webnovel

Chapter 7

Mobil Tesla berwarna berwarna hitam dengan dua penumpang didalamnya keluar dari parkiran perusahaan Wiraguna Crop. Suasana didalam begitu mencekam.

Kegagalan untuk menikah nyatanya membuat calon pengantin dan juga orang disekitar terlibat luka hati. Berperang dengan perasaan masing-masing.

"Apa kamu juga sedang memikirkan cara lain?" tanya Yhosan tiba-tiba.

Padahal dia sendiri sedang tidak memikirkan apapun, tapi daripada suasana terasa seperti di rumah hantu jadi lebih baik memulai percakapan mengenai rencana mereka saja, pikir Yhosan.

"Huum. Aku sedang memikirkan, bagaimana kalau kiamat datang dan kita masih belum menikah? Kapan lagi akan merasakan kenikmatan duniawi?" tanya Zelin.

Yhosan mengerutkan keningnya. Kenapa tiba-tiba jadi bahas hari kiamat dan kenikmatan duniawi? Padahal yang ada dipikiran laki-laki itu adalah bagaimana cara agar Ziko bisa jatuh cinta pada wanita.

"Kenapa kamu bisa berpikiran begitu?" tanya Yhosan bingung.

"Yos, dunia ini sudah tua dan para pelaku magic juga makin hari makin banyak. Bencana alam terjadi semakin sering, itu artinya kiamat akan segera tiba. Aku takut saja mati dalam keadaan perawan," kata Zelin terus terang.

Perkataan Zelin membuat Yhosan tak habis pikir. Bisa-bisanya wanita yang sudah menjalin kasih tujuh tahun dengannya itu berpikir bukan-bukan.

"Pikiran kamu terlalu jauh, sayang. Sekarang kita fokus saja dengan Bang Ziko." Yhosan sungguh tidak ingin membahas masalah hari akhir dimana sangkakala akan berbunyi.

"Tapi, aku benar-benar tidak ingin mati dalam keadaan perawan," kata Zelin terdengar lirih.

Yhosan semakin dibuat bingung. Belum selesai masalah Ziko tiba-tiba muncul lagi masalah baru. Padahal solusi dari masalah sebelumnya saja belum ditemukan.

"Kamu itu mikirin apaan sih, Zelin? Sudahlah, kita fokus saja dulu pada Bang Ziko." Yhosan mengingatkan tujuan awal mereka lagi.

"Aku hanya takut mati, Apa kamu tidak takut mati, Yos?" tanya Zelin lemah.

"Kenapa setelah pernikahan kami ditunda, Zelin berubah jadi wanita aneh?" tanya Yhosan dalam hatinya sambil fokus pada kemudi

Yhosan melirik jam dipergelangan tangannya. Sudah pukul tiga sore, artinya mereka telah melewatkan makan siang. Laki-laki itu pun berinisiatif untuk membawa Zelin ke restoran langganan mereka.

Mungkin setelah mengisi perut akal Zelin bisa digunakan kembali. Namun, semoga saja ini bukan sebuah pertanda bahwa akan ada seseorang yang dijemput Tuhan kembali kepangkuan-Nya.

"Kamu kenapa gak jawab pertanyaan aku? Kenapa kita lewat jalan ini? Kan, ini bukan jalan pulang, Yos. Apa kamu mau bawa aku ke Psikolog?" Zelin menodong Yhosan dengan beberapa pertanyaan.

"Kita makan dulu, ya. Ini sudah jam tiga sore dan cacing didalam perutku harus mencuri nutrisi untuk bertahan hidup." Yhosan sedikit bergurau agar Zelin terhibur.

Yhosan ingin menenangkan Zelin menyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja. Namun, setelah dia pikir-pikir dirinya tak akan mampu menenangkan kekasihnya itu dalam keadaan perut kosong.

Zelin adalah seorang yang taat beribadah jadi wajar saja jika wanita itu takut mati. Meski Yhosan sadar bahwa ajal akan menjemput kapan saja. Namun, firasatnya mengatakan bahwa mereka akan diberi umur panjang.

Dunia ini terbentang begitu luas dengan jutaan penduduk. Namun, tak satupun dari mereka yang tahu kapan kiamat akan datang. Meski begitu manusia hanya perlu menyiapkan bekal.

"Sepertinya hari ini kita memang sedang tidak sepaham," kata Zelin tidak menggubris gurauan Yhosan.

