webnovel

Vasavi Cross: Remnants

Empat tahun berlalu sejak Rignil Sang Pahlawan Terpilih menghilang setelah mengalahkan Rahnuc Sang Naga Raja Iblis. Namun, dunia belum sepenuhnya kembali damai. Keseimbangan yang tercapai telah hancur. Sisa-sisa kekuatan Rahnuc kembali membuat kekacauan. Sarvati, mantan rekan seperjuangan Rignil, terus berjuang untuk mengemban cita-cita Rignil yang menginginkan kedamaian dunia. Untuk membersihkan sisa-sisa kekuatan Rahnuc, Kekaisaran Naga terpaksa melepas kriminal paling berbahaya, Vayyu Wissn. Demi memenuhi janjinya pada Rignil, Sarvati mengemban tugas untuk menjadi pengawas dan pengawal Vayyu.

Mananko · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
17 Chs

Bab II - Penjara Segel

Penjara Segel.

Sarvati tidak pernah merasa nyaman dengan tempat itu. Mendengar namanya saja cukup untuk membuat Sarvati bergidik.

Dia terbang agak tinggi di atas awan yang menghitam. Sudah cukup lama dia tidak begini. Menikmati angin dingin dan pemandangan bintang di langit tanpa terhalang apapun. Namun, para bintang tampak lebih temaram hari ini.

Entah jika ini hanya perasaan Sarvati atau memang ada penyebab lain. Misalnya karena sisa-sisa kekuatan Rahnuc ataupun karena lokasinya sudah dekat dengan Penjara Segel.

Dia menukik tajam menembus awan. Di bawah sana, berdiri kokoh tebing besar melingkar di tengah-tengah tanah tandus. Tebing itu membatasi sebuah tanah lapang dengan lubang raksasa di tanah. Perlahan, mulai terlihat undakan tangga melingkar yang menuruni lubang.

Dari penjara, tiga ekor nagga melesat ke langit. Sarvati berhenti menukik sementara mereka bertiga terbang mengitari Sarvati.

"Peri membara, eh?" kata salah satunya dengan nada sinis. Dia lalu mengisyaratkan agar Sarvati cepat-cepat turun, "Berani juga kau sampai membuat mereka menunggumu."

"Aku tersesat," jawab Sarvati sembari mengangkat bahu lalu meluncur lagi.

Perasaan Sarvati selalu tidak nyaman jika dia berada dekat dengan Penjara Segel. Dia merasa seolah ada aura keji yang diam-diam memancar dari sana. Penjara Segel adalah tempat untuk mengurung para kriminal yang sangat berbahaya untuk Kekaisaran Naga ataupun untuk dunia ini.

Beberapa cerita mengatakan bahwa kriminal dengan kekuatan besar dan mengerikan serta sifat jahat yang begitu kuat justru sebaiknya tidak dieksekusi. Memenjara dengan cara biasa sudah tidak mungkin, tetapi menghabisi nyawa mereka justru beresiko melepaskan kejahatan dan kekuatan mengerikan yang mungkin terpendam di tubuh kriminal itu.

Inilah sebabnya mengapa dulu Kekaisaran Naga selalu berusaha menghalangi Rignil dan rekan-rekannya, termasuk Sarvati, dalam usaha mereka menaklukkan Rahnuc. Kekaisaran Naga justru ingin menyegel naga iblis itu.

Sarvati benci mengakui ini. Setelah melihat efek samping kematian Rahnuc pada dunia, Kekaisaran Naga sepertinya ada benarnya. Walau begitu, Sarvati enggan menyalahkan Rignil juga. Rekannya itu hanya melakukan apa yang dia tahu dan anggap benar. Cita-citanya murni.

Karena itu Sarvati harus memperbaiki segalanya. Dia harus mengemban cita-cita itu.

Di dekat lubang besar berdiri Kaisser. Dia tampak berbincang dengan seekor nagga yang menggunakan baju zirah baja dan jubah kekaisaran berwarna merah dengan bordir emas. Nagga itu memiliki sisik merah jingga dan tanduk yang terbentuk bagai mahkota. Dia berdiri bersandar pada sebuah kapak. Di belakangnya ada sebaris nagga dengan baju zirah lempeng berwarna merah gelap.

