webnovel

When You Love (someone)

"Aku percaya, di hatinya cintaku akan aman dan bahagia."

2N_ · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
2 Chs

2

Siang ini perempuan bernama Vanilla sedang memasak cake untuk suaminya. Ya, hari ini suaminya berulang tahun dan ia begitu exited hari ini. Saat semuanya selesai Vanilla meninggalkan dapur yang telah di bersihkannya. Ah, tidak lupa dengan kue cantik yang telah selesai ia buat. Ia pergi ke kamarnya untuk bersiap-siap. Ia ingin terlihat cantik di hadapan suaminya hari ini. Sampai semuanya selesai disiapkan. Ia kemudian menunggu suaminya pulang dari kantor.

Vanilla menunggu dan terus menunggu namun suaminya tak kunjung datang. Ia menengok ke arah jam dinding yang sudah menunjukan pukul 10 malam. Tidak biasanya suaminya belum pulang jam segini. Sebenci-bencinya suaminya terhadapnya suaminya tidak pernah pulang lebih dari jam 8 malam.

"Dimana Arsen?" Batinnya.

Ya, suaminya adalah Arsen.

Arsenic Abraham Alexander.

Lelaki tampan dengan sejuta pesona yang mampu membuatnya jatuh hati.

Vanilla merupakan seorang perempuan penurut terhadap kedua orang tuanya. Ia selalu berada di rumah. Tidak akan melakukan sesuatu yang tidak diizinkan. Wanita yang sangat baik, cantik dan pintar. Ia bercita-cita untuk menjadi ibu rumah tangga yang baik seperti mamanya.

Setelah selesai dari perjalanan beasiswanya di Ameriks, ia langsung kembali ke Indonesia atas permintaan orang tua nya dan betapa terkejutnya ia saat orang tuanya bilang bahwa ia sudah di jodohkan kepada seorang pengusaha muda yang sukses dan tampan. Siapa lagi kalau bukan Arsen? Umur Vanilla masih 24 tahun saat itu. Tapi karena bagi Vanilla apa yang menjadi restu dari kedua orang tuanya adalah hal yang pastinya menjadi yang terbaik untuknya, jadilah ia menerima perjodohan itu.

Tidak pernah ada yang baik-baik saja dalam pernikahannya. Arsen tidak pernah sekalipun meliriknya. Bahkan sebelum acara pernikahan dilaksanakan Arsen mengatakan kata-kata yang begitu menghantam dadanya.

"Aku menikahimu hanya untuk kebahagiaan orangtuaku, mereka begitu tergila-gila padamu. Setelah ini, tidak ada yg boleh mencapuri urusan pribadi masing-masing diantara aku dan kamu. Ingat itu."

Semenjak saat itu, Vanilla mengubur dalam-dalam harapan yang telah ada di hatinya. Ia harus menelan pahitnya kenyataan bahwa suaminya tidak pernah menginginkannya. Tapi, tak pernah sedetikpun ia mengabaikan tugasnya sebagai seorang istri.

Munafik jika ia bilang tidak ingin Arsen melihat kerja kerasnya. Namun lagi-lagi ia harus menerima kenytaan bahwa Arsen bahkan tidak pernah sekalipun menghargainya. Tapi tidak, ia tidak menyerah dan terus beusaha.

Hingga tanpa Vanilla ketahui. Disana, di tempat itu. Tempat yang menjadi saksi dimana Arsen benar-benar melupakan jati dirinya sebagai laki-laki bermoral dan berpendidikan. Benar-benar melupakan bahwa ia seorang suami yang mempunyai tanggung jawab besar atas istri dan keluarganya di hadapan Tuhan. Di mana ia meleburkan dirinya bersama wanita yang menurutnya sangat berharga.

Wanita yang benar-benar merubah hidupnya yang saat itu telah berumur 26 tahun. Merubahnya menjadi seorang Arsen yang brengsek tanpa ia sadari. Sejak bertemu wanita itu, Arsen bukan lagi Arsen yang ramah dan memiliki sifat yang baik. Ia rela merubah dirinya hanya karena wanita yang ia anggap begitu penting di hidupnya. Hanya karena perhatian-perhatian kecil yang diberikan wanita itu kepadanya kala ia kehilangan cintanya, Reviana.

Hanyut dalam kasih sayang dan pengertian wanita itu akan kehilangannya tanpa tau tujuan sebenarnya dari wanita itu. Arsen rela melakukan apapun. Pergi ke club setiap malamnya, minum-minum, memukuli orang lain dan banyak lagi.

Hanya untuk merasa sedikit dimengerti. Hanya untuk mendapat kasih sayang dan pengertian yang tidak pernha ia dapatkan dari kedua orang tuanya yang sibuk bekerja. Sampai-sampai saat itu ia kehilangan kendali atas dirinya sebagai seorang lelaki beristri. Tidur bersama wanita yang bukan istrinya. Catat! Bukan istrinya! Menebar benihnya di dalam rahim Nessa. Ya, Nessa. Wanita licik yang sudah mencuci otaknya dan membuatnya gila. Gila akan segalanya. Ia bahkan rela mengorbankan istrinya, seorang wanita lugu yang bahkan tidak tau apa-apa.

