webnovel

Watcher: In the Glass Realm

Anastasia dan Bianca merupakan anak yatim piatu yang tinggal di sebuah panti asuhan bernama "Happy Life". Akan tetapi, hidup mereka tidak seindah yang pikirkan. Mereka tiap hari harus mengejarkan pekerjaan yang cukup melelahkan dari pemilik panti. Suatu ketika, Anastasia ditugaskan untuk membawa binatang peliharaan pemilik panti di taman. Saat dia membawa binatang itu, tiba-tiba dia mendengar seorang anak yang tampaknya sedang di bully oleh beberapa anak lainnya. Anastasia membantu anak itu dan mereka kemudian menjadi teman. Dia lalu berterima kasih dan meninggalkan Anastasia. Anastasia kembali ke panti, tetapi masalah lain kembali muncul. Salah seorang anak panti lainnya tiba-tiba menghilang. Anastasia ditugaskan untuk mencari anak panti itu dan berhasil menemukannya. Anak itu ternyata disekap oleh sosok mahluk yang aneh. Mereka akhirnya menemukan cara untuk meloloskan diri dan segera kembali ke panti. Akan tetapi, mahluk itu tampaknya tidak melepas mereka dengan mudah. Anastasia sempat ditangkap oleh mahluk itu menggunakan tentakelnya, tetapi dengan perlawanan singkat Anastasia bisa meloloskan diri. Namun, mahluk aneh itu meninggalkan sebuah luka aneh di kaki Anastasia. Suatu ketika, seorang donatur datang yang ternyata adalah orang tua dari anak yang dibantunya ketika di taman waktu itu. Mereka menawarkan anak-anak panti untuk bermain di karnival berjalan milik donatur. Semuanya tampak aman-aman saja, tetapi Bianca yang merupakan sahabat karibnya tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Anastasia berusaha mencari keberadaan temannya itu. Setelah diteliti lebih lanjut, temannya ternyata diculik oleh satu satu mahluk yang sama persis menyerangnya waktu itu. Anastasia mulai berkeliling mencari sahabatnya di karnaval tersebut dan berhasil menemukan sahabatnya. Namun, Anastasia terlambat karena temannya seketika menghilang ketika berada di dalam sebuah ruangan yang penuh kaca. Tiba-tiba luka milik Anastasia seketika bereaksi hingga Anastasia mampu membuka sebuah portal ke dimensi lain yang bernama Mirland. Anastasia memutuskan untuk masuk ke dunia itu untuk mencari sahabatnya yang menghilang. Akan tetapi, setiap tindakan ada resiko yang harus ditanggung. Di saat yang bersamaan, Anastasia juga secara tidak langsung memberikan kesempatan kepada mahluk jahat dari dunia Mirland untuk ke luar dan menguasai dunia. Anastasia harus cepat mencari keberadaan Bianca serta mencegah mahluk jahat itu untuk menguasai dunia atau semua yang dikenalnya akan menghilang.

Little_BlackHorse · Kinh dị
Không đủ số lượng người đọc
27 Chs

Bab 26: Latihan terakhir

Suara kicauan merdu burung terdengar membuat Anastasia terbangun dari tidurnya. Hari ini sama seperti sebelumnya, tidak ada mimpi buruk. Dia turun dari kasurnya dan masih melihat anak-anak masih tertidur dengan lelapnya, begitu juga Bianca. Seperti biasa dia menengok ke kamar Madam Theresa yang pintunya telah terbuka.

Madam Nigera pasti telah bangun, aku berpikir mungkin ada tambahan informasi yang bisa diberikan kepadaku.

Anastasia perlahan melangkah ke luar dari ruangan dan melihat keberadaan Madam Nigera. Dia berjalan menuju tempat di mana dia bertemu dengan Madam Nigera, tetapi sosoknya tidak ada di sana.

Aneh, ke mana Madam Nigera?

Tiba-tiba seekor binatang brbulu hitam melintas di halaman depan beberapa meter dari posisi Anastasia berdiri. Dia memicingkan matanya dan melihat lebih jelas. Akan tetapi posisi Anastasia yang cukup jauh membuatnya kesulitan melihat. Anastasia melangkah mendekat hingga sosok itu semakin terlihat yang ternyata adalah Wolfy sendiri. Wolfy berlarian mengikuti pergerakan benda yang dilempar seseorang untuknya. Anastasia yang penasaran langsung menggerakkan matanya mengikuti arah sumber lemparan.

