webnovel

Kecelakaan

"Bang, lo lama banget tau g-" Ucapan Zeana berhenti ketika melihat wajah tak bersahabat dari kakaknya.

Dimas melengos begitu saja tanpa melirik ke arah Zeana dengan tatapan tajam.

Zeana membeku ditempat kala melihat ekspresi yang sangat jarang dikeluarkan Dimas.

"Pasti ada apa apa nih" ucap Zeana dalam hati

"Naik" Suara dingin itu keluar dari mulut Dimas setelah ia berhasil naik ke atas motor dan mengenakan helmnya.

Zeana refleks mengangguk lalu berlari kecil ke arah kakaknya.

Sepanjang jalan hanya ada keheningan, Zeana yang biasa cerewet pun takut untuk bersuara saat merasakan aura kakaknya yang negatif seperti aura orang yang mau ngutang, eh.

Motor yang dikendarai pun melaju dengan sangat cepat beda dari biasanya.

Terdapat pertigaan di depan mereka namun Dimas memilih untuk terus.

"Bang" Ucap Zeana sambil menepuk pundah Dimas pelan.

"Bang" Sekali lagi Zeana menepuk pundak Dimas pelan.

"Apasih lo" Balas Dimas tak santai

"Belokannya kelewat bang. Terus terus kan pemakaman umum."

Motor yang di kendarai Dimas dan Zeana pun berhenti mendadak.

"Awhs" Ringis Zeana saat tubuhnya terdorong mendadak.

Tak lama setelahnya mereka putar balik ke pertigaan sebelumnya, kemudan berbelok ke jalan arah rumah mereka.

"Yah gue tau sih lo ingin dekat dengan Tuhan, tapi jangan sekarang lah. Nanggung banget bang lo udah kelas 12 SMA bentar lagi lulus. Tahun depan aja gimana?" Niat Zeana bercanda untuk mencairkan suasana namun tak kunjung mendapat respon dari Dimas.

***

"Assalamualaikum" Ucap Zeana yang baru saja masuk kedalam rumah. Dibelakang Zeana ada Dimas yang hanya diam saja dan langsung melengos ke kamarnya.

"Waalaikumussalam, eh anak mama udah pulang. Mandi terus makan Ana, Dim-" ucapan mama Laras terpotong saat melihat sikap Dimas. Tak biasanya Dimas seperti ini.

Dengan kode mata mama Laras bertanya kepada Zeana seolah olah mengatakan 'Kenapa?'

Zeana yang melihat itupun membalasnya menggunakan ekspresi "tidak tahu"

***

Dikamarnya, Dimas terduduk di belakang pintu dengan kedua tangannya memeluk kakinya. Tatapannya kosong, ingatannya kembali ke tiga tahun lalu.

"Dim, V-vio nggak s-suka s-sama gue. Vio d-dor-ong g-gue " Ucap Renata di nafas terakhirnya setelah terjatuh dari lantai 10 apartemennya.

Ucapan itu terus terngiang ngiang dipikiran Dimas. Sejak saat itu Dimas sangat membenci gadis yang dulu pernah sangat ia kagumi dan cintai, Viola. Dimas menganggap Viola telah membunuh Renata, sahabat Viola sendiri karena rasa cemburu. Mengingat itu sungguh membuat hati Dimas hancur tak tersisa.

"Lo jahat Vio, lo jahat. Gue sayang sama lo tapi lo nggak pernah percaya" ucap Dimas sebelum akhirnya menangis diantara kakinya.

"Hiks hiks hiks, kenapa lo harus muncul lagi sih bangsat" gumam Dimas disela tangisnya.

Dibalik pintu kamar Dimas ada mama Laras dan Zeana yang sedang menempelkan telinga mereka.

Dengan gerakan wajah seolah membentuk kata 'Kenapa?' mama Laras kembali bertanya kepada Zeana.

Zeana hanya mengangkat bahunya seolah berkata 'tidak tahu'.

Tok tok tok "Dim, Dimas" mama Laras mengetok pelan pintu kamar putra keduanya sambil memanggil nama putranya. Setelah beberapa saat memanggil tak ada sahutan dari Dimas akhirnya mama Laras dan Zeana menjauh dari kamar Dimas. Sejujurnya mama Laras khawatir Dimas kenapa-kenapa, namun ia paham bahwa putra keduanya butuh waktu untuk sendiri.

***

Di ruang makan mama Laras menemani si bungsu menghabiskan makanannya.

"Kamu denger nggak tadi abangmu ngomong apa, An?" Tanya mama Laras yang masih penasaran.

Zeana hanya mengangguk ragu menjawab pertanyaan mama Laras.

"Kamu dengernya gimana, An?" tanya mama Laras sekali lagi

Setelah menelan makanan dimulutnya, Zeana menjawab "Ana dengernya gini mam ' mojati momahat gue kenyang makan lo nggak cahaya' gitu mam" Ucap Ana memperagakan apa yang ia dengar.

