webnovel

Cewek Gatel?

"Gimana? Udah mendingan?"

"Sialan. Uang gue habis buat berobat." Bukannya menjawab pertanyaan Vero, Baron malah mengumpati dirinya sendiri.

Mike ingin sekali menoyor kepala Baron, namun hal itu dia urungkan sebab bisa saja Baron melawannya.

Dia pun hanya menghela napas lantas menasehati, "Udah untung lo tadi menang. Kalau nggak menang, uang lo di ATM terkuras abis gara-gara tangan lo. Lo nggak usah balapan lagi deh besok. Lo mau tangan lo patah dan malah nggak bisa main lagi, hah??"

Kini Baron terdiam seribu bahasa. Benar apa yang dikatakan Mike, dia harus menjaga keutuhan tangannya. Tubuhnya adalah barang yang sangat berharga.

"Ron, Bang, lo lihat deh di bawah!" Vero yang tadi sempat melirik ke arah jendela kamar rumah sakit pun terkejut. Dia memanggil Baron dan Mike untuk memeriksa apa yang terjadi bersamaan.

"Fans lo ada di bawah, Baron!"

"Bang, lo cepetan tenangin mereka sebelum mereka ngamuk masuk ke sini!" suruh Vero pada Mike dan langsung diangguki begitu saja. Lagi-lagi Mike menghela napas, mengapa dia mau saja menjadi alat untuk membantu si Baron? Lalu mengapa juga dia membantu pria itu dengan senang hati? Entahlah, Mike seperti asisten yang tidak dibayar.

Mike akhirnya turun untuk menenangkan para fans Baron. Mereka bahkan membawa spanduk yang bertuliskan 'Semoga cepat sembuh, Our Young Rider'. Sementara Baron yang membacanya dari atas pun bergidik ngeri.

"Kenapa mereka alay banget sih?" desisnya.

"Lo tuh, kayaknya habis ini bakal ada perusahaan yang nawarin kerjaan aktor deh buat lo," ucap Vero yang juga masih mengamati para fans Baron.

Mereka berdua melihat Mike yang sedang menenangkan para fans. Mereka tidak tahu apa yang Mike katakan, sebab tak terdengar dari sana. Namun yang pasti, perkataan Mike makpu membuat mereka berhenti membuat kericuhan.

"Luar biasa bang Mike. Nanti kalau lo jadi artis beneran, dia aja yang jadi manajer lo!"

