webnovel

Vicious Circle

Terkadang beberapa rasa penasaran yang berlebihan akan membawamu pada sesuatu yang mengerikan. Ada hal dimuka bumi ini yang jika kalian tidak mengetahuinya, maka itu akan lebih baik untuk diri kalian. Kamu hanya perlu tidak memperdulikannya, bahkan ketika semua orang disekitarmu tidak bisa kamu percayai. Hal yang paling Gloria sesali adalah saat dimana rasa penasarannya mengungkap sesuatu yang bahkan ia sendiri sulit menghadapinya. Kejadian-kejadian layaknya potongan puzzle yang selalu berdatangan bagai misteri yang harus dipecahkan bersama saudara kembarnya Giovani. Teror dimana orang-orang terus menerus dibunuh tanpa alasan yang jelas dan pembunuh itu masih berkeliaran dengan ganas. Setiap malam, mungkin saja kalian adalah korban selanjutnya. Ingat, jangan pernah percaya pada siapapun! "Harusnya, aku tak pernah melakukan ini." "Terlambat untuk menyesali, ayo bermain." "Jangan takut Glo! Ada aku!" "Jangan lari, kemanapun kalian pergi aku akan menemukan kalian!" "Gio ada sesuatu dibawah ranjangku." Jika berkesan tolong masukkan ke collection kalian yaa.

swcctlullabiech · Kinh dị ma quái
Không đủ số lượng người đọc
23 Chs

Fans

Pukul tiga dinihari, dimana seharusnya semua orang terlelap dalam alam mimpinya masing-masing begitupula dengan Gloria. Gadis dengan sikap ceria itu sedang tertidur dibalik selimut tebalnya yang hangat dengan perasaan sedikit gelisah. Entah sudah berapa kali dia menggerakkan tubuhnya merasakan perasaan tak nyaman. Udara dingin memasuki kamar itu akibat dari jendela yang tidak ditutup dengan benar. Alis Gloria mengernyit, ia terlalu malas untuk bangun dan membenarkan jendela. Semuanya tampak sunyi dan hanya terdengar suara jam yang terus-menerus bergerak, udara yang begitu dingin sampai Gloria bisa merasakan ada angin itu membelai pucuk kepalanya. Apa ini mimpi? Sentuhan angin itu terasa begitu nyata, sampai ketika dia merasakan pergerakan disudut ranjangnya perasaan Gloria mulai tak nyaman. Sepertinya ini bukan mimpi, ada sesuatu dikamarnya.

Gloria berusaha menutup matanya rapat berharap ia bisa kembali tidur dan yang ia rasakan cuman mimpi. Tidak bisa, dia harus berteriak sekarang. Sesaat setelah ia membuka mata, sepasang mata itu menangkap sosok serba hitam yang juga menatap kearahnya. Gloria berusaha berteriak namun wajahnya segera dibekap menggunakan tangan hingga perlahan ia kembali kehilangan kesadarannya.

Pagi hari, seluruh anggota keluarga dikejutkan dengan teriakan Gloria yang membangunkan seisi rumah. Giovani segera memasuki kamar adiknya itu dan melihat Gloria sedang menangis histeris seakan-akan telah terjadi hal yang menakutkan. Christ dan Hillary nampak dibalik pintu dengan wajah khawatir mereka.

"Glo ada apa? Kau baik-baik saja," tanya Giovani duduk disamping Gloria dengan wajah cemasnya.

Gloria tetap menangis dan memeluk Giovani seakan meminta perlindungan, "Gio tolong aku."

Tangan Giovani bergerak memeluk adiknya, "Ada apa?"

"Sayang kau baik-baik saja?" tanya Hillary mendekat.

"Mom ada seseorang yang masuk ke kamarku tadi malam, dia menerobod melalui jendela ketika aku tidur hiks hiks," ucap Gloria disertai tangisannya yang tak kunjung berhenti.

"Tadi malam?" tanya Christ.

"Iya dad hiks, saat aku tersadar dan ingin berteriak ia malah membekap wajahku hingga pingsan. Gio aku takut," ungkap Gloria.

"Ya Tuhan sayang, kau baik-baik saja?" tanya Hillary khawatir.

"Aku takut hiks. Tolong aku, bagaimana kalau dia datang lagi?" ucap Gloria panik.

"Jangan takut Glo, ada aku," balas Giovani pada Gloria di pelukannya.

"Glo apa kau ingat bagaimana perawakannya?" tanya Christ.

"Semua terlalu gelap dan dia juga mengenakan pakaian hitam. Tidak ada yang terlihat jelas," balas Gloria.

"Baiklah, tenangkan dirimu dulu. Dad akan mengatasi masalah ini, semua akan baik-baik saja," ucap Christ.

Gloria masih menangis histeris, dia benar-benar takut jika sosok itu kembali muncul dan menyelinap ke kamarnya. Giovani memeluk Gloria menenangkan berusaha memberi rasa aman pada adiknya itu. Giovani lengah tadi malam, bahkan Lucy dan Lucius pun tidak merasakan keberadaan penyelinap itu tapi bagaimanapun caranya ia harus menangkap penyelinap itu.