Mama laras hanya mengangguk angguk mendengar ucapan tak jelas dari putri bungsunya itu.

***

"Buah mangga, buah kedondong"

"Cakeep"

"Belinya di tanah abang"

"Cakep"

"Kalau beli 5 kg kira kira berapaan yak"

bugh bugh

"Aduuh, ngapa si Ja. Dosa lo nabok bidadari kek gue" ucap Zeana sambil mengelus lengan kanannya yang baru saja di pukul oleh Ezra.

"Gue kirain lo lagi pantun, bangsat" Ucap Ezra yang duduk di sebelah kanan Zeana dengan sebelah tangan memegang sebatang rokok.

"Enggak, gue lagi pengin makan mangga sama kedondong nih. Ngidam kayaknya" Zeana mengelus perutnya pelan seperti orang hamil.

"Ebuset gila lo An, skidipapap sama siapa lo. Kok nggak ngajak?" ujar Ezra antusias

Plak

"Lambee lambee" Zeana menampar wajah Ezra

"Nggak semua perempuan ngidam tuh hamil ya. Biasanya cewek tuh kalau pms juga sering ngidam. Contohnya aja kalau cewek pms biasanya pengen makan cokelat, pengen makan pedes, pengen makan buah"

"Oo gitu ya" Ezra mengelus elus dagunya dengan raut wajah berpikir. "Kalau lo lagi Pms biasanya ngidam apa An? kayaknya lo sama Hanum gak pernah rewel deh kalau pms. Tapi sih yang gue liat, lo kalo pms galak banget ke gue. Serem anjir" lanjutnya.

"Kalau sekarang sih gue lagi pengen makan mangga sama kedondong sih. Tapi ini hal yang sering banget terjadi kalau gue lagi pms" Zeana mengatakan dengat raut wajah serius

"Apatuh? apatuh?" tanya Ezra penasaran

1... 2... 3...

"Awwsh" teriakan Ezra lolos begitu saja dari bibirnya. "Apa apaan sih lo, An?" Tanya Ezra dengan suara mengeras

"Ya gitu, pengen banget gue mukul orang" Balas Zeana dengan entengnya.

Wajah Ezra berubah cengo, tak habis pikir dengan kelakuan Zeana.

"Duh, Hanum lama banget sih. Tumben banget nggak on time tuh anak" ucap Zeana sambil melihat kanan kirinya.

"Iyanih, tumben banget. Sampe udah mau abis dua batang rokok gue dia nggak muncul muncul" sahun Ezra

"Coba deh gue telfon aja" Ana mengeluarkan benda pipih berwarna pink berlogo apel di gigit dari dalam sling bag Abu abu miliknya. Setelahnya ia segera mencari kontak dengan nama 'Hahaha' lalu menekan tombol panggilan.

"Gimana An?" tanya Ezra setelah beberapa saat.

Zeana menggeleng pelan, "nggak di angkat, Ja" ucap Zeana yang terdengar mulai putus asa. Pasalnya mereka sudah menunggu di taman kompleks sejak dua jam yang lalu. Rencananya mereka bertiga ingin menonton film bersama, namun tak seperti biasanya Hanum tak kunjung datang.

"Atau kita batalin aja, Ja?" tawar Zeana

"Yah jangan dong, rugi ini tiketnya" balas Ezra

"Ya terus gimana? kita juga mungkin udah telat kalau berangkat sekarang. Mana batang idung Hanum belum muncul muncul juga"

"Coba deh An, lo telfon tante Lita. Kali aja Hanum masih di rumah"

"Oiya Ja bener kata lo. bentar" Zeana kembali menghubungi tante Lita, bunda Hanum.

"tut.. tut.. tu Assalamualaikum An, Ada apa ya?" Suara wanita paruh baya terdengar setelah dering ketiga.

"Waalaikumussalam tante, Hanumnya ada Tan?" Tanya Zeana

"Oalah iya, Hanum lagi istirahat An." balas Tante Lita membuat Zeana kebingungan.

"Maaf sebelumnya tan, Hanum ada janji sama Ana sama Eja juga tan" Ucap Zeana

"Loh Hanum nggak bilang ke kalian? dia tadi pulang sekolah kecelakaan di deket rumah An. ini baru aja balik dari Rumah Sakit"

"HAH"

"E buset An, ngapa sii"

"oke tan, Ana sama Eja sekarang otw situ" setelah mengatakan itu Zeana memutuskan sambungan telefonnya.

"Apa An ada apa?" Tanya Ezra penasaran

"Yuk Ja yuk, kita kudu buru buru. Hanum kecelakaan pulang sekolah tadi" ucapan Zeana membuat Ezra ikut kaget. Tanpa pikir panjang kedua remaja itu bergegas menuju rumah Hanum.