How jerk he is?

Hingga hari itu, hari dimana Nessa mendatangi rumah Arsen, rumah yang juga di tempati Vanilla disana. Nessa mengatakan segalanya kepada Arsen disana. Tentang kebusukannya, rencanya, dan janin yang ada di kandungannya. Nessa juga menjelaskan alasannya melakukan hal itu. Ibunya. Ia rela menghancurkan Arsen hanya karena ketamakan ibunya terhadap uang. Namun betapa terkejutnya ia, Arsen mengetahuinya. Semuanya. Namun Arsen masih sangat menyayanginya masih mau menerimanya.

Sementara disana, di depan pintu kamar itu. Vanilla berdiri dengan tangisan yang sudah tidak terbendung lagi. Hatinya sakit. Begitu sakit. Dan sangat sakit. Mendengar pembicaraan dua insan yang ada di hadapannya saat ini. Tak pernah sedikit pun ia membayangkan hal ini. Tapi Vanilla tidak ingin menjadi pengecut dengan hanya menguping pembicaraan ini. Ia ingin melewati semuanya. Ingin menghadapi setiap masalah yang Tuhan berikan kepadanya. Menahan seluruh rasa sakit Dan tangisnya, Vanilla memutuskan untuk masuk ke kamar Arsen.

"Apa ini, Ar?" Arsen yang kaget pun segera bangkit. Namun,

"Nikahi dia" ucap Vanilla kemudian berlalu pergi. Belum sampai ia di depan pintu tiba-tiba Arsen bersuara.

"Apa maksudmu?"

"Apa?" Tidak! Saat ini wajah Vanilla benar-benar berubah. Wajah yang tak pernah ia tunjukan kepada siapapun, kini ia tunjukan di hadapan suaminya dan wanita itu. Wajah yang tenang, datar dan dingin namun tetap membawa kesan elegan untuknya.

Arsen yang benar-benar merasakan perubahan Vanilla pun memutuskan untuk diam.

"Aku tau semuanya. Nikahi dia. Akan ku urus segalanya. Tidak akan ku biarkan anak yang ada di janin itu kesulitan dalam hidupnya. Aku akan mengurus semuanya. Aku janji"

Keheningan terjadi selama beberapa saat sebelum Vanilla kembali melanjutkan langkahnya untuk pergi. Pergi kemana pun yang ia bisa. Setidaknya untuk saat ini. Ia ingin menenangkan seluruh kekacauan yang ada di hati dan pikirannya. Ia ingin melupakan rasa sakitnya untuk sementara.

Tidak lama, Vanilla benar-benar menepati janjinya. Ia melakukan semua yang ia katakan. Membujuk seluruh keluarga untuk menerima pernikahan itu. Meskipun sulit, ia terus berusaha hingga akhirnya seluruh keluarga menyetujuinya dengan syarat Vanilla tidak boleh bercerai dengan Arsen. Lagi-lagi Vanilla menyanggupinya. Meskipun dengan mengorbankan kebahagiaannya ia rela. Demi janin yang ada di rahim Nessa dan demi kebahagiaan Arsen. Pikirnya.

Dan pernikahan itu pun benar-benar terjadi. Semuanya berubah. Vanilla harus membagi Arsen untuk Nessa. Ah tidak! Sejak awal Arsen hanya milik Nessa kan? Setidaknya, Arsen bahagia. Hanya itu.

Hingga Nessa melahirkan dan pendarahan hebat yang berakibat fatal bagi proses kelahirannya. Nessa pergi. Meninggalkan seorang malaikat kecil. Ya, seorang putra laki-laki telah lahir. Devino. Nama yang Nessa sempat berikan untuk bayinya.

Devino Abraham Alexander. Bayi mungil yang malang. Ia bahkan masih merah ketika kehilangan ibunya.

Sementara Arsen, ia begitu terpukul dengan kepergian istri tercintanya. Saat ia pulang ia menemukan Nessa yang telah terbujur kaku dengan Vanilla yang terbengong di sampingnya. Tanpa banyak bicara ia langsung berteriak marah dan menganggap semua ini adalah kesalahan dari Vanilla. Ya. Menurutnya, Vanilla lah dalangnya.

Ia berpikir bahwa Vanilla iri dngan apa yang Nessa punya dan dapatkan darinya sehingga merencanakan hal ini. Mendorong Nessa agar jatuh hingga Nessa mengalami pendarahan dan harus segera melahirkan bayinya yang bahkan masih berusia kurang dari 8 bulan dan berakhir pegi meninggalkannya dan bayinya.

