webnovel

Makan Siang yang Canggung

Meskipun secara terpaksa, Salsabila akhirnya menyanggupi untuk mentraktir Rangga siang ini. Pria itu terlalu sering mengganggu Salsabila dengan mengirimkan pesan yang isinya menagih membalas kebaikannya karena sudah menolongnya malam itu. Sebenarnya semenjak kejadian itu, Salsabila dan Rangga sempat bertemu beberapa kali, hanya saja Salsabila belum sempat membelikannya makanan lezat untuk pria itu sebagai balasan dari kebaikannya malam itu.

Keadaan juga tidak memungkinkan karena pertemuan mereka alasan launching produk baru. Mumpung siang ini meeting bisa dibatalkan, Salsabila mengambil kesempatan untuk meluangkan waktu untuk mentraktirnya fine dining.

Salsabila dan Rangga bertemu di restoran yang sudah dipilihnya pada jam satu siang. Pria itu sudah datang terlebih dahulu dan memilih meja di dekat jendela. Salsabila kemudian bergabung dengan pria itu dan memilih makanan seperti yang pria itu lakukan.

"Saya harap kamu tidak menagih traktiran terus setelah ini," ujar Salsabila sembari menutup buku menu.

Rangga hanya menyeringai lebar. "Mbak Salsa sedang perhitungan? Makanan ini tidak akan berarti di tagihanmu lo, Mbak. Membelikan saya mobil pun tidak akan berat untuk seorang istri taipan seperti, Mbak."

Salsabila mendengkus kasar. "Jadi kamu berniat meminta mobil? Oh astaga, kamu sedang memeras aku?"

"Bercanda, Mbak. Mana mungkin saya seberani itu." Rangga tertawa renyah, energi positif pria itu sangat hebat.

Salsabila tidak lagi menanggapi ucapan pria itu. Karena ia pun tahu kalau pria itu hanya bercanda padanya. Tipikal Rangga sekali, mengingat beberapa kali pertemuan mereka dan Salsabila sudah sedikit tahu bagaimana tabiat asli pria tersebut. Terlihat begitu santai dan dipenuhi energi positif.

Sepersekian detik berselang, Rangga kembali bersuara, "Tetapi ngomong-ngomong, Mbak Salsabila mengundang orang lain ke acara kita siang ini?"

Salsabila mengerutkan dahi. "Maksud kamu?" tanya Salsabila keheranan.

Rangga tersenyum sembari menunjuk satu arah dengan dagunya. "Saya tidak akan menghitung makan siang ini sebagai traktiran, Mbak. Saya yakin tamumu itu yang akan membayar tagihan kita siang ini."

Salsabila masih tidak mengerti arti perkataan dari Rangga, tetapi tetap saja mengikuti arah pandangan Rangga. Dan pada saat Salsabila menoleh ke arah pintu masuk dan seketika Salsabila hampir terlonjak kaget dengan apa yang dilihatnya.

Oh God! Kenapa Alan bisa berada di sini?

"Nampaknya saya harus berkenalan juga dengannya," celetuk Rangga kembali. Dan sama sekali belum menyadari keterkejutan yang dirasakan oleh Salsabila saat ini dengan hanya melihat Alan ada di tempat ini juga.

Alan sudah jelas sengaja datang untuk menemui Salsabila. Matanya tertuju kepada Salsabila selagi pria itu berjalan ke meja tempatnya dan Rangga berada. Alan kemudian berhenti tepat di sisi Salsabila.

"Apa aku boleh bergabung?" tanya Alan dengan ekspresi datar, dengan tatapan permusuhan ia arahkan pada Rangga.

Pria itu sama sekali tidak menunggu jawaban dan mengambil duduk tepat di samping Salsabila. Mata Alan kemudian tertuju ke Rangga yang duduk di seberang istrinya. Alan kemudian mengulurkan tangan kemudian menyebutkan nama.

"Rangga," balas Rangga dengan nada bersahabat.

Berbeda dengan energi positif yang diberikan oleh Rangga, Alan justru berbanding terbalik. Pria itu hanya banyak menanggapi dengan datar dan menciptakan keadaan canggung yang memuakkan. Ini akan menjadi makan siang paling canggung dalam sejarah hidup Salsabila. Pria itu pasti sengaja datang untuk mengganggu makan siangnya dengan Rangga.

Entah apa yang diinginkan pria itu sekarang?

