Semua dimulai kala sore itu kita berkirim pesan.
kau menanggapi dengan sedikit bumbu candaan, aku menanggapi dengan emosi.
Padahal, sebelumnya kita saling bersitatap dan tersenyum dengan sedikit sipu di pipi.
aku pun membuka cakap kita di aplikasi obrolan.
semuanya berlangsung datar selama beberapa bulan.
hingga suatu hari, kita bermain permainan dari 'dunia' mu yang lain. Dimana disana engkau berbahagia, dengan pria yang bahkan tak pernah kau jumpa.
kita saling mengeratkan diri, dengan menambah pengetahuan tentang masing-masing; Jujur, rasa gembira-ku tak dapat kutahan kala itu.
Hingga aku sampai pada pemantapan diri untuk menambatkan hatiku padamu; Dengan penuh keraguan ku utarakan rasa dengan penuh harap.
Dan akhirnya, pahit tetap kurasakan; Bahkan kutelan dengan tulus. Tanpa emosi apapun.
Engkau meminta kita tetap menjadi 'teman', didasari keinginanmu menjaga hati dari rasa sakit yang lampau.
Aku ingin, sungguh. Memperbaiki rasa cinta yang konotasinya negatif di kepalamu.
jika mengingatnya, kala itu merupakan salah satu momen paling membingungkan dalam hidupku.
Salahkah aku jika mulai pergi? Namun jika aku pergi, aku tak akan ada disini.
Yang ingin kuberitahu, sekarang kita telah bersama.
Berdua menjadi 'kita' dengan rasa dan cinta yang sama.
Aku ingin kita bertahan, dengan sedikit bumbu kecemburuan yang semakin mengeratkan.
Aku ingin jemari kita saling menjari.
Aku ingin temali kita saling menyimpul.
Aku ingin kita berdua menjadi suar yang memijar dengan terangnya.
Yang menjadi pelita dikala malam.
Cinta, engkaulah malaikat-ku.
Kasih, engkaulah wanita-ku.
Sayang, engkau pula tambatan hatiku.