webnovel

1. Isekai ?

   "Hah..., Akhirnya selesai juga"

Saat ini, aku sedang beristirahat di atas tempat tidurku. Oh, dan perkenalkan, namaku adalah Ardi Winarta. Hari ini adalah hari yang sangat menyibukkan, hari dimana aku harus mengantar banyak berkas lamaran ke perusahaan-perusahaan yang memerlukan tenaga kerja lulusan anak SMA.

Yup, aku baru saja lulus dari salah satu SMA di Pontianak, Kalimantan barat. Saat ini aku berumur 18 tahun, dan aku ingin mempunyai pekerjaan agar dapat mengisi dompetku yang tipis ini.

Dan aku ngekos di salah satu kos-kosan kecil yang ada di tengah kota.

   "Sepertinya aku harus tidur sebentar, baru aku melanjutkan mencari lowongan pekerjaan yang baru"

Aku harus dapat pekerjaan, secepatnya. Dalam waktu yang singkat, aku pun tertidur dengan masih menggunakan celana kain panjang yang berwarna hitam, dan menggunakan kemeja putih berlengan panjang tanpa dasi. Dan tak lupa sepatu yang masih menempel di kakiku.

*Zwungngng.....zwut!

***

   "Selamat datang wahai kesepuluh pahla-"

Gubrak !

Suara besar itu berasal tepat di bawah tengah lingkaran sihir yang berwarna hijau dan biru.

   "Auch. Apa yang ter..ja- wah ! Siapa kalian"

Aku terbangun di tengah-tengah orang ramai.

Ada sekitar sebelas orang ada di dekatku, sepuluh orang menggunakan jas sekolah, dan satu orang yang menggunakan pakaian serba putih.

   "Ya-yang ke sebelas ?"

Mereka menatapku dengan mata yang penuh tanda tanya. Sebenarnya, apa maksud dari semuanya ini?

   "Sebenarnya, kami ini ada di mana ?" Seorang pria bertubuh besar berbicara dengan nada yang berat.

   "B-baiklah, akan saya ulangi. Selamat datang kesepuluh pahlawan yang terpilih. Perkenalkan, aku Ernald, adalah pemimpin gereja agung ini"

Orang yang menggunakan pakaian serba putih ini membentangkan kedua tangannya.

   "Apakah, ini... ?"

   "Jangan bilang kalau ini...."

   "I-i-is-isekai !!"

Seluruh orang yang ada di sini terlihat sangat bahagia. Itu terlihat dari raut wajah mereka.

Tapi aku sendiri masih belum sadar akan situasi ini. Apa yang dimaksud mereka dengan isek- ?..?...

   "Isekai !" Aku berteriak dengan kuat, aku tidak tau kenapa aku melakukan itu.

   "Sepertinya begitu"

Seorang laki-laki berbicara denganku.

   "Kalau boleh tau, siapa nama kalian, wahai para pahlawan"

Satu persatu persatu dari mereka terus memperkenalkan diri mereka.

Oh, di sini terdapat enam laki-laki dan empat perempuan. Jumlah mereka pas sepuluh orang, hmm-tunggu, bukankah tadi Ernald bilang sepuluh ? Bukannya kalau di tambah aku jumlahnya menjadi sebelas ?

Owh, sepertinya aku sedikit paham dengan situasi di sini. Aku adalah pahlawan yang ke-

   "Bagaimana dengan anda, tuan yang kesebelas ?"

Ernald memandangku dengan tatapan sedikit berbeda saat dia menatap yang lainnya. Tatapannya kepadaku terlihat sedikit tidak ikhlas.

Namun, dengan spontan aku menjawab pertanyaan dari Ernald.

  "E-ehm. Perkenalkan, namaku adalah Ardi" apa aku harus menyebutkan asalku juga ?.

   "Baiklah semuanya, sepertinya kalian lebih tenang daripada apa yang aku perkirakan. Sepertinya, aku hanya perlu menjelaskan intinya saja ya. Ayo ikuti aku"

Ernald berbalik dan berjalan dengan pelan. Sembari berjalan, dia menjelaskan semuanya dengan panjang lebar. Intinya kami sedang berada di gereja terbesar di dunia yang terletak di gunung tertinggi di dunia (ini), disini juga mencetak para pejuang-pejuang tangguh yang akan menjadi prajurit elit di setiap kerajaannya.

Di dunia terdiri dari lima kerajaan besar, kerajaan Singa yang dijuluki kerajaan terkuat selama beberapa abad ini. Kerajaan Ganma, yang terkenal akan satuan pasukan rahasianya. Kerajaan Gadhar, sebuah kerajaan yang mendapat julukan sebagai negara maju, karena teknologinya. Kerajaan Zikna, kerjaan yang terkenal akan kepeduliannya terhadap kemakmuran rakyatnya. Sedangkan yang terakhir ada kerajaan Zimba, kerajaan yang terkenal akan kesadisannya.