****

Bocah itu jelas terlihat jauh lebih muda dari Salsabila. Seringainya jahil dan tatapannya hidup. Rangga juga pandai mencari topik pembicaraan, mungkin itulah kenapa Salsabila jadi dekat dengannya. Selama mereka makan bertiga bersama, Alan berusaha mengendalikan arah obrolan ke hal yang tidak hanya Rangga dan Salsabila saja yang tahu. Dan terlihat jelas karena tindakan Alan itu, terlihat jelas wajah kesal Salsabila.

Entah apa yang mendorong Alan melakukan hal ini, yang ia tahu adalah ia sengaja datang hanya untuk mencari tahu rupa pria yang sudah berani mendekati Salsabila.

Cemburu? Tentu saja tidak!

Selama satu setengah jam mereka bertiga duduk bersama dan pada akhirnya mengakhiri makan siang yang begitu canggung itu. Alan tentu saja yang turun tangan untuk membayar semua tagihan dan tidak membiarkan Salsabila yang membayarnya. Setelah itu, Alan kembali membiarkan Salsabila mengucap perpisahan dengan Rangga. Bocah itu menatap Alan penuh senyum mengejek lalu berpamitan juga. Bocah tengik itu sepertinya ingin bermain-main dengan Alan. Sialan!

"Lain kali jangan pergi berduaan dengannya, Sa," ujar Alan ketika hanya tinggal keduanya berduaan di depan restoran.

Salsabila menoleh menatap Alan dengan kesal. "Sayang sekali, Mas. Karena kelakuan Mas Alan yang tiba-tiba muncul di sini, aku jadi harus mentraktirnya lagi nanti."

Salsabila mendengkus kesal dengan perkataan Alan. Terlebih lagi pria itu seperti suami yang sedang cemburu kepada istrinya karena mendapatinya sedang makan siang bersama dengan berondong.

"Kenapa begitu?" tanya Alan dengan ekspresi tidak suka. "Orang seperti dia itu hanya mencari-cari kesempatan untuk berduaan denganmu?"

Alan masih melontarkan kekesalannya tersebut, membuat Salsabila mengerti bahwa pria seperti Rangga itu tidak pantas untuk seorang Salsabila.

Mata Salsabila membulat. "Hentikan, Mas. Kamu terlihat tidak seperti dirimu sendiri kalau seperti ini."

Alan semakin dibuat kesal oleh tuduhan yang dilontarkan oleh Salsabila kepadanya. "Apa maksud kamu, Sa? Aku hanya memosisikan diri sebagai suami kamu. Bukankah sudah sewajarnya aku melakukan seperti ini?"

Salsabila semakin menatap Alan lekat kemudian mengalihkan pandangannya. Wanita itu kemudian mengambil handphone, berniat untuk menghubungi Dimas untuk menjemputnya dan mengantarnya kembali ke kantor. Berlama-lama berduaan dengan Alan di sini dan memperdebatkan sesuatu yang sia-sia hanya akan membuang waktunya yang berharga.

Lagi pula, kelakuan Alan hari ini sangat berbeda. Tidak, lebih tepatnya sejak semalam. Lagi pula sejak kapan mereka saling mencampuri urusan pribadi masing-masing? Oh ya, Salsabila tidak pernah mengganggu Alan dengan hubungannya bersama wanita-wanita di luar sana, jadi seharusnya Alan juga memosisikan dirinya sendiri. Dengan tidak mengganggu kehidupan pribadi Salsabila.

Alan yang melihat Salsabila sibuk dengan handphonenya dan tahu apa yang akan dilakukan oleh wanita itu, buru-buru ia mencegat. "Aku akan mengantarmu, Sa. Tidak perlu minta dijemput oleh siapa pun."

Salsabila jelas mendengarnya, tetapi ia berpura-pura tidak menanggapi perkataan Alan. Salsabila sengaja tidak menggubris sama sekali. Wanita itu kembali sibuk mengotak-atik handphonenya. Hal itu membuat Alan semakin naik pitam karena diacuhkan. Tepat ketika handphone itu akan menempel di telinga Salsabila, Alan langsung mengambil paksa gawai itu.

"Aku antar, Sa," bentaknya dengan nada naik satu oktaf. Pertanda kalau kali ini dia tidak terima penolakan. Tetap akan memaksa wanita itu kalau sampai Salsabila menolak untuk di antar. Dasar wanita keras kepala!

Dan Salsabila hanya bisa menatap pria itu dengan tatapan sengit karena sudah berani-beraninya mengganggunya.