Kurang ajar bocah. Awhs.. Sakit banget badan gue" Ucap Dimas sambil membersihkan celananya dari kotoran karena sempat terjatuh.

"Dimas"

Suara yang Dimas kenali terdengar memanggilnya saat ia akan melangkah menuju kelasnya. Jantungnya berdebar tubuhnya membeku.