webnovel

Salah Satu Wanita Masa Lalu Alan

Obrolan antara Salsabila dan model yang bernama Rangga itu terus berlanjut. Meskipun tidak bisa mengingat pertemuan keduanya, tetapi Salsabila percaya kalau Rangga itu memang anak pak Gunawan. Tidak ada gunanya juga pria itu membohonginya hanya demi mengobrol bersama dirinya.

"Saya dulu pernah ke panti asuhan beberapa kali. Kita juga pernah mengobrol, Mbak. Tetapi mungkin karena sudah lama sekali, pasti Mbak Salsa lupa."

Rangga kembali mengeluarkan suara. Memberitahukan kepada Salsabila kalau sebenarnya mereka pernah bertemu, tidak sering memang tetapi pernah beberapa kali

Salsabila mengangguk ragu. Sejujurnya, dia tergolong orang yang pelupa, dan sesuatu yang ia rasa tidak penting sama sekali tidak perlu ia ingat. "Saya tidak ingat sama sekali. Maaf," ujarnya penuh penyesalan.

"Tidak apa-apa, Mbak. Wajar kalau Mbak Salsa lupa, pertemuan kita sudah lama sekali. Kita mungkin bertemu sekitar dua belas tahun yang lalu. Saya pun waktu itu masih seorang bocah," jawab Rangga dengan enteng sambil terkekeh.

Dua belas tahun. Lama sekali. Pantas Salsabila begitu sulit untuk mengingatnya. Tetapi Salsabila juga berhak mengacungi jempol atas daya ingat yang dimiliki oleh Rangga. Pria itu masih anak-anak waktu itu, tetapi masih ingat jelas pertemuan keduanya. Hebat sekali.

Salsabila kembali ingin mengeluarkan suara, pujian atas daya ingat yang dimiliki oleh Rangga, tetapi ada panggilan masuk ke handphonenya yang seketika menginstrupsi pembicaraannya bersama Rangga—Alan.

"Sebentar," ujar Salsabila sembari memperlihatkan handphonenya yang tengah berdering ke arah Rangga, kemudian sedikit menjauh.

"Ya, Mas?" ucap Salsabila setelah menekan tombol hijau di layar ponselnya.

"Sa, kamu bisa menggantikanku menghadiri undangan dari pak Dewa? Malam ini aku ada janji dengan Daniel, dia mengadakan pesta lajang, kau tahu kan kalau sebentar lagi dia akan menikah?" Tanpa basa-basi dan seperti biasanya Alan langsung mengutarakan keinginannya. Pria itu kembali melanjutkan. "Tetapi kalau kamu tidak bisa, tidak perlu datang, Sa."

Salsabila mengerutkan dahinya mendengar perkataan Alan di akhir kalimat. Mana mungkin ia tidak menghadirinya. Selain karena hubungan bisnis, keluarga Dirgantara, ia juga sangat dekat dengan keluarga mereka. Perusahaan sepatu yang Salsabila tangani juga menyetok barang ke seluruh department store milik pak Dewa.

"Kirimkan saja alamat dan waktunya, Mas," putus Salsabila. Dia tentu saja berniat untuk menghadiri pesta itu seperti permintaan Alan.

"Oke." Lalu sambungan telepon diputus oleh Alan.

Selepas sambungan telepon terputus, Salsabila berbalik dan ternyata masih menemukan Rangga di tempat sebelumnya. Salsabila pikir pria itu sudah pergi, ternyata dia masih berada di tempatnya sembari melempar senyum ke arah Salsabila.

"Boleh minta nomornya, Mbak Salsa?"

Salsabila menghela napas, kemudian merogoh tas selempangnya dan mengeluarkan kartu nama dari dalamnya. Sebenarnya Salsabila tidak terlalu suka memberikan hal pribadinya kepada orang yang tidak terlalu ia kenali. Hanya saja, katanya dia adalah putra pak Gunawan yang sudah lama ia kenal, tidak enak kalau menolaknya. Lagi pula model seperti dia hanya menyimpan nomor untuk dipamerkan kepada rekan kerjanya. Semacam 'ini loh kenalan aku', begitulah. Ya seperti itu.

Rangga kembali memamerkan senyumnya. "Terima kasih, Mbak. Sampai jumpa lagi!"

Rangga menarik kedua sudut bibirnya, kemudian berlalu kembali memasuki ruang meeting. Tepat setelah punggungnya menghilang, Salsabila menerima pesan dari Alan. Pria itu mengirimkan alamat dan waktu pesta yang diadakan oleh pak Dewa. Setelah mencocokkan dengan jadwal yang Salsabila punya dan memang tidak ada yang bertabrakan hari itu, Salsabila kemudian meneruskan pesan itu ke Dimas untuk dia bersiap-siap untuk mengantarnya menghadiri pesta tersebut.

****

Salsabila sudah siap untuk menghadiri pesta yang diadakan oleh pak Dewa. Seperti biasa dia akan tampil dengan begitu anggun dan sama sekali tidak malu-maluin. Terbiasa menghadiri pesta dan bergaul dengan para wanita-wanita sosialita membuat Salsabila terbiasa.