Sarvati mendarat di samping Kaisser dan berlutut di hadapan naga dengan jubah kekaisaran itu, "Mohon maaf atas keterlambatan, hamba, Yang Mulia."

"Sudah kukatakan, Sarvati, jangan panggil aku atau menyebut dirimu layaknya manusia berbicara dengan raja-raja mereka," jawab Drakko Sang Kaisar dengan enteng.

"M-maaf hamb… s-saya…."

"Tidak apa-apa, bangunlah."

Ketika Sarvati berdiri, salah satu pengawal Drakko berdeham dan mengulurkan tangan, "Senjatamu."

Sarvati melirik ke sebelah kiri depan. Tombak milik Kaisser tertancap di samping pengawal Drakko. Tidak ada satupun pengawal yang memegaginya. Masuk akal, karena tidak ada naga lain yang tahan memegang tombak itu. Masalahnya, kondisi senjata yang Sarvati pakai mungkin lebih buruk dari itu.

"Aku tidak menyarankan hal itu," kata Kaisser. "Kedua pedang itu tidak mau lepas dari tuannya."

"Ini keharusan demi keamanan Kaisar, Jendral."

"Dan menurut kalian berada di tempat ini membuat Kaisar Drakko aman?"

"Kau…."

Pengawal Drakko tercekat. Di lain pihak, Kaisser tampak berpikir sejenak lalu menggumam, "Tapi mungkin justru di sini dia paling aman."

"Tidak apa-apa," Drakko menengahi. "Sarvati tidak akan bisa melukaiku. Tidak ada satupun dari kalian yang di tempat ini akan bisa."

Sarvati tidak yakin mengapa, tetapi untuk sesaat dia merasakan tekanan yang begitu kuat memancar dari Drakko sampai membuat lututnya gemetar. Tekanan itu bagai teror dan kegagahan yang dilepaskan makhluk yang sangat besar.

"Kecuali mungkin Kaisser," lanjut Drakko santai. "Dan…."

"Ahem," kini Kaisser berdeham, "Tapi setidaknya kau bisa simpan senjatamu Sarvati."

"Baik," Sarvati mengangguk setuju. Dia menarik kedua senjatanya yang berkobar dan berubah menjadi bola api, kemudian melahap keduanya.

Sebelah alis Drakko naik. Dia terlihat tertarik dengan kedua senjata Sarvati. "Berbicara soal senjata yang unik," Drakko menoleh ke tombak milik Kaisser. "Kau akan perlu tombak meteormu untuk melepas dia."

"Kau tidak akan memberiku pembuka segel?" Kaisser mendengus.

"Jumlahnya terbatas," Drakko menggeleng. "Lagipula kalau sampai ada yang tahu jumlah batu pembuka segel sampai berkurang. Yang kita lakukan sekarang bukan rahasia."

"Dengan jumlah orang yang ada di sini, mustahil kalau ini sampai bisa jadi rahasia," keluh Kaisser sambil berjalan menuju tombaknya.

"Kita bisa percaya para pengawalku dan penjaga penjara ini."

"Bagus," Kaisser mencabut tombaknya. Para pengawal Drakko menegang. "Setidaknya mereka cukup siaga untuk tidak memercayaiku," Sang Meteor Merah tergelak. "Aku permisi dulu. Sarvati, ikut denganku."

Sarvati menunduk sedikit pada Drakko lalu berjalan mengikuti Kaisser meyusuri tangga yang menuruni lubang raksasa. Mereka berkali-kali melewati gua-gua yang masuk ke dalam dinding lubang. Tiap gua memancarkan aura keji yang begitu menyesakkan dada. Semakin jauh mereka turun, semakin pekat seluruh aura itu. Sarvati begitu kesulitan bernapas ketika mereka hampir mencapai dasar gua.

Anehnya, semua itu menghilang begitu Sarvati mencapai dasar. Aura di sana begitu sejuk dan nyaman. Begitu ringan seolah semuanya baik-baik saja. Hanya ada satu gua besar di sana.

"Maaf, Jendral, tetapi siapa yang sebenarnya akan kita lepaskan?" tanya Sarvati penasaran. "Tempat ini sangat berbeda dengan yang lain."

