webnovel

Rahasia

"Fiona sakit hati banget untuk hal yang kayak gitu?" tanya Yoseph masih tidak mengerti.

"Itu cinta pertama bagi Fiona, Yos. Jadi wajar dia sesakit itu. Dan itu juga yang menjadi alasan kenapa gue nggak mau temen kita ada yang tahu kalau Fiona punya kembaran. Gue takut ada yang nyakitin dia lagi. Meski kita sering berantem, tapi gue sayang banget sama dia," jelas Fania panjang kali lebar.

"Dan itu yang jadi alesan kenapa Fiona mau berubah penampilan yang beda banget dari lo?" tanya Yoseph lagi mulai memahami maksud Fania.

"Yup! sejak saat itu, Fiona merubah penampilannya. Dan yang lebih menyakitkan adalah... dia menolak agency yang nawarin dia buat jadi model mereka. Itu juga kenapa ayah sering marah sama dia sampai sekarang," tutur Fania.

"Anyway ini rahasia jangan sampai bocor kesiapapun, lo bisa jaga rahasia kan?" harap Fania.

Belum sempat Yoseph menjawab ia lantas meneruskan ucapannya.

"Gue yakin bisa sih, lo kayaknya mulai

sayang sama Fiona."

"Dih, sok tahu!" sanggah Yoseph.

"Oh, yaudah kalau gitu gue bantu aja kalik ya Fiona jadian sama Fandi. Saingan lo berat ya?" goda Fania.

"Jangan gitu kalik! lo mah mancing gue," Yoseph mengalah. Kata itu seolah mengiyakan pertanyaan Fania bahwa dia sungguh menyukai Fiona

"Gue kasih tahu rahasia cewek ya. Cowok kalau suka sama cewek dia suka natap matanya. Cewek kebalikannya, kalau dia suka sama cowok dia nggak akan berani buat natap mata cowok," sambung Fania lagi.

"Berarti Fiona nggak suka sama gue dong? tapi dia natap gue," curhat Yoseph

"Selamat berjuang, kawan! gue mau mantau brownies dulu. Bye!" ucap Fania seraya pergi menuju Fiona dan Yasmin.

***

Dua sejoli Fandi dan Wandi tiba di beranda rumah Yasmin. Lengkap dengan membawa beberapa plastik makanan dan minuman sesuai

janjinya.

"Eh? asyik, makan enak nih kita," sambut Yoseph antusias saat melihat mereka berdua di depan pintu rumah.

"Gue beliin daging sapi juga nih tadi, sekalian barbeque deh kita. Mumpung malam minggu," kata Wandi seraya mengangkat kantong plastik berisi daging sapi dari minimarket.

"Oh, malam minggu ya? hampir lupa gue kalau ini malam minggu."

"Dasar jomblo ngenest!" sindir Fandi.

"Halah, lo juga jomblo segala ngatain gue," balas Yoseph tidak mau kalah.

"Gue mah on the way!" ujar Fandi menaikan kedua alisnya dengan senyum lebar.

"Malah ngobrol depan pintu, ayo masuk!" celetuk Fiona disela mereka bertiga.

"Fania disini juga?" tanya Fandi dengan wajah penuh tanya. Tentu saja heran, sedang apa Fania disini. Bukankah ia tidak kenal dengan Yasmin dan tidak cukup dekat sampai harus ke rumah Yoseph.

"Lo kenal cewek gue?" sahut Fandi. Semakin membuatnya terbelalak.

"Pertama, gue Fiona bukan Fania. Kedua, gue ke sini buat ngunjungin Kak Yasmin bukan Yoseph. Ketiga, kalian mau mematung sampai dora jadi gondrong?" celoteh Fiona lagi.

Fiona meninggalkan mereka melanjutkan aktivitasnya tadi. Membantu Yasmin menyelesaikan brownies panggang.

"Yaudah, yuk!" ajak Yoseph yang dibuntuti oleh Fandi dan Wandi.

Yoseph bangkit menghampiri Fiona untuk mengecek kue buatannya. Selain tidak sabar, dia juga memiliki banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan langsung pada Fiona. Selain itu, juga mencari cari mendekati gadis tomboi itu.

"Wah, udah mateng ya?" tanya Yoseph mendekati Fiona yang mengeluarkan kue dari oven listrik itu.

Saat tangan Yoseph hampir menyentuh brownies panas itu, tangannya ditepis oleh sang kakak.

"Aww.. nggak usah dipukul juga kalik kak," protes Yoseph.

"Udah sana, temenin dua temen kamu tuh. Jangan gangguin Fiona terus!" usir Yasmin secara lembut.

"Iya, iya. Adik sendiri diusir," gerutu Yoseph sebelum beranjak menuju kedua sahabatnya yang sedang mengobrol.

Seperti obrolan laki-laki pada umumnya. Sepak bola. Hal yang sama antusiasnya jika perempuan membicarakan hot issue terbaru.