Dewa mengadakan acara peringatan ulang tahun yang ke empat puluh tahun di salah satu hotel mewah miliknya. Salsabila dengan percaya diri melangkah masuk ke ballroom dan bergabung dengan para tamu lainnya. Setelah celingukan ke sana-kemari, Salsabila menemukan Dewa beserta istrinya tengah berkeliling dan berbaur dengan yang lainnya untuk menyapa para tamu yang hadir. Salsabila pun mendekat untuk memberi selamat atas bertambahnya usia Dewa dan tentu saja disambut hangat oleh pasangan itu.

"Malam, Pak Dewa," sapa Salsabila tersenyum, kemudian berganti ke istrinya. "Selamat ulang tahun, Pak," lanjut Salsabila kemudian, sembari memamerkan senyumnya yang manis.

"Terima kasih, Salsa. Kamu datang sendirian? Mana Alan?" tanya Dewa sembari celingukan mengecek sekeliling, mencari keberadaan Alan yang dikiranya nyempil di suatu tempat.

"Mas Alan lagi tidak enak badan, Pak. Tiba-tiba dia terkena demam tadi pagi." Salsabila memilih berbohong, dia tidak mungkin mengatakan kalau Alan tidak bisa datang karena lebih memilih menghadiri pesta lajang Daniel yang diadakan di sebuah klub malam. Apa kata Dewa nantinya kalau mengetahui hal tersebut, Salsabila tidak ingin kalau Dewa sampai tersinggung dan hubungannya dengan keluarga Dirgantara akan rusak.

Dewa mengangguk mengerti. "Baiklah dan terima kasih karena sudah datang, Salsa."

Mereka pun kembali mengobrol, istri Dewa pun sangat asyik diajak mengobrol. Sampai percakapan mereka terputus karena, kedua pasangan itu didatangi tamu lain. Dewa dan istrinya pun pamit meninggalkan Salsabila sendiri. Salsabila tentu saja mempersilakan mereka untuk menyapa tamu undangan yang lainnya. Salsabila kemudian berniat pergi setelah mengucapkan selamat, setidaknya itu sudah cukup sopan. Berlama-lama di pesta seorang diri sangat membosankan, dan Salsabila sama sekali tidak ada niat untuk mencari teman di pesta ini yang hanya diisi oleh sebagian orang penjilat.

"Alan pasti tidak datang. Lo tahu kan, dia dan teman-temannya lagi ada di mana?"

Tubuh Salsabila menegang mendengar kata-kata itu. Salsabila kemudian menoleh dan mendapati salah satu orang penjilat seperti yang dikatakannya tadi. Natasha. Wanita ini adalah salah satu model yang juga memiliki masa lalu dengan suaminya, Alan.

Kenapa Salsabila tahu? Tentu saja, semua orang bahkan mengetahuinya. Kalau selepas Meira menikah, Alan menjalin hubungan dengan Natasha untuk menutupi rasa sakit hatinya ditinggal menikah. Dan katanya juga, Natasha adalah wanita kedua terlama setelah Meira menjadi kekasih dari Alan. Dengar-dengar juga, Natasha masih sangat mencintai Alan dan tidak terima karena Alan menikah bukan dengan dirinya melainkan dengan wanita lain, Salsabila.

Selain dengan Meira, Alan memang banyak menjalin hubungan dengan wanita, salah satunya itu adalah Natasha. Salsabila dulu pernah menghitungnya, kemudian berhenti ketika menyadari kalau hal itu menyakitkan untuknya.

"Alan masih saja seperti itu. Luar biasa. Sudah menikah pun masih bermain dengan wanita lain. Gue kasihan sama lo, Salsa." Wanita penjilat itu semakin mendekatkan diri ke tubuh Salsabila.

"Permisi."

Alam bawah sadar Salsabila mengingatkan mengenai akan bahaya yang akan datang jika meladeni wanita bernama Natasha itu. Percayalah, wanita yang menyimpan dendam sangat menakutkan. Dan Salsabila sama sekali tidak ingin mempermalukan dirinya di depan orang banyak karena meladeninya. Mereka tidak selevel. Salsabila tidak boleh terlibat konflik apa pun di sini, karena dia mewakili nama keluarga Dirgantara.

"Harusnya lo itu minta cerai. Buat apa menyia-nyiakan waktu lo dengannya!"

Harusnya. Nasihat itu sudah sering kali Salsabila dengar dari wanita-wanita seperti Natasha. Bahkan Salsabila sudah sering kali mendengarnya dan hanya berakhir dengan cemoohan, menganggapnya kalau wanita-wanita itu hanya cemburu padanya.

Tidak ingin membuang waktu lebih lama. Salsabila kembali melanjutkan langkah untuk menjauhi Natasha. Namun tampaknya, wanita itu tidak berniat membiarkan Salsabila pergi begitu saja.

"Mau tunggu ada wanita lain yang mengaku punya affair dengan Alan? Atau hamil?" Natasha kembali melemparkan bom, sama sekali tidak malu diperhatikan oleh orang banyak. Natasha jelas menyingkirkan rasa malu dan anggun hanya untuk menyeret Salsabila semakin masuk ke dalam permainannya.

Langkah Salsabila terhenti. Apa Natasha tidak tahu kalau Alan kini mendedikasikan hidupnya pada anak pria lain. Mungkin Natasha tidak mengetahui kalau Alan kembali berhubungan dengan Meira.

"Tunggu saja Alan mencampakkanmu!"

Kata-kata itu dilontarkan dengan suara yang keras. Tanpa Salsabila mengecek sekeliling, ia tahu semua orang sedang memperhatikan. Natasha sukses mempermalukan Salsabila.

Bangsat.