webnovel

Wanita Mempesona : Raja Neraka Jatuh Cinta Padaku

Setelah kecelakaan yang dialaminya enam bulan lalu Jenny mengalami hal banyak hal aneh dan ia mengetahui sebuah rahasia alasan atas kematiannya. "Mereka kejam padaku. Apa mereka pikir hanya akan berakhir seperti ini?! Jangan harap! Aku akan datang membalas mereka bahkan jika jiwaku terjebak di nereka!" Jenny menatap marah orang-orang yang dikenalnya, mereka yang selama ini bersikap baik padanya ternyata menyimpan banyak siasat di belakangnya. Sampai suatu saat Jenny dibawa ketempat aneh oleh seorang pria gila dengan pakaian kuno ala bangsawan vampir abad pertengahan. .... Dunia bawah adalah tempat yang mengerikan, suram. Pria itu tersemyum menatap jalanan ramai dihadapannya, namun senyumannya membuat semua disekitarnya gemetar ketakutan. Erick tersenyum menatap gadis dihadapanya. "Nona, apa kau terpesona padaku?" Jenny menatap marah, jari telunjuknya tepat menunjuk pria dihadapannya. "Sialan! Pria apa maumu?!" "Tidak ada, aku hanya berpikir kau sangat menarik." Erick terus tersemyum pada gadis yang wajahnya sudah memerah karena kesal. "Hah! Kau gila! Terus saja tersenyum aku akan menamparmu!" "Gadis yang manis tenangkan dirimu, kau ini sangat galak ya. Haha.." Erick menahan gadis itu dipelukannya dan ia tertawa. "Lepaskan!!!!!!" ---------

CherrysBlooming · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
5 Chs

Bab 3 : Pagoda tingkat pertama (1)

Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat, hanya tinggal menunggu saat pintu pagoda di buka. Sebelumnya ada lebih dari enam ratus jiwa di sekitar area luar pagoda yang sekarang sudah berkurang lebih dari setengahnya.

Perlahan langit yang tadinya cerah mulai berubah menjadi gelap, terdengar suara bisikan di sana-sini.

"Apa yang terjadi?"

"Ini.. Apakah pintunya akan segera dibuka?"

Jiwa-jiwa itu saling menatap dan berbisik, beberapa di antaranya bahkan sudah memulai perseteruan mewaspadai jika ada yang ingin berniat curang dan membahayakan.

Mereka yang memilih untuk berkelompok berkumpul dengan regunya masing-masing.

Asap tebal berwarna darah tiba-tiba muncul dari segala arah dan berkumpul di atas podium membentuk wujud seorang pria bertopeng perak dengan jubah merah gelap.

Jenny memusatkan pandangannya menunggu apa yang akan di ucapkan pria yang saat ini berdiri dengan tenang di atas podium.

Pria berjubah itu melirik ke arah dimana Jenny berada. Pria itu kemudian melihat para jiwa yang masih bertahan di sekitar pagoda.

Di balik topeng pria itu tersenyum kemudian ia berkata.

" Kalian yang saat ini berdiri disini adalah mereka yang memiliki jiwa pemberani. Untuk itu, agar menjamin keselamatan kalian. Akan ada senjata dan obat-obatan yang akan kalian gunakan. Jangan kalian berpikir jika kalian adalah jiwa, maka artinya tidak akan terluka. Kondisi jiwa adalah yang paling rentan, jika kalian tidak berhati-hati jiwa kalian akan berakhir berhamburan dan hilang."

Jenny mengerutkan alisnya saat ia mendengarkannya. Sebelum akhirnya Jenny mengangkat tangannya.

Pria itu tersenyum di balik topeng perak yang di kenakannya.

"Apakah ada yang ingin nona tanyakan?"

"Saat kami memasuki pagoda akan ada hal-hal yang akan membahayan kami. Selain membuat mereka yang meninggal hidup, apa lagi yang akan di dapatkan?" Jenny memandang pria itu yang sedang melihatnya.

"Tentu saja apa yang akan kalian dapatkan tidak hanya kehidupan. Tapi, juga kekuatan yang tidak akan di miliki orang biasa." jelas pria itu.

"Apa aku boleh bertanya kekuatan apa yang akan kami dapatkan?" Jenny memandang pria itu dengan rasa ingin tau.

"Kekuatan yang akan kalian dapatkan berdasar setiap tingkat pagoda.

Tingkat pertama adalah regenerasi 3x lipat dari sebelumnya yang berarti sebanyak apapun cedera dan luka yang kalian miliki akan pulih dengan cepat.

Tingkat ke-dua adalah Chronokinesis kalian dapat menghentikan waktu yang kalian inginkan.

Tingkat ke-tiga adalah Teleportasi berpindah ke tempat manapun yang jauh sekalipun.

Tingkat ke-empat adalah Telekinesis gerakan semua benda di sekitar kalian.

Tingkat ke-lima adalah tak terlihat bisa dikatakan ini akan membuat kalian transparan.