Seorang wanita berkulit putih dengan menggunakan setelah baju kaos berwarna orange dengan celana piyama terlihat melemparkan kembali ranting kayu itu. Anastasia langsung menyadari sosok itu adalah Madam Nigera dan berjalan.

"Madam Nigera!"

Madam Nigera langsung melihat ke samping. Dia terlihat membesarkan pupil sesaat melihat Anastasia yang berlari ke arahnya. Dia mengira bahwa Anastasia harusnya masih tidur sama seperti anak yang lainnya.

"Madam, apakah ada tambahan informasi mengenai Nightcatcher?"

Madam Nigera dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Aku sama sekali belum mendapatkan tambahan informasi dari Dr. Thomas," ucapnya sambil melemparkan raning kayu ke arah yang berbeda.

Wolfy yang dari tadi berputar di sekitar kaki Madam Nigera langsung berlarian dengan cepat saat ranting kayu di lempar. Madam Nigera berusaha untuk menenangkan Anastasia agar tidak terlalu memikirkan hal tersebut.

"Anas, aku juga memberikan nasihat kepadamu. Nightcather tidak akan mungkin menyerang mu di tempat terang seperti ini." Madam Nigera merentangkan kedua tangannya di tengah lapangan. "Anas, kamu sebaiknya kembali saja ke kamar. Aku sebentar lagi akan kembali," ucapnya sambil mengelus bulu halus milik Wolfy dan kembali bermain dengannya.

Anastasia hanya mengangguk dan mendengar ucapan itu. Dia berjalan kembali ke kamar yang berada di lantai dua. Saat berjalan menuju koridor, dia tidak sengaja mendengar percakapan dua orang di lantai bawah.

Eh, bukannya itu suara Paman Grunt dan Tuan George?

Suara Tuan George terdengar agak meninggi dari sebelumnya. Namun, apa yang diucapkannya terdengar samar-samar. Dia sama sekali tidak bisa mendengar dengan jelas. Rasa penasaran Anastaia membuatnya memutar otak dan mencari tempat yang bagus untuk mendengar pembicaraan itu. Dia memutuskan untuk duduk di antar kisi-kisi tangga dan diam.

"George, seekor gajah ditemukan tewas misterius di tenda kendang binatang."

"Sial, apa yang sebenarnya sedang terjadi?"

"Aku juga kurang paham. Akan tetapi, ada keanehan di mayat gajah itu."

"Aneh? Apa maksudmu berkata demikian. Grunt."

"Di tubuh gajah itu terdapat semacam luka cakar yang terbilang cukup aneh untuk binatang buas."

"Hah? Aku tidak mengerti dengan ucapanmu, Grunt."

"Aku merasa sebaiknya kamu ke sana dan melihatnya sendiri."

Suara langkah kaki terdengar tidak lama setelah itu. Tuan Grunt dan George pergi. Anastasia yang mendengar percakapan singkat itu hanya bisa terdiam. Dia sudah merasa ini pasti adalah ulah dari Nightcatcher.

Apakah aku harus memberitahu Madam Nigera terkait hal ini?

Anastasia menggigit kuku jemarinya sambil menggerakkan kakinya. Rasa gelisah serta takut bercampur aduk menjadi satu. Dia terlihat beberapa kali bolak balik di sekitar tangga. Matanya sesekali menengok ke arah kamar, tetapi tidak ada pergerakan di pintu tersebut.

Anastasia langsung memutuskan untuk turun ke bawah dan berbicara dengan Madam Nigera terkait akan hal itu. Ketika sedang menuruni anak tangga, tiba-tiba teriakan seseorang yang terdengar mirip dengan Madam Theresa terdengar dari kamar.

Sial! Aku harus cepat kembali ke kamar jika keadaan seperti ini.

Anastasia memutar haluannya dan mempercepat langkahnya kembali ke kamar. Dia memutar gagang pintu dan di sana terlihat anak-anak yang telah berbaris rapi di depan Madam Theresa.

"Anastasia, kamu dari mana!" Madam Theresa membesarkan bola matanya dan menatapnya dengan tatapan sinis sambil mendenguskan hidungnya.

"Madam, aku tadi …."