"Sejak kapan lo tahu kalau Fania itu kembaran Fiona?" tanya Wandi mengganti topik.

"Udah lumayan lama lah, gue duluan sih yang tahu baru Yoseph," sahut Fandi.

"Emang lo nggak ngeuh ya kalau mereka kembar?" tanya Yoseph heran.

"Nggaklah, menurut gue cuma mirip. Nggak kembar. Jadi gue kira itu cuma kebetulan aja," jawab Wandi.

"Nggak ada yang kebetulan kalik di dunia ini," celetuk Fania.

"Gosipin orang mulu lo kayak cewek," sindir Fiona mengekori Fania.

Sementara Yasmin menyiapkan tempat untuk mereka barbeque.

"Ini Kakak udah siapin buat barbeque-an. Kalian bisa pakai, kakak ada yang mau dikerjain dulu. Have fun ya!" ujar Yasmin seraya berlalu menuju rumah.

"Makasih Kak Yasmin cantik!" ucap Fandi dan Wandi serentak.

Mereka mengelilingi kursi berbentuk lingkaran itu. Memasak barbeque bersama, sementara Fiona menggunting barbeque yang telah matang.

"Pas banget potongan lo, Fi," puji Fania.

Mereka sama-sama tersenyum. Membuat ketiga pria tadi terhipnotis.

"Wah, bener-bener persis," ujar Wandi masih tidak menyangka.

"Namanya juga kembar, Wan. Gimana sih lo?" sahut Yoseph.

"Cewek gue cantik banget, yaampun!" puji Wandi.

"Artinya lo muji gue juga dong. Gue kan kembarannya Fania," sahut Fiona.

"Wah, gue harus hati-hati nih," jawab Wandi lagi.

Mereka menikmati barbeque sambil mengobrol. Menikmati malam minggu yang terasa berbeda. Begitu hangat juga.. persaingan yang ketat antara Fandi dan Yoseph. Meski Fiona lebih tomboi dari segi cara berpakaian. Tetapi ia tetaplah perempuan yang harus dilindungi. Dia hanya tidak ingin dibandingkan dengan Fania sepanjang hidupnya. Karena Fiona akan selamanya menjadi Fiona.

Yoseph memperhatikan bagaimana

Fandi menatap Fiona.

"Itu mata nggak sekalian dicopot? mandangin mulu," desis Yoseph.

"Apa Yos kata lo?" tanya Fandi.

"Nggak. Itu.. emm.. warna jaket lo bagus,he he," tawa terpaksa keluar dari mulut Yoseph.

"Anyway gimana kamping lo kemarin sama Devika?" ulik Yoseph penasaran.

"Dia tahu kok kalau gue suka sama cewek lain. Dan untungnya dia nggak apa-apa. Gue lega banget," jawab Fandi menarik napas lega.

"Cewek mah gitu, apalagi kalau sahabatan terus suka sama cowok yang sama. Pasti salah satunya ngalah. Beda sama cowok," terang Yoseph.

"Kalau kita suka sama cewek yang sama gimana, Yos?" tanya Fandi mengejutkan sahabatnya itu.

"Hmm?" gumam Yoseph terkejut.

Bingung harus menjawab apa dan berekspresi seperti apa.

"Yaelah, gue becanda kalik, serius amat!" Fandi terkekeh.

Setelah hampir tiga jam mereka menghabiskan malam bersama, Fania meminta kekasihnya mengantar pulang karena kantuk sudah mulai menyerang.

"Gue juga mau balik deh," sahut Fiona.

"Gue anterin mau nggak?" tawar Yoseph.

"Pipi lo masih aman kan?" goda Fiona dengan tatapan sinis. Sayang, sudah tidak mempan lagi pada Yoseph.

"Nggak usah sok galak, Fi. Lo kan dulu juga feminin," sahut Fania.

"Nggak usah diungkit kalik. Itu cuma... " ucapnya terhenti.

"Sorry gue harus cabut duluan nih, sepupu gue minta anterin beli keperluan.. nggak tahu deh keperluan apaan, daaah!" Fandi beranjak tergesa-gesa dengan telepon dari sakunya yang terus berdering.

"Yaudah gue balik ya, bye!" sambung Fiona.

"Oh iya, Yos. Sampaikan salam gue buat Kak Yasmin ya? maaf nggak sempet pamitan. Bye!" lanjutnya beranjak meninggalkan mereka.

"Perasaan yang mau balik duluan kita deh, beb. Kenapa jadi kita yang ditinggalin ya?" heran Wandi melihat teman-temannya yang beranjak satu persatu.

"Yos, perkara hati memang berat, semangat ya!" ucap Fania sebelum beranjak pergi.

Fania lalu mengekori kembarannya keluar menuju halaman depan rumah Yoseph.

"Ada rahasia tersembunyi apaan nih lo sama cewek gue?" tanya Wandi penasaran.