PROLOG

Dia aneh, dia lucu, dia gila, dia sangat menyebalkan dan juga misterius.

Dia orang yang selalu membuatku sulit untuk tidur, orang yang tak pernah membalas pesan ku, orang yang selalu mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal, orang yang membuat ku menjadi seperti seorang ibu..

tentu, karna dia sangat merepotkan.

Dia orang yang bisa membuat hidupku bagai permainan roller coaster.

Semua orang mengatakan dia adalah pria gila. Pria gila nan brengsek yang bersembunyi dibalik wajah innocent nya.

Tapi, sejujurnya.. akulah yang gila. Aku gila karna mencintai pria gila. Haaah, lucu memang jika mendengar hal ini dari mulut ku sendiri, yang menandakan bahwa aku menyadarinya.

Tapi sialnya, perasaan ku tak seremeh itu ternyata.

Pria gila itu berhasil membuat ku tergila gila padanya.

Aku bahkan telah jatuh cinta pada setiap helaan nafasnya.

Aku tak munafik, dia memang sangat tampan... bahkan hanya dengan melihatnya terdiam saja bisa membuat hati ku memanas.

Terkadang aku berfikir.. apakah dia benar-benar manusia yang tinggal di bumi... sama seperti ku? Ah sudahlah. Mengenalnya saja sudah membuat ku merasa istimewa.

Tapi sebenarnya, Dia orang yang sangat cerdas,.. terkadang,.. juga bodoh, sangat bodoh.

Anehnya, aku juga telah jatuh cinta pada kebodohannya itu.

Hah, jadi siapa sebenarnya yang bodoh?

Mungkin benar jika kau mengatakan, akulah yang bodoh. Hanya saja, aku tak ingin mengakui itu.

.....

Semakin aku mengagumi mawar,

Semakin aku ingin menggenggamnya,

Semakin aku tertusuk oleh durinya.

Begitupun dengannya...

Entah berawal dari mana..

Kini, Dia menjadi orang yang selalu membuatku menangis.

Menangis ketika aku benar-benar mengenal siapa dia yang sebenarnya.

Logika dan kehidupan ku mengatakan aku harus pergi meninggalkan mu, tapi hati ku tak mengijinkannya. Sial.. Bagaimana bisa aku kembali menjadi diriku yang dulu, jauh sebelum aku mengenalmu?

Bukannya jika aku maju atau mundur, jawabannya akan sama? Aku akan tetap mati bukan?

Tidak bolehkah, aku memilih untuk berbahagia saja selama hidupku?

Terkesan sederhana memang, tapi... bisakah aku mewujudkan nya bersama mu?

Aku tak tau... mengenalmu adalah sebuah anugrah, keberuntungan, atau justru mala petaka yang menjerumuskan ku ke dalam jurang tanpa dasar.

Jika ada hal yang harus aku korbankan untuk mu, aku akan memilih...

Untuk mengorbankan diri ku sendiri.

- Min Jee