"Anastasia tadi bersamaku. Kami mengajak Wolfy bermain," ucap Madam Nigera yang muncul dari belakang Anastasia tanpa disadari olehnya.

"Hmm … apakah benar begitu Anastasia?"

"Iya, Madam." Anastasia menganggukkan kepala dengan cepat.

Madam Theresa menghela napas dan berjalan ke luar dari kamar. "Kalian semua cepatlah bersiap-siap. Aku akan menunggu kalian di lantai bawah."

Madam Theresa berjalan Anastasia. Dia berhenti sejenak dan menatap Anastasia dengan tatapan sinis lalu kembali berjalan meninggalkan mereka.

"Untunglah, Madam Nigera datang di saat yang tepat," ucap Anastasia menyeka keringat mengalir di dahinya. "Terima kasih, Madam."

"Anastasia, sekarang kamu cepatlah bergegas sebelum Madam Theresa akan memarahimu."

Anastasia mempercepat langkahnya dan langsung berlari ke kamar mandi dan bersiap-siap. Beberapa menit setelah itu, mereka semua telah selesai dan langsung pergi menuju ke tempat latihan.

Suasana di dalam tenda masih sama dengan hari-hari sebelumnya. Beberapa lampu gantung dan bendera kecil mulai menghiasi langit- langit tenda. Tuan Grunt terlihat berpakaian cukup rapi hari ini. Setelah jas yang mirip digunakan Tuan George ketika berada di rumah panti waktu itu.

"Tuan Grunt, pakaian Anda terlihat sangat rapi." Madam Theresa memberikan pujian yang cukup membuat Tuan Grunt tersenyum lebar.

"Oh, yah?" Bola mata Tuan Grunt membesar diikuti dengan rona merah di wajahnya. "Terima kasih atas pujian Anda, "ucapnya sambil memperbaiki kerah bajunya. "Tunggu ada hal yang ingin kuberikan kepada kalian."

Tuan Grunt lalu menepuk tangannya sebanyak dua sampai tiga kali. Tidak lama kemudian, dua orang yang berpakaian badut membawa kereta dorong yang tertutup dengan kain hitam.

"Ini adalah pakaian yang akan kalian akan kenakan, jadi lihatlah ukuran yang sesuai dengan badan kalian," ucapnya menarik kain tersebut dan memperlihatkan beberapa gaun berwarna senada yang tersusun rapi di sana. "Hari ini kita akan geladi bersih, jadi kalian harus menggunakan pakaian itu."

Semua anak-anak berhamburan layaknya lebah begitu juga Anastaia dan Bianca Mereka bergerak dengan cepat dan langsung mengambil baju tersebut dan mencocokkan ukuran baju.

"Anas, gimana menurutmu?" tanya Bianca memperlihatkan gaun merah maron dengan bis renda hitam di bagian bawahnya.

"Bi, ukurannya terlalu kecil untukmu." Anastasia langsung mengambil gaun tersebut dari genggaman Bianca.

"Anas, apakah kamu yakin?" Bianca menaikkan alisnya. "Ukuran badan kita hanya beda beberapa kg, kan?"

"Iya, tapi aku merasa kurang cocok," ucap Anastasia sambil memeriksa gaun yang masih terpajang rapi di sana. "Nah, ini ukuran yang tepat untukmu." Tangan Anastasia mengambil salah satu gaun itu dan langsung memberikan kepada Bianca. "Gimana menurutmu?"

"Wah, Anas kamu memang paling hebat dalam hal seperti ini," ucap Bianca tersenyum melihat ukuran bajunya pas untuknya. "Terima kasih, Anas."

Setelah semuanya memilih gaun, mereka semua lalu mencoba mengenakan gaun itu. Anastasia yang melihat dirinya mengenakan gaun itu di depan pantulan cermin hingga membuat mulutnya melengkung membentuk senyuman.

Anas, lihatlah dirimu. Kamu seperti seorang tuan putri.

Dia sesekali memutar badannya dan melihat keindahan dari gaun itu. Rasa bahagia terlintas jelas di bibirnya. Dia seperti mendapatkan hadiah terindah di dalam hidupnya. Saat sedang menganggumi dirinya di depan cermin, tiba-tiba terdengar suara letusan membuat kaget. Dia terdiam sejenak di dalam ruangan. Rasanya ada hal buruk yang mungkin sedang terjadi.

***