"Aku berjanji … aku akan bahagia, kak."
Tiersa tidak bergerak lagi di pelukan Thomas. Tubuhnya dingin, warna hitam perlahan-lahan mulai naik ke atas kepalanya dan tubuhnya mengerut seperti daun, seolah jika Thomas meremasnya sedikit saja, tubuh itu akan hancur.
Tapi ada sebuah senyuman tulus yang terukir di bibirnya, seakan semua simpul yang ada di dalam hatinya saat ini sudah terlepas.
Seakan semua beban yang ada di dalam hati Tiersa sudah terangkat dan ia pergi dengan damai.
Thomas menangis tergugu, menyesali jika ia tidak menyiapkan sesuatu yang indah di akhir hidup sang kakak. Tidak peduli jika ia sekarang dipandang dengan cara yang aneh oleh sang Raja Iblis.
Seandainya raganya bisa terus Thomas rengkuh, maka ia akan memeluknya dengan erat, membawanya ke tempat yang paling layak untuk peristirahatan terakhirnya, di samping makam ibu mereka, Ratu Dwizella.
Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com