webnovel

Penemuan yang Tak Terduga

Aku selalu menganggap diriku lebih sebagai pendengar daripada pembicara. Pagi itu, suara-suara langkah kaki dan suara kota Tokyo yang selalu ramai terasa seperti musik latar yang menenangkan saat aku berjalan menuju situs konstruksi baru di Chiyoda. Sebagai pustakawan, tugas ku biasanya terbatas di antara rak-rak buku yang nyaman dan sunyi di perpustakaan nasional. Namun, hari ini berbeda.

"Midori Sato?" seorang pria bertanya saat aku mendekati pintu masuk situs. Dia memakai helm kuning dan rompi reflektif yang mencolok. "Aku Koji Tanaka, manajer proyek di sini. Terima kasih telah datang dengan cepat."

"Tentu saja, Pak Tanaka," sahut ku, menjabat tangannya yang kasar. "Aku mendengar temuanmu cukup menarik."

Tanaka-san memimpin ku melewati serangkaian pagar sementara dan bawah tanah, di mana suhu turun beberapa derajat. Kami berhenti di depan pintu kayu tua yang sepertinya tidak sesuai dengan teknologi modern yang melingkupinya.

"Inilah yang kami temukan ketika kami menggali fondasi untuk gedung baru," jelasnya, sambil menerangi lampu senter ke sebuah ruangan yang penuh dengan rak buku tua dan gulungan kertas yang tersebar di lantai batu.

Hatiku berdebar. Di sinilah sejarah tersembunyi, menunggu untuk ditemukan kembali, mungkin berisi rahasia yang telah lama terkubur. Aku mengambil salah satu gulungan dengan hati-hati, debu menari di udara saat aku membukanya. Huruf-hurufnya kuno, namun aku bisa membacanya; latihan bertahun-tahun telah mempersiapkan ku untuk saat ini.

"Segera setelah kau membacanya, hujan mulai turun dari langit yang cerah, dan gempa kecil mengguncang tanah kami," kata Tanaka-san, suaranya rendah dan serius. "Apakah itu kebetulan, atau...?"

Aku menelusuri baris-baris dengan jari ku, kata-kata menari di depan mata ku: "Ketika langit terbelah dan bumi bergemuruh, mereka yang terjaga akan mendapati dunia mereka terbalik..."

Saat itu, lampu senter Tanaka-san berkedip dan ruangan menjadi gelap. Detak jantung ku memenuhi keheningan. Aku tahu, dengan segala sesuatu di dalam ku, bahwa hidup ku tidak, kami semua di Tokyo mungkin tidak akan pernah sama lagi. Cerita yang belum selesai ini membutuhkan penulisnya, dan entah bagaimana, aku merasa telah terpilih untuk mengungkap misteri ini.

Kegelapan menyelimuti ruangan, hanya diselingi oleh suara gema langkah kaki Tanaka-san yang menjauh. Aku meraba-raba mencari lampu senter, tapi yang kutemukan adalah gulungan yang masih tergenggam di tangan ku. Di bawah sentuhan jari-jariku, gulungan itu seolah hidup, mengeluarkan cahaya biru lembut yang memenuhi ruangan. Aku menatapnya, terpaku.

Sebuah teks baru muncul di atas permukaan gulungan, tidak seperti huruf kuno yang sebelumnya ku baca. Kata-kata itu jelas, dan terasa seperti ditujukan langsung kepadaku.

[Sistem Aktif: Selamat Datang, Midori Sato]

[Misi Pertama: Selamatkan orang yang akan terjatuh dari tangga di stasiun Ueno. Waktu tersisa: 2 jam]

[Hadiah: 10 Poin Wawasan, Akses ke Bab Berikutnya]

Aku berkedip, tidak percaya. Apakah ini semacam lelucon? Atau mungkinkah gulungan ini memang memiliki kekuatan yang tidak wajar?

"Sistem apa ini?" gumam ku, tapi tidak ada jawaban selain bisikan angin di ruangan bawah tanah yang sepi.

Memutuskan untuk menguji realitas teks misterius itu, aku bergegas keluar dari ruangan dan menuju stasiun Ueno. Di benak ku, masih ada keraguan, tapi rasa ingin tahu ku lebih kuat. Sesampainya di stasiun, aku berdiri di tempat yang bisa memungkinkan ku melihat hampir seluruh area.