   "Dahulu kala, ada sekelompok orang hebat yang terpilih menjadi pahlawan. Mereka adalah sekelompok orang yang mau mengorbankan nyawanya demi menyegel raja iblis. Namun..."

Ernald menghentikan ucapan beserta langkahnya, melihat itu kami juga melakukan hal yang sama. Ernald menundukkan kepalanya secara perlahan dengan aura yang suram.

   "Ernald-sama, apa kau baik-baik saja ?"

Seorang wanita berambut pink panjang terlihat mengkhawatirkannya. Kalau tidak salah namya Cyli Tanako.

Mendengar itu, Ernald langsung mengangkat wajahnya dan segera mengusap wajahnya berulang kali. Aura sedih dan menyesal keluar dari setiap tetesan air matanya yang mengalir dari pipi ke dagu Ernald.

"Maafkan aku semuanya"

"Tidak apa-apa, silahkan lanjutkan kapanpun kau mau Ernald-sama"

Tunggu dulu, 'sama' ?. Sepertinya aku pernah dengar kalimat ini. Di mana ya..? Pokoknya kalimat ini sangat tidak asing di telingaku.

Ernald pun melanjutkan ucapannya dengan berat hati.

"Namun, kelompok itu telah tiada"

Setelah mendengar perkataan itu orang di sekitarku pun menjadi ricuh.

"Kapan itu terjadi ? Apa yang menyebabkan mereka mati ? Bisakah anda menjelaskannya lebih rinci lagi ?"

Sekelompok pahlawan yang sudah meninggal ? Pemanggilan ? Dan terlebih lagi dia  tadi menggunakan kalimat 'dahulu kala'. Bukankah sudah jelas, kalau kejadian itu sudah lama terjadi. Plot seperti ini sudah sangat sering di gunakan di anime dan mang-

Aku ingat !. Kalimat 'sama' barusan biasanya di pakai oleh orang Jepang.

Apakah perempuan ini berasal dari Jepang, tidak, tidak hanya dia. Ada satu perempuan lagi yang menggunakan almamater biru beserta lambang sekolah sama dengan dengan yang digunakan oleh Cyli, dan di dekatnya ada empat laki-laki yang juga menggunakan almamater yang hampir sama, cuman berbeda warna dan lambang sekolahya saja. Yang laki-laki menggunakan almamter berwarna hijau.

Dan sisanya sama-sama menggunakan almamater, namun dengan warna abu-abu tanpa lambang sekolah di dada kiri mereka. Sepertinya mereka berempat bukan dari Jepang.

Sedikit banyaknya, aku tau tentang negara Jepang. Itu semua karena aku adalah orang yang suka akan anime dan komik (manga) yang berasal dari sana.

Lanjutan cerita Ernald membuatku terbangun dari alam fikirku.

   "Mereka telah melakukan yang terbaik yang mereka bisa. Namun, dewi keberuntungan belum berpihak kepada kami. Salah satu seorang pahlawan meninggal dalam proses penyegelan raja iblis, sehingga membuat cacat di saat penyegelannya"

   "Tunggu dulu tuan, saya memiliki pertanyaan"  Seorang laki-laki beramput pirang rapi menganggkat tangannya.

   "Ya, silahkan tuan, Briant"  Ernald sedikit melirik Briant dengan tatapan penasaran.

Briant lalu mennyentuh dagunya, seolah berfikir dengan keras.

   "Untuk pertama-tama, kapan itu semua terjadi ?"

Ernald dengan ringan menjawab "Itu sudah terjadi sekitar 398 tahun yang lalu"

Dengan cepat Briant menjawab "Hmm, kalau kami di panggil untuk menjadi pahlawan. Maka kebangkitan sang Mao (Raja iblis) itu tidak akan lama lagi bukan ?"

Ernald sedikit tersentak mendengar ucapan Briant.

Benar juga, jika dalam suatu cerita anime. Maka tidak lama setelah pemanggilan pahlawan, maka itu menandakan bahwa Mao akan segera bangkit.

   "Benar. Kebangkitan sang Mao tidak akan lama lagi, maka dari itu kami segera harus memanggil pahlawan baru. Apakah masih ada yang ingin kalian tanyakan"

Semuanya terlihat sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing. Sementara aku ? aku malah fokus terhadap jalan yang kami ambil. Kami berjalan di lorong yang terbuat dari susunan batu. Pemandangan ini mirip sekali dengan apa yang ada di gambaran anime dan manga-manga yang aku baca {menakjubkan}. Dan di setiap lorong di beri batu selebar telapak tangan, batu tipis itulah sumber cahaya satu-satunya di lorong ini.