Siang hari dimana matahari sudah bersinar dengan teriknya, ingatan Gloria masih berada pada kejadian malam itu. Hatinya merasa tak tenang mengingat ia tak begitu aman dirumah sendiri. Hanyut dalam lamunan pikirannya sendiri hingga ia tak menyadari sedari tadi Nielle berusaha untuk memanggilnya. Saat ini memang ia berada disekolah menjalankan aktivitasnya seperti biasa, meskipun Hillary telah menawarinya untuk tidak masuk dulu tapi ini lebih baik dibanding tinggal dikamar sendirian.

"Glo? Glo? Kau baik-baik saja," ucap Nielle menggoyangkan tubuh Gloria hingga akhirnya Gloria tersadar dari pikirannya sendiri.

"Oh maaf, aku melamun," ucap Gloria.

"Ada apa? Kau tampak tak bersemangat," tanya Nielle perhatian.

Gloria diam sejenak, kemudian menceritakan pengalaman yang baru saja dialaminya pada kekasih yang sudah ia kencani selama satu bulan terakhir. Nielle nampak mengerutkan alisnya mendengar penuturan Gloria. Ketika hendak membuka suara, Owen datang dan menengahi pembicaraan mereka.

"Ugh maafkan aku mengganggu kalian, ada surat untuk mu Glo," ucap Owen kemudian pergi setelah memberikan sepucuk surat pada Gloria.

Surat? Siapa yang mengiriminya surat, yang pasti itu bukan Nielle karena sekarang kekasihnya itu tengah duduk bersamanya. Nielle menatap heran dan mengambil surat itu dari Gloria. Ketika surat itu dibuka terdapat kata-kata cinta didalamnya, sebuah puisi-puisi yang ditulis dengan rapi memberikan kesan cinta yang mendalam.

Gloria menatap heran, "Tidak ada nama pengirimnya disini."

"Sepertinya kau punya penggemar sayang," ucap Nielle dengan nada meremehkan.

"Aku tak mengetahui ini sama sekali," balas Gloria.

"Biarku simpan surat ini, jika aku menemukan pengirimnya jangan salahkan aku memukulnya," ucap Nielle dengan senyum menahan kesal.

Gloria terkekeh, "Sudahlah, kau terlihat lucu saat cemburu."

"Aku tidak cemburu," balas Nielle.

"Baiklah, mau mampir kerumah nanti? Kurasa aku perlu teman, aku takut," ucap Gloria lirih.

Nielle mengelus pucuk kepala Gloria sambil tersenyum, "Tentu, aku akan menemanimu."

Bell pulang sekolah berbunyi menandakan waktu pelajaran terakhir telah usai. Anak-anak mulai berhamburan keluar dari sekolah. Gloria dan Nielle juga begitu, sejak ia menjalin hubungan dengan Nielle mereka selalu pergi bersama. Nielle selalu berusaha menemani Gloria kemanapun, kekasihnya itu berusaha untuk selalu ada bagi Gloria. Giovani jadi berangkat dan pulang sendirian, sepi memang tapi bagi Giovani itu tak masalah asalkan Gloria sengang. Jalanan yang ia lewati cukup sunyi seperti sekarang ini, hanya ada dia dan sepasang hantu kembar yang mengikutinya.

Sejak Gloria dapat melihat apa yang Giovani lihat, Giovani jadi membatasi segala pergerakan Lucy dan Lucius. Ia meminta agar mereka tidak menampakkan diri seenaknya didepan Gloria, dan agar tidak mengikutinya kemanapun. Sekarang sudah berbeda, Gloria lebih sering menghabiskan waktu bersama Nielle dan Giovani memiliki banyak waktu sendiri sehingga Lucy dan Lucius kembali mengikutinya kemanapun.

"Ada kabar soal penyusup itu?" tanya Giovani.

"Aku melihatnya ketika dia sudah keluar dari kamar Gloria tapi sosoknya tidak terlihat begitu jelas," ungkap Lucy.

"Apa kalian benar-benar tak merasakannya apapun ketika dia datang?" tanya Giovani.

"Ada, tapi kami pikir kau juga merasakannya. Terlebih kau melarang kami untuk masuk ke kamar adikmu itu," jelas Lucius.

"Aku tidak merasakan apapun," balas Giovani.

"Kau lengah, dan ini bukan yang pertama kalinya," balas Lucius.

"Memang menurut kalian siapa sosok itu," tanya Giovani.

"Entahlah, tapi kau harus tetap berhati-hatikan," balas Lucy mengingatkan.

"Hey, Gio kau sadar? Instingmu jadi menumpul," ucap Lucius.

Giovani terdiam sesaat, apa yang dikatan Lucius benar. Giovani jadi merasa kurang peka akhir-akhir ini. Indra di tubuhnya jadi tumpul seakan tidak bisa menangkap apapun dengan jelas. Apa yang terjadi, seperti ada sesuatu yang menghalanginya dalam merasakan sesuatu. Apa dia melemah sekarang? Atau mungkin saja ada yang berusaha menahan kekuatannya.

Giovani memijat pelipisnya pelan, berpikir dengan jernih Gio. Sejauh ini ia tidak melakukan apapun yang aneh, lalu apa penyebabnya.

"Ayolah Gio jangan seperti orang bodoh. Aku sudah lama ingin menegur ini, apa yang kau pakai di lehermu?" tanya Lucius sedikit sarkas.

"Leher?" ucap Giovani menggumam dan menyentuh lehernya.

Kalung ibunya Whitney!