Tak lama kemudian, suasana mulai tegang saat kulihat seorang pria tua yang tidak stabil berjalan mendekati ujung tangga. Detik-detik berlalu lambat saat dia semakin mendekat pada bahaya yang tampaknya tak terelakkan.

Tanpa berpikir lagi, aku melompat ke depan, menjangkau lengan pria itu tepat sebelum kakinya tersandung. Kami berdua terhuyung, tapi aku berhasil menstabilkan kami berdua.

"Terima kasih, Nak," ucap pria itu dengan napas terengah-engah. "Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kamu tidak ada di sini."

Hatiku masih berdebar saat aku kembali memeriksa gulungan itu. Kata-kata baru muncul di atas permukaan yang masih memancarkan cahaya biru:

[Misi Selesai: +10 Poin Wawasan]

[Akses diberikan: Bab Berikutnya dari Gulungan]

Setelah menyelamatkan pria tua itu di stasiun Ueno, aku masih berdiri di sana untuk beberapa menit, mengatur napas dan mencoba memproses kejadian yang baru saja terjadi. Gulungan di tangan ku berhenti memancarkan cahaya biru, kembali menjadi selembar kertas biasa. Tapi kata-kata terakhir dari sistem masih terpatri di benak ku. Apakah aku benar-benar telah terikat dalam sebuah permainan misterius yang mengatur nasib orang-orang di sekitarku?

Aku memutuskan untuk kembali ke perpustakaan. Aku perlu memahami lebih dalam tentang gulungan ini dan sistem yang kini tampaknya mengendalikan sebagian dari hidupku. Seluruh perjalanan pulang, pikiran ku dipenuhi dengan pertanyaan. Apa sebenarnya sistem ini? Dari mana asalnya? Dan mengapa aku?

Sesampainya di perpustakaan, aku mengurung diri di ruang kerja ku, menarik gulungan dan buku-buku kuno tentang mitologi Jepang dan teks-teks kuno. Aku memeriksa setiap halaman yang mungkin memberi petunjuk tentang apa yang sedang terjadi.

Jam berlalu dan aku tenggelam dalam teks-teks tersebut. Saat matahari mulai tenggelam, dan cahaya jingga menyelinap melalui jendela, aku menemukan referensi tentang 'Gulungan Takdir', sebuah artefak legendaris yang dikatakan dapat mengubah realitas bagi pembacanya. Tetapi tidak ada yang menunjukkan adanya sistem atau permainan yang terkait.

Ponsel ku berdering, menginterupsi riset ku. Tanaka-san di ujung sana, suaranya terdengar tegang.

"Midori, kamu harus kembali ke situs. Kami menemukan sesuatu lagi. Sesuatu yang... Aku pikir kamu harus melihat sendiri."

Tanpa membuang waktu, aku berangkat kembali ke situs konstruksi. Ketika aku tiba, malam telah sepenuhnya menyelimuti kota. Tanaka-san menyambut ku dengan lampu senter dan kami bergegas menuju ke ruang bawah tanah tempat aku pertama kali menemukan gulungan itu.

Di sana, di antara debu dan reruntuhan, sebuah panel kayu di lantai menarik perhatian kami. Tanaka-san dan aku bekerja bersama, mengangkat panel tersebut, mengungkapkan sebuah kotak kuno tertanam di dalam tanah. Dengan hati-hati, kami membukanya.

Di dalamnya, terdapat sebuah perangkat yang terlihat seperti campuran antara kuno dan modern, dengan layar yang tiba-tiba menyala ketika aku menyentuhnya.

[Selamat datang kembali, Midori Sato]

[Misi kedua: Temukan kunci dari Kotak Pandora sebelum fajar]

Napas ku tercekat. Fajar hanya beberapa jam lagi, dan aku tidak memiliki petunjuk apa pun selain nama yang legendaris: Kotak Pandora.

Setiap detik penting. Tanpa menunda, aku mulai pencarian ku di dalam ruang arsip situs, berharap menemukan lebih banyak petunjuk tentang kotak misterius ini dan bagaimana aku bisa memecahkan misi ini sebelum waktu habis.

Permainan ini, tampaknya, baru saja dimulai.