Kaisser tersenyum kecil mendengar komentar Sarvati. "Tentu saja, Vayyu Wissn," katanya singkat. Dia pun melangkah masuk ke dalam gua.

Sarvati tersentak. Dia pernah dengar nama itu. Vayyu Wissn adalah kriminal paling berbahaya di Kekaisaran Naga. Puluhan tahun lalu kriminal itu meluluh lantakkan sebuah bukit sampai menjadi kawah besar. Dia juga berseteru dengan Kaisar sebelumnya, Takksa.

Begitu banyak legenda mengerikan yang menyebar soal nagga terkutuk itu, Bahkan tidak sedikit yang mengatakan bahwa dia mungkin jauh lebih berbahaya dari pada Rahnuc. Untuk apa Kaisser dan Drakko melepaskan makhluk berbahaya seperti itu?

Belum lagi, Sarvati mendengar rumor bahwa Jendral Kaisser sesekali berkunjung ke tempat ini. Entah untuk alasan apa.

"Hng!" Sarvati nyaris jatuh berlutut saat memasuki gua.

Memang tempat ini tidak memancarkan aura keji sedikitpun. Akan tetapi, dia merasa energinya seperti di sedot. Di sepanjang koridor gua tampak huruf-huruf segel yang berpendar kebiruan. Apa mungkin mereka yang menghisap tenaganya?

"Kau tidak apa-apa, Sarvati?" Kaisser bertanya.

"Tidak apa-apa, Jendral."

Kaisser mengangguk dan terus berjalan. Dia tidak tampak lelah sedikitpun. Entah jika itu karena kekuatannya yang begitu besar, atau karena dia adalah seekor nagga biasa yang tidak memiliki sedikitpun kekuatan sihir.

Jalur ke dalam gua itu tidak terlalu panjang, tetapi Sarvati merasa jalannya begitu jauh. Mereka akhirnya mencapai ujung gua itu yang berupa sebuah ruangan bundar.

Di tengah-tengah ruangan terdapat sebuah kristal biru muda besar yang melayang. Terdapat empat rantai yang mencuat dari dalam Kristal dan tertancap ke dinding gua.

Sarvati seperti melihat sesosok makhluk di dalam kristal itu. Dia berusaha memicingkan mata untuk melihat lebih jelas. Namun, dia tidak bisa terlalu berkonsentrasi. Sama seperti huruf segel, kristal besar itu berpendar seolah mendapatkan kekuatan bersinar dari menghisap tenaga Sarvati.

"Bangun, Wissn," Kaisser meletakkan telapak tangannya pada kristal. "Buka matamu," panggilnya sekali lagi, Kristal itu kini berpendar seperti denyut jantung.

"Bangun, kataku!" mendadak Kaisser mengangkat tombaknya dan memukul-mukulkan matanya ke kristal tersebut. Retakan mulai bermunculan setiap hantaman dilancarkan Kaisser, sampai akhirnya kristal itu pecah berkeping-keping.

Seketika itu seluruh huruf segel dari gua terbang dengan cepat dan berputar mengitari sosok yang keluar dari kristal membentuk bola. Mereka lalu masuk ke tubuh makhluk yang disegel itu,

Keadaan gelap gulita untuk sesaat sebelum para huruf segel kembali menyala. Dia memandang ke depan dan melihat sosok yang baru saja dilepas dari dalam kristal. Sarvati tidak percaya dengan pengelihatannya sendiri.

Vayyu Wissn adalah seekor nagga, sama sepeti mereka. Dia bertelanjang dada dan memiliki sisik berwarna biru yang menutupi seluruh tangan dan sebagian wajahnya. Seluruh tubuhnya bertato huruf segel. Kedua tangan dan kakinya masih terikat rantai. Wajahnya lembut seperti manusia, rambutnya hitam berkilau, dan dia tidak bertanduk.

Tidak sedikitpun terpancar kekejian ataupun kekuatan darinya. Sarvati seperti berhadapan dengan nagga biasa… bukan, perasaaan ini seperti bertemu manusia biasa macam petani atau pedagang.

Apa benar ini kriminal paling berbahaya dalam sejarah Kekaisaran Naga?