Tingkat ke-enam adalah melihat masa depan jadi kalian dapat menghindari hal-hal buruk yang akan terjadi.

dan terakhir dan paling istimewa kalian yang mampu lolos ke tingkat ke-tujuh dapat terhubung dengan dunia bawah." jelas pria itu kemudian ia kembali berkata.

"Jika kalian tidak dapat melanjutkan tingkat selanjutnya silahkan gunakan pintu putih di dekat tangga menuju ke langit, arah yang harus kalian tuju untuk menemukan setiap tangga langit adalah barat. Jangan gunakan arah yang salah, berhati-hatilah." setelah pria itu selesai ia kembali memudar berubah menjadi asap berwarna darah dan menghilang.

Setelah kepergian pria itu muncul dihadapan mereka sebuah tas berwarna abu itu adalah tas antariksa.

Jenny dan kelompoknya mengambil tas di hadapannya, mereka membukanya.

Terdengar suara kaget di seluruh area luar.

"Tas apa ini sangat luas?" Siyu memandang takjub tas yang di genggamnya.

"Apa ini seperti tas qiankun seperti dalam novel? haha..." dengan antusias He Yan berteriak girang dan tertawa.

Jenny juga melihatnya penuh kekaguman, di dunia bawah ini banyak sekali hal yang tidak mungkin ia temui di masa lalu.

Banyak benda yang ada di dalam tas. Ada berbagai senjata seperti pedang, tombak, panah, pisau kecil dan bahkan pisau laser, dan banyak sekali obat-obatan.

"Sial! Keren sekali! Lihat aku, bukankah sangat tampan!" seru He Yan saat ia mengambil pedang laser dan mengarahkannya ke segala arah.

"He Yan! Apa kau ingin membunuhku?!" Siyu menghindar seraya ia berteriak marah saat He Yan tanpa sengaja mengarahkan pedang padanya.

Jenny melihat mereka dengan bodoh sudah seperti sejak ia bergabung dengan mereka, terkadang Siyu dan He Yan akan bertengkar tanpa penyebab yang jelas. Jenny berpikir ia sudah bergabung dengan tim yang gaduh.

Jenny dan Lisa saling memandang kemudian mereka menghela napas.

.....

Pintu pagoda perlahan terbuka, mereka mulai merasa tidak sabar. Jiwa-jiwa itu berdesakan di dekat pintu.

Pintu pagoda akhirnya terbuka.

Jenny memandang jiwa yang tidak sabar di sana.

Siyu menatap mereka. "Kita akan mulai masuk."

Saat pintu pagoda mulai kosong Jenny dan kelompoknya berjalan mendekati pintu dan masuk kedalamnya. Cahaya terang mengganggu pandangan mereka sebelum akhirnya itu menghilang dan mereka melihat apa yang ada di balik pintu pagoda.

"Woahh! Woahh! Ini..ini.." He Yan tergagap melihatnya sampai Siyu memukul punggung.

"Fuck! Siyu! Apa yang kau lakukan?!"

"Aku pikir ini mimpi jadi aku memukulmu, ternyata ini nyata." jelas Siyu yang membuat He Yan berang. Pertengkaran mereka di mulai lagi.

"Siyu, Kau?! Kenapa tidak memukul dirimu sendiri!" kemudian He Yan memukul Siyu yang juga di balas lagi olehnya. Hingga mereka terjatuh dan berguling bersama, pertengkaran belum berakhir.

Jenny menepuk dahinya saat ia mulai mengeluh. "Kalian diamlah, belum ada lima menit sejak kami masuk dan kalian sudah seperti ini?"

"Kalian tenanglah sedikit." Lisa juga melihat mereka pusing.

Jenny melihat hamparan rumput hijau luas tidak jauh dari sana berdiri gerbang putih besar. Sebuah kota ada di baliknya. Suara kicauan burung terdengar, langit sangat cerah saat ini berbeda dengan luar pintu pagoda yang begitu gelap.

...

Di luar pintu pagoda Allan berdiri angkuh melihat area luar pagoda yang sekarang telah kosong.

Siapa Allan? Ia adalah iblis yang juga adalah pemilik pagoda.

Apakah ia tulus membantu mereka? Tentu saja tidak, ia juga memiliki keuntungan di balik nya. Setiap jiwa yang hancur seluruh kekuatan jiwanya akan mengalir ke tubuh Allan. Ia tidak sebaik itu, bahkan Allan juga meremehkan jiwa-jiwa yang memasuki pagoda.

"Huh! Apa kalian pikir akan sangat mudah untuk lolos dan lanjut ketingkat selanjutnya? Sangat naif!" tapi walau begitu ia penasaran akan Jenny yang tidak pernah menampilkan mimik wajah takut.

'Sangat menarik' pikir Allan sebelum ia benar-benar menghilang, meninggalkan tempat yang sekarang sunyi.

.....

Di tempat yang jauh sekali yaitu Istana raja neraka.

Raja neraka berbaring miring dengan malas di kursi panjang, cermin melayang terbang di hadapannya.

Yin dan Yang berdiri tidak jauh tubuh mereka merinding bersama.

'Gila! Gila! Gila!'

______________________________________________