webnovel

Anak Baru

"Dimas"

Suara yang Dimas kenali terdengar memanggilnya saat ia akan melangkah menuju kelasnya. Jantungnya berdebar tubuhnya membeku. Tanpa menoleh pun ia tahu siapa pemilik suara itu.

Langkah kaki terdengar berjalan mendekat, dimas berusaha mengontrol gejolak yang ada dalam dirinya.

"Dimas, itu kamu kan?" Pertanyaan itu keluar dari bibir kecil milik seorang wanita berambut pendek yang saat ini berdiri disamping Dimas.

Wajah Dimas yang awalnya terkejut kini berubah menjadi tatapan sinis. Tak ada raut kegembiraan di wajah tampannya, berbanding terbalik dengan ekspresi si wanita.

"Dimas, Syukurlah. Aku nyari kamu kemana mana. aku pindah kesana kemari cuma buat nyari keberadaan kamu." Ucap wanita itu sambil meraih sebelah tangan Dimas.

Dengan sekali hentakkan, Dimas berhasil melepaskan cekalan tangan wanita itu.

"Jangan sok baik lo jadi orang " Ucap Dimas dengan tatapan tajamnya

Hati wanita itu mencelos. Matanya berkaca kaca, dengan sekali kedipan sesuatu berhasil keluar dari matanya.

"D-dim, b-bukan aku Dim" Ucap wanita itu terbata bata.

"Jangan sekali lagi lo muncul di hadapan gue" Ucap Dimas.

Kakinya selangkah lebih maju, kepalanya mendekat ke telinga kiri wanita itu.

"Gue jijik sama lo, Vio" Bisik Dimas yang mampu membuat wanita itu membeku.

Setelah mengatakan itu Dimas melenggang pergi meninggalkan wanita yang bernama Viola itu sendiri. Air mata yang keluar dari matanya semakin deras. Mati matian ia menahan suaranya agar tidak keluar.

Dava, sepupu Viola yang baru saja tiba melihat punggung Viola bergetar. Tanpa diberi tahupun Dava sudah tahu jawabannya.

" Vio " Panggilnya pelan

Dengan cepat Viola menghapus air matanya. Berbalik menghadap Dava dengan senyuman indah dibibirnya. Namun hal itu tidak dapat membohongi Dava karena mata dan hidung Viola masih merah dan sedikit berair.

Dava menghembuskan nafas dengan berat lalu bersuara, " lo di cari kepala sekolah Vio, lo harus lapor dulu "

Viola hanya mengangguk dan berjalan dengan menunduk.

"Angkat kepala lo Vio, tenangin dulu diri lo terus kita ke ruangan kepala sekolah" Ucap Dava membuat Viola kembali menangis.

Melihat itu Dava segera memeluk Viola, " Nangis aja gapapa, jangan ditahan. " Kata kata Dava berhasil membuat Viola menumpahkan segala sedihnya. Rasa rindu yang selama ini Viola simpan terbalaskan dengan perasaan sakit hanya dengan ucapan Dimas.

Setelah dirasa Viola sudah tenang, Dava membawa Viola menuju ruang Kepala sekolah.

***

Zeana berjalan mengendap endap disamping ruang kelasnya. Ia dapat melihat Miss Nisa, guru bahasa inggris sedang mengabsen nama nama siswa dikelasnya.

"Alhamdulillah untung nama gue abjad nya paling akhir"

Setelah mengatakan itu Zeana menyembunyikan tasnya di belakang tempat sampah. Tak lupa Zeana menumpahkan sedikit air minum yang di bawanya kemudia mencipratkan di rok sekolahnya. Senyuman licik tercipta di hibir Zeana sebelum akhirnya mengetok pintu kelas.

Tok tok tok

"Maaf miss, habis dari kamar mandi." ucap Zeana dengan wajah sok polosnya.

Tak ada tanggapan dari miss Nisa, ia hanya melihat Zeana dengan tatapan bingung. Melihat itu Zeana memberanikan diri melangkah menuju bangkunya.

"Stop" Suara miss Nisa menghentikan langkah kaki Zeana.

" Where is your bags? " pertanyaan miss Nisa tak membuat Zeana panik, ia hanya tersenyum miring.

"Tenang miss, ada kok di laci saya" balas Zeana dengan senyumannya.

Zeana kembali melangkahkan kakinya menuju bangkunya dan mengambil tas hitam dari laci mejanya.

Ezra yang duduk di belakang Zeana berusaha mati matian menahan tawanya. Begitu juga dengan Hanum yang duduk disamping bangku Zeana. Kepala Hanum menunduk menahan tawanya.