Sejak saat itu, Arsen yang sudah dipenuhi dendam mulai menyiksa Vanilla secara fisik. Meniduri Vanilla dengan kasar tanpa rasa kasihan. Begitu brengsek. Sementara Vanilla, ia hanya pasrah. Baginya Devino adalah prioritasnya. Ya, Devino lah obat dari segala rasa sakitnya. Vanilla bahkan bersedia merawat Devino dengan penuh kasih sayang seperti anaknya sendiri Vanilla tidak ingin Devino tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu. Ya, meskipun Arsen melarangnya. Namun, siapa peduli. Ia juga dapat dukungan dari seluruh keluarga. Untuk apa takut pada Arsen? Lagipula jika Arsen melawan namanya akan di coret sebagai alih waris.

Sampai kemudian siang itu, Vanilla dinyatakan hamil. Vanilla begitu senang, tapi tidak dengan Arsen. Ia begitu membenci Vanilla. Arsen masih terus menyakiti Vanilla dan terus menyiksa wanita itu tanpa peduli bahwa janin yang ada di rahim Vanilla adalah anaknya.

Anaknya.

Lagi-lagi Vanilla harus menelan pahitnya kenyataan bahwa Arsen tidak ingin mengakui anaknya. Ia menahan rasa sakit itu. Ketika ia dimaki-maki oleh suaminya, diusir oleh suaminya, dan ia pergi membawa seluruh rasa sakit yang ada di hatinya. Berusaha merawat janinnya hingga ia melahirkan anaknya. Merawat anaknya dengan penuh kasih sayang. Melupakan setiap rasa sakit yang ada di hatinya.

Hingga akhirnya, anaknya direbut darinya. Diambil secara paksa dan di bawa pergi entah kemana dan oleh siapa.

Runtuh sudah Pertahanan yang selama ini ia bangun. Runtuh sudah. Anaknya, hidupnya, telah di renggut darinya. Hingga ketika ia pasrah menerima kenyataan itu. hingga tidak lama setelah itu, suaminya kembali kepadanya dan menyatakan penyesalannya.

Tentang anaknya. Anaknya. Vanilla masih tak bisa menemukannya bahkan ketika ia kembali bersama suaminya. Pagi, siang, sore, sampai malam terus mencari tanpa tahu bahwa Arsen yang mengambil anaknya kala itu.

Ia masih terus berpikir dan optimis Tuhan masih belum mengizinkannya bertemu dengan putrinya sebelum ia bekerja keras dengan lebih. Vanilla hanya bisa pasrah. Jika memang Tuhan masih mengizinkannya bertemu putrinya, maka mereka akan bertemu suatu saat nanti. Hingga pada akhirnya Arsen mengakui kesalahannya. Memberitahu bahwa ia berusaha menyingkirkan anak nya kala itu. Berusaha menyingkirkan anaknya sendiri dikarenakan terus-terusan di hantui oleh rasa bersalah kepada Vanessa karena memiliki anak darinya.

Mendengar hal itu, hati Vanilla begitu sakit. Ia berpikir apa mungkin anaknya telah tiada? Namun lagi-lagi hal buruk yang Vanilla dengar. Rey, sahabat Arsen menghilang dengan membawa putrinya.

Saat itu Vanilla hanya bisa berpikir, semuanya sudah terlambat. Keberadaan anaknya hilang tanpa jejak, bagai di telan bumi. Seluruh informasinya tak bisa di temukan bahkan oleh orang yang memiliki kekuasaan besar seperti Arsen.

Tapi lagi-lagi Arsen meyakininya. Arsen mengatakan bahwa ini cobaan untuk mereka. Cobaan yang harus ia hadapi. Bukankah Tuhan tidak pernah menguji hambanya melebihi batas kemampuan hambanya? Ya, pada akhirnya Vanilla tetap optimis dan percaya pada Tuhan.

Percaya pada Tuhan adalah satu-satunya cara agar hatinya tenang. Menyerahkan segalanya pada-Nya. Ia yakin anaknya aman. Anaknya tidak berdosa. Tuhan pasti akan melindungi anaknya.

Namu sayang, hingga saat-saat terakhirnya Vanilla tetap tidak mendapatkan putrinya. Meskipun ia ingin memeluknya dengan begitu erat, mengatakan pada putrinya bahwa ia begitu menyayanginya. Namun apa dayanya. Lagi-lagi ia masih meneguhkan hatinya. Percaya pada Tuhan. Percaya akan rencana indah yang Tuhan berikan untuknya dan keluarganya.

Seluruh ingatan tentang anaknya nya seakan-akan memenuhi setiap lembaran-lembaran memorinya. Saat ketika putri kecilnya baru terlahir di dunia dan berada di dekapannya.

Tak terasa air matanya sudah tumpah. Vanilla terus mengingat anaknya. Menyebut namanya dalam hati. Mendoakan banyak kebaikan untuk putrinya. Ya. Putrinya. Hingga pada hembusan nafas terakhir-nya setelah syahadat yang berhasil ia ucapkan, Vanilla sempat memanggil nama yang sempat ia sematkan untuk putrinya

"Alana"

Sampai kegelapan benar-benar membawanya. Membawanya pergi pada sang pencipta di kehidupan yang kekal. Menyisakan luka yang begitu dalam bagi Arsen-suaminya dan putra nya Devino.