Zelin sadar akan apa yang dia katakan tadi dan mungkin saja Yhosan akan berpikir bahwa dirinya sudah kebelet ingin enak-enak. Padahal bukan begitu kenyataannya, tapi memang menikah akan menyempurnakan separuh iman. Kalau jodoh sudah didepan mata untuk apa di tunda lagi?

"Kita bukan tidak sedang sepaham. Kita hanya sedang lelah akibat menerima kenyataan yang sama sekali tidak pernah kita pikirkan sebelumnya," kata Yhosan.

Laki-laki yang sedang mengemudi itu kemudian mengulurkan tangan kirinya untuk mengelus pucuk kepala Zelin. Keadaan mereka berdua sedang tidak baik-baik saja.

Ada Zelin dengan kerumitan aturan keluarganya dan ada Yhosan yang harus memikirkan cara menjelaskan pada kedua orang tuanya.

"Demi apa pun, aku benar-benar tidak bisa menerima semua ini! Bukan karena aku sudah ngebet untuk menikah." Zelin menarik napasnya dalam-dalam. Kenyataan hari ini sungguh membuatnya lelah. "Hanya saja aturan ini seperti tidak masuk akal."

"Jangan terlalu dipikirkan! Kita masih punya nanti malam. Bukankah Bang Ziko berjanji untuk membahas ini dengan kedua orang tua kalian?" tanya Yhosan memastikan.

Dia juga butuh jawaban agar bisa segera menjelaskan duduk permasalahan ini pada kedua orang tuanya. Lamaran mewah yang dia persiapkan beberapa waktu lalu ternyata hanya bisa menjadi sebuah pengikat sampai batas waktu yang tidak ditentukan.

Padahal keinginan Yhosan adalah; lamaran itu akan menjadi salah satu step yang akan membawa dirinya dan Zelin ke pelaminan. Namun, ternyata Tuhan memiliki rencana lain untuk kehidupan asmara mereka.

"Mungkin aku akan pergi berlibur dulu ke rumah orang tuannya Mami Tua." Zelin tiba-tiba teringat tentang desa yang dulu sering diceritakan oleh Mami Tuanya.

"Kemana?" tanya Yhosan.

"Desa Suka Hati," jawab Zelin.

"Desa yang diceritakan oleh Papi Arya dulu?" tanya Yhosan memastikan.

"Ya," kata Zelin membenarkan pertanyaan Yhosan. "Oh ya. Bukannya kamu, Papa dan Papi sedang merencanakan pembangunan hotel di pinggir Danau Biru?" lanjutnya bertanya.

"Ya, rencananya bulan depan proyek itu baru akan dilaksanakan," jawab Yhosan.

"Kalau begitu, kita akan cari wanita yang tulus untuk Bang Ziko di sana." Zelin berkata dengan begitu antusias.

Ada satu hal yang dia ingat. Dulu saat mereka berdua diajak Uli – Mami Tua pergi ke Desa Suka Hati, Ziko sering bermain dengan gadis lugu dan mengatakan suatu saat dia akan menikahi gadis itu.

Bisa saja gadis itu adalah orang yang selama ini berada di hati Ziko. Membuatnya tak membuka hati pada wanita lain. Gadis itu memang berbeda dengan gadis lainnya, dia lugu dan pekerja keras serta tidak suka menghamburkan uang.

Namun, pertemuan Zelin dan gadis desa itu sudah sangat lama. Sekarang pasti wajah gadis itu sudah berubah. Bagaimana ia bisa tahu siapa gadis lugu yang dulu disukai Abangnya itu?

"Maksudnya kita jodohkan Bang Ziko dengan seorang gadis desa?" tanya Yhosan keheranan.

Ziko Wiraguna seorang pengusaha kaya memiliki wajah tampan yang nyaris sempurna. Banyak wanita yang menyukainya hanya saja sifatnya terlalu cuek dan sulit didekati orang lain. Bagaimana mungkin seorang laki-laki seperti itu bisa jatuh cinta pada gadis desa, pikir Yhosan.

"Tepat sekali, Sayang. Ternyata kita sepemikiran," ucap Zelin dengan senyum mengembang.

Terserah apa keputusan yang akan diputuskan oleh orang tuanya nanti malam. Intinya Zelin akan pergi ke Desa Suka Hati untuk berlibur dan mencari wanita impian Ziko dahulu.

Sebab dihatinya yang paling dalam, Zelin tahu bahwa hanya wanita itulah yang bisa meluluhkan hati Ziko. Hanya wanita itu yang tidak suka menghamburkan uang dengan percuma. Sungguh semua wanita istimewa dengan kulit hitam manis.