Malam itu, semakin larut, dan bayang-bayang dari sisa-sisa hari semakin memudar, menambah urgensi pencarian ku. Dengan lampu senter yang berpendar lemah di tangan ku, aku membongkar tumpukan dokumen dan artefak yang belum sempat diteliti oleh tim arkeologi. Dalam benak ku, sistem yang misterius ini tampaknya memilih ku untuk alasan yang belum bisa ku pahami sepenuhnya.

Kotak Pandora, menurut mitos yang ku tahu, adalah kotak yang berisi semua kejahatan dunia keserakahan, sakit, penderitaan tapi juga harapan. Mengapa sistem ingin aku mencari 'kunci' untuk kotak legendaris itu? Apakah ini metafora, atau apakah aku benar-benar mencari kunci fisik?

Tanaka-san, yang hingga saat itu terus membantu ku, tampaknya juga merasakan berat tugas ini. "Midori, mungkin ini terkait dengan apa yang kita temukan di sini," ujarnya, menunjuk ke arah kotak yang baru saja kami buka. Di dalam kotak itu, selain perangkat yang aktif itu, ada pula serpihan-serpihan kayu dan logam yang tampaknya merupakan bagian dari artefak lain.

"Sistem tidak memberiku banyak waktu," ucap ku, sambil memeriksa layar perangkat. Di sana, sebuah timer berjalan mundur dengan cepat. Sisa waktu: 3 jam.

Ku geser fokus ku ke dokumen-dokumen di sekitar ku. Di antara lembaran-lembaran itu, aku menemukan sebuah fragmen yang tampaknya jauh lebih tua dari yang lain, bertuliskan beberapa baris dalam kanji kuno yang sulit ku baca. Dengan bantuan aplikasi penerjemah di ponsel ku, kata demi kata mulai membentuk kalimat yang lain.

"Kunci dari malapetaka tersembunyi dalam cahaya carilah di bawah bayangan yang menari di atas kertas lama."

"Apakah ini petunjuk?" gumam ku, menerangi setiap sudut ruang bawah tanah itu dengan lampu senter, mencari sesuatu yang bisa diinterpretasikan sebagai 'bayangan yang menari'.

Itu adalah Tanaka-san yang pertama kali melihatnya. Di salah satu dinding, sebuah lampu kecil yang bergantung dengan lemah menerangi selembar peta tua Jepang yang tergantung. Saat kami mendekat, bayangan dari lampu itu menciptakan pola yang menari-nari di atas peta.

Kami menatap peta itu lebih dekat. Di bawah cahaya yang bergoyang, terlihat sebuah marka kecil di sebuah lokasi di Jepang yang tampaknya tidak penting secara historis. Aku mencatat koordinatnya.

"Ini harusnya tempatnya," kata ku, sambil menyimpan peta tersebut. "Kita harus pergi sekarang."

Tanaka-san mengangguk, seakan mengerti bahwa tak ada waktu untuk ragu. Kami segera meninggalkan situs, meninggalkan kegelapan ruang bawah tanah, dan berlari ke mobil.

Perjalanan ke lokasi yang ditunjukkan peta itu memakan waktu lebih dari yang kami duga. Jalanan sepi di tengah malam, ditambah dengan rasa tidak pasti dan ketakutan akan apa yang mungkin kami temukan, menambah ketegangan. Namun, sesuatu di dalam ku menyala—harapan, mungkin, seperti yang tersisa dalam Kotak Pandora legendaris itu.

Saat fajar mulai menyingsing, kami tiba di lokasi. Di sana, di bawah pohon sakura yang tua dan mekar penuh, terkubur sesuatu yang bersinar saat sinar pertama matahari menyentuhnya—kunci yang terbuat dari logam antik, dengan ukiran yang rumit dan indah.

Ku ambil kunci itu, berat dan dingin di tangan ku. Layar perangkat menyala kembali:

[Misi Selesai: +20 Poin Wawasan]

[Kunci telah ditemukan. Bersiaplah untuk bab berikutnya.]

Napas ku tercekat. Apa yang harus kulakukan dengan kunci ini? Dan apa bab berikutnya yang menanti ku dalam permainan takdir ini? Hanya waktu yang akan menjawab.

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Jitong766creators' thoughts