Lalu seseorang berambut hijau dengan kacamata yang menghiasi wajahnya mengangkat suaranya. "Bukankah tuan Ernald bilang kalau pas dalam proses penyegelan ada satu pahlawan yang meninggal. Seberapa besarkah pengaruh itu terhadap hasil dari penyegelan ?"

Setelah mengatakan apayang dia pikirkan, pria ber-almamater abu-abu itupun sedikit melirik orang-orang di sekitarnya. Setelah meraba seluruh ekspresi mereka dengan matanya, dia sadar kalau beberapa orang juga memikirkan hal yang sama dengannya.

"Pertanyaan yang luar biasa Tuan Zen. Pada biasanya, para pahlawan dapat menyegel Mao selama 1000 tahun. Dan kalian juga harus mengingat ini, bahwa semakin sering dia melawan pahlawan utusan kami, semakin kuat juga dia di setiap kemunculannya"

Mendengar itu, aku langsung menatap wajah Ernald. Sadar akan tatapanku, Ernald langsung melirik kecil kepadaku.

Aku yang sadar dengan ketidak nyamanan dalam lirikannya langsung mengangkat tangan.

"Ya, ada apa tuan Ardi ?" 

'Semakin sering dia (mao)  melawan utusan kami, semakin kuat juga dia di setiap kemunculannya" katanya bukan ? Kalau begitu,...

"Ernald-sama, kalau boleh tau. Sudah berapa kelompok pahlawan yang telah kalian panggil selama ini ?"

"Maafkan saya Ardi-sama, saya tidak yakin dapat menjawab pertanyaan itu.." Tatapan Ernald semakin tidak nyaman terhadapku.

"...apa ada per-"

Sebelum Ernald menyelesaikan ucapannya, aku kembali mengangkat tanganku. 

"Kalau begitu,  aku ingin mengganti pertanyaanku"

"Silahkan tuan"

"Saat munculnya mao untuk pertamakalinya, seberapa besarkah kerusakan yang dia timbulkan ?"

Ernald terlihat berfikir dengan keras. Kemudian, dia menjawab dengan sedikit ragu.

"Setauku, mao dapat menghancurkan sebuah kerajaan besar dengan seluruh pasukannya"

Se-sebuah kerajaan besar, yang benar saja. Bukankah itu sangat tidak masuk akal. Terutama, Ernald mengatakan 'dengan seluruh pasukannya', itu sangatlah lemah untuk ukuran 'raja iblis'.

"Tuan Ernald, ini mungkin sedikit terlambat menanyakan ini. Tapi, kemana kita akan pergi"

Mendengar itu, raut wajah Ernald terlihat mencurigai sesuatu langsung menjadi cerah.

"Kalian akan tau saat kalian sampai ke ujung lorong ini"

Issekai, pahlawan, da..n mao. Sepertinya aku tau apa yang akan selanjutnya terjadi. Yaitu-

Sebuah gerbang besar di ujung lorong ini menyita perhatian kami semua. Gerbang itu di lengkapi dengan pahatan yang sangat sangat indah. Sepertinya itu adalah kesepuluh pahlawan terdahulu. Disana terlihat , sepuluh orang yang terdiri dengan 5 laki-laki dan 5 perempuan sedang berlutut memberi hormat kapada seorang raja yang duduk di singgasananya. Kesepuluh orang itu berlutut dengan dalam. Dan di belakang mereka terdapat berbagai macam senjata. Seperti pedang, panah, tombak, tongkat sihir, toya (tongkat), dagger (belati), perisai, ghauntlet (sarung tangan besi), sepatu, dan sebuah perisai bergerigi yang sedikit lonjong.

"Ini adalah ruangan suci..."  seiring ucapan Ernald, gerbang besar itupun terbuka secara perlahan, dan memancarkan sinar yang sangat terang.

"...ruangan dimana tempat penyimpanan senjata-senjata suci pahlawan terdahulu"

Mendengar itu, seluruh mata kami membesar secara bersamaan melihat ke arah dalam ruangan tersebut.

Note: mohon maaf jika chapter ini sedikit membingungkan, sebenarnya itu karena.... Mau tau alasannya ? Makanya, tetap baca ini terus ya. See you again.

*Dibalik dapan layar hp, hohoho~ sebenarnya itu hanyalah alasanku saja, karena aku males membetulin ni chapter.

MARerocreators' thoughts