"yasudah silahkan duduk" ucap miss Nisa

Dengan wajah kemenangannya Zeana berucap "Terimakasih miss" lalu duduk di bangkunya.

"Pffttt parah lo An" Bisik Ezra di belakang Zeana

" Trik and Tips dari princess Zeana agar tak dihukum jika telat" balas Zeana pelan

Hanum hanya mengacungkan jempolnya.

Kring Kring Kring

Bell istirahat pertama berbunyi membuat seluruh siswa di SMA Angkasa berlarian keluar kelas menuju tempat ternyaman mereka. Ada yang ke kantin, ada yang ke perpustakaan, ada yang ke toilet, halaman belakang sekolah dan tempat lainnya yang mampu membuat mereka nyaman. Berbeda dengan tiga sekawan yang saat ini duduk berhadap hadapan di dalam kelas sambil mengeluarkan kotak bekal mereka.

"Wah sedep nih" Ezra membuka kotak bekalnya dan terlihat nasi serta beberapa lauknya.

"Eeh apaan lo An, main comot aja" ucap Ezra tak terima lauknya di ambil.

"Elah pelit amat lo Ja, masih banyak noh jengkolnya" Ucap Hanum

Zeana hanya mengangguk sambil mengunyah.

Ezra memutar bola matanya malas.

Mereka bertiga sudah terbiasa makan di kelas seperti ini. Menurut mereka, kantin terlalu berisik. Belum lagi antrian yang panjang membuat ketiganya memutuskan untuk membawa bekal dari rumah masing masing kemudian bertukar lauk nantinya.

"Eh gue denger ada anak baru ya? Kakak kelas katanya" Tanya Ezra di sela sela makannya.

Hanum mengangguk membenarkan

"Pindahan dari mana emang?" Tanya Zeana

"Entahlah, tapi sih gue denger denger pindahan dari Bandung " Balas Ezra

Hanum hanya mengangguk

"Wah pasti cantik sih itu." Ucap Zeana

Hanum dan Ezra mengangguk secara bersamaan.

"Kompak bener lo berdua. Terus sekarang si akbar masuk di kelas berapa?" Tanya Zeana

"Akbar?" Tanya Hanum

"Siapa si Akbar? Christian Akbar? kan dia di kelas sebelah" Balas Ezra santai

"Bukan, bukan Akbar itu. maksud gue tuh akbar anak baru" Ucap Zeana

"Emang si anak baru itu namanya Akbar ya?" Tanya Hanum kebingungan

"Ah kayaknya bukan deh. Kan anak barunya cewek. Masa iya namanya Akbar" Sambung Ezra

"Astaghfirullah Gusti, sabar An sabar" Zeana mengelus dadanya sendiri..

"Oke gue ralat pertanyaan gue. Jadi gini kawan seperjuangan dan seperbegoan gue, si anak baru itu masuk di kelas berapa? maksud gue tuh akbar singkatan dari anak baru" Ucap Zeana geregetan

"Oh anak baru itu. Entahlah, gue denger sih dia masuk di kelas dua belas IPS satu" Ezra menjawab sambil mengunyah makanannya.

Hanum hanya mengangguk.

"Wah sekelas sama abang gue dong. Ntar kepoin ah"

"Kalau lo dapet info jangan lupa kabarin kita yak" Ucap Ezra sambil tersenyum jahil.

"Mesum lo Ja. Kenalan aja sendiri" Kata Zeana

"Gue demen nih yang cakep cakep gini"

Merekapun melanjutkan makan siang mereka dengan beberapa perbincangan.

Waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB. Seluruh siswa siswi SMA Angkasa bergegas untuk pulang ke rumah masing masing.

"Lo berdua mau langsung balik?" tanya Ezra

Hanum hanya mengangguk sambil merapikan tasnya.

"Gue juga kayaknya langsung balik deh, lelah hayati. Lo nggak langsung balik? "Tanya Zeana saat melihat Ezra membuka seragamnya dan memperlihatkan baju basket tim sekolahnya.

"Iya, gue mau latihan dulu bareng anak anak. Bulan depan ada turnamen" Ezra menjawab sambil memasukkan baju seragamnya ke dalam tas.

"Oke, gue duluan ya. kalian berdua hati hati dijalan." Ezra bergegas pergi setelah berpamitan kepada kedua temannya.

"Gue juga duluan ya An, Bokap gue udah didepan" Pamit Hanum setelah menerima pesan dari ayahnya.

"Hati hati dijalan ya Num"