"Nggak usah ngomong ngelantur deh lo."

~~~

Sementara itu, di dunia nyata, seorang gadis dengan rambut yang diikat kuda tinggi tengah berjalan santai sembari membawa kantong plastik yang berisi dua bungkus nasi goreng dan dua cup minuman dingin.

Dia menatap ponselnya yang menunjukkan pukul sembilan malam. Ya, hari memang sudah mulai sepenuhnya malam. Ariana harus bergegas untuk pulang.

Beruntung letak warung nasi goreng tidak terlalu jauh dari rumahnya. Dia yang hanya mengenakan baju baby doll warna biru muda dengan gambar dolphin itu telah menginjakkan kaki di depan halaman rumahnya.

"Ah, pasti ibu suka. Ini kan nasi goreng kesukaan dia," gumamnya lantas segera membuka pintu rumah.

Namun ternyata...

Tubuh Ariana seolah ditarik oleh magnet. Pintu yang dibukanya malah membentuk lingkaran seperti kala itu. Tubuhnya langsung terbawa lewat portal tersebut dan meninggalkan kantung plastiknya terjatuh di depan rumah begitu saja.

Tiba-tiba saat membuka kedua kelopak matanya, Ariana berdiri di samping pintu dengan masih mengenakan baby doll miliknya sendiri. Ruangan yang bercat warna putih itu penuh dengan bau obat-obatan.

Gadis itu menatap ke sekeliling, dan tak sengaja kedua bola matanya bertemu pandang dengan Baron. Baron memperhatikan Ariana yang tiba-tiba masuk dengan pakaian yang menurutnya menggelikan. Baru kali ini dia melihat Agnes dengan pakaian seperti itu.

Sementara Ariana malah terkejut melihat Baron yang berbaring di atas ranjang seraya mengusap lengan. Dia meneguk ludahnya susah payah. Baron masuk rumah sakit dua kali karena dirinya.

"E-e anu, gue..."

"Sejak kapan lo ada di situ? Lo tau dari mana gue ada di sini?" tanya Baron to the point.

Ariana menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Dia masih berdiri di tempatnya semula, dan sama sekali tak berniat untuk melangkah mendekati Baron.

"I-itu sebenarnya..."

"Oh, pasti Mike. Gue nggak papa. Lo pergi aja dari sini."

Perkataan sinis Baron itu membuat tangan Ariana terkepal kuat. Ternyata dia menciptakan seorang pria yang tak memiliki hati nurani. Dia harus mengganti watak Baron menjadi lebih lunak.

"Oke, gue pergi." Tanpa basa-basi, Ariana pergi melenggang begitu saja.

Dia berkomat-kamit saat berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Baron benar-benar menyebalkan. Jika teman-temannya di dunia nyata tahu mengenai sifat asli Baron seperti ini, mereka pasti akan menarik ucapannya mentah-mentah.

"Wait! Gue kan nggak tahu alamat rumah yang di sini." Ariana tiba-tiba menghentikan langkah dan berbicara seorang diri di Koridor rumah sakit hingga membuat beberapa orang menatapnya aneh.

"Gue harus balik ke Baron dan minta dia buat telfon Mike."

Ariana langsung berlari menuju kamar Baron lagi. Baron yang mendengar pintu terbuka pun menolehkan kepala, dia melihat sosok Ariana dengan napas yang tidak teratur.

"Gue pinjem HP dong. Mau telfon Mike," ucap Ariana seraya menstabilkan napasnya.

Sementara Mike malah mengangkat satu alisnya, "Kalau gue nggak mau gimana?"

Ariana pun berdecak. Sudah dia duga jika respon Baron akan semenyebalkan biasanya.

"Pinjem HP lo, atau gue sebar berita kalau lo masuk ke rumah sakit karena digebukin sama abang gue!"

Ancaman itu tak membuat Baron takut. Dia malah menyeringai lalu bangkit dari ranjang empuknya. Dia mendekat ke arah Ariana. Hingga semakin dekat, jarak hampir mengikis keduanya.

"Gue nggak takut sama ancaman lo! Dasar cewek gatel," ucap Baron membuat Ariana membulatkan mata lebar.

"Apa lo bilang?!? Gatel?!?"

Ariana melayangkan sebuah jurus menyakitkan. Dia menggigit tangan Baron yang kiri hingga menimbulkan sebuah bercak. Baron yang terkejut tak sanggup menghindar. Dia malah berteriak kesakitan dan memanggil suster untuk membawa Ariana keluar dari ruang rawatnya.

"Suster! Sus! Tolong! Ada orang gila masuk kamar saya!"

~~~

Di sepanjang perjalanan, Ariana tak henti-hentinya mengumpati Baron dan portal sialan itu. Ariana bahkan tak bisa menikmati lezatnya nasi goreng bersama ibunya. Mengingat nasi goreng, bunyi di perut Ariana pun terdengar. Dia sangat lapar saat ini.

Terangnya lampu di sepanjang jalan, disertai dengan banyaknya toko yang terpampang, membuat Ariana tidak takut jika berjalan sendirian. Ariana berjalan tanpa arah, dia tak tahu kemana arah dan tujuannya. Dia hanya berjalan saja, dari pada menunggu Baron yang pasti tak akan pernah mau membantunya.

"Emang seburuk apa sih Agnes dulu? Sampai-sampai Baron ngatain dia cewek gatel?" tanya Ariana pada dirinya sendiri.

Saat itu langkah Ariana terhenti. Dia melihat ada seorang pria yang melambaikan tangan ke arahnya. Ariana menatap kiri kanan, untuk memastikan bahwa lambaian tangan tersebut bukan untuk dirinya. Namun nyatanya, tak ada seorang pun selain dirinya yang berdiri mematung sendirian.

"Agnes!" panggilnya.

Pria itu berlari menuju ke arah dimana Ariana berada. Dia tersenyum manis dan menetapkan pandangannya ke arah Ariana seorang.

"Nes, lo ngapain di sini? Terus baju lo..."

Demi Tuhan, Ariana sama sekali tidak mengenal siapa pria di depannya. Dari postur tubuhnya, pria itu hampir setinggi Mike. Rambutnya hitam pekat dan hidungnya lumayan mancung.

"Lo..." Ariana tak sempat melanjutkan ucapannya. Pria itu lebih dulu memeluknya erat, dan hal itu membuat Ariana membulatkan kedua bola matanya sempurna sebab terkejut.

"Gue khawatir banget sama lo, Nes. Lo dimana aja selama ini? Gue nggak bisa nemuin lo. Seminggu kemarin lo kemana?"