webnovel

Kejutan 2

Malam ini hari ulang tahunku, berdalih ingin merayakan hari kelahiranku, ayah menyewa sebuah yacht kecil, katanya sudah lama ulang tahunku tidak dirayakan. Yang hadir dalam perayaan pun cuma kami berempat,dan tambahan satu orang luar, siapa lagi kalau bukan Tian. Oh ya setelah kejadian diruanganku dan pembatalan rencana pernikahan kami, Dewi dan Tian berlagak seperti orang asing yang tidak saling kenal. Dan dikantor dan disekitar keluarga tiba-tiba beredar isu jika alasan pembatalan rencana pernikahanku karena aku kepergok selingkuh dengan pria lain dan Tian lah yang meminta rencana pernikahan dibatalkan. Aku sih tak peduli walau sedikit tidak nyaman, karena setiap pandangan orang lain bila melihatku agak jijik dan terkesan sedikit menjauh.

Sebagai pemeran utama aku malah seperti dikucilkan dalam acara ini, mereka meninggalkanku duduk dikursi sendirian, sedangkan mereka sedang berdansa dan bercanda. Aku masih menikmati minumanku saat kurasaakan tenggorokanku makin terasa kering, semakin banyak kuminum malah semakin kering tenggorokanku dan malah cenderung sakit. Aku merasa ada tangan yang mencekikku saat kubuka mataku wajah ayah yang ada didepanku, cekikan ayah dileherku semakin kencang kurasakan. Aku semakin susah bernafas, sekuat tenaga aku berusaha melepaskan tangan ayah dari leherku, aku mencakar, menendang apapun kulakukan saat semakin sedikit udara yang bisa kuhirup. Saat cekikan itu terlepas aku sudah seperti ikan yang kehabisan air, berusaha bernafas sampai tersedak.

"Kenapa?" hanya itu kata yang sanggup kuremas dari mulutku. Apakah benar dia adalah ayahku?, ayah kandungku?

"Secara darah kamu memang anakku, tapi perasaanku untukmu sama seperti perasaanku untuk bundamu, hanya sebuah kewajiban dan...beban" seolah ayah mengerti arti tatapanku padanya. Aku tertawa tapi air mataku mengalir deras.

"Apa kamu merasa sakit?" kini Dewi yang tersenyum mendekatiku. Aku melihatnya dari posisiku yang masih bersimpuh dilantai. Tubuhku terasa seperti digigiti ribuan semut dan aku juga sangat lemah dan rentan.

" Apa yang kalian lakukan padaku?"

"Aku hanya mencampur racun dalam minumanmu, racun yang sama yang diberikan ayahmu pada ibumu, bedanya hanya ibumu diracun sedikit demi sedikit, sedang untukmu langsung kuberi dosis yang tinggi" perempuan itu menjabarkan perbuatannya seperti pembawa acara menyampaikan berita cuaca.

"Harusnya kamu tidak berkeras untuk menguasai perusahaan, jika kamu tetap diam diluar, mungkin kami masih membiarkanmu hidup" kata ayah tanpa ada sedikitpun penyesalan dalam nada suaranya.

"Karena kamu keras kepala kami harus merubah rencana, aku harus terpaksa mendekatimu dan menikah denganmu sampai kamu menyerahkan perusahaan itu padaku" Ternyata Tian juga dari awal sudah berkomplot dengan mereka.

Dewi menarik keras rambutku kebelakang. Sekarang wajah cantiknya telah hilang berganti wajah bengisnya yang asli.

"Taukah kamu betapa marahnya aku saat Tian harus terus mendekatimu dan seakan memujamu? dan betapa inginnya aku mencakar wajahmu yang munafik ini saat itu dikantor? kantor yang harusnya milikku? dasar jalang sok suci" sambil membenturkan kepalaku kelantai kapal berkali-kali sampai kepalaku terasa sakit sekali. Dalam hati aku bersumpah jika aku masih diberikan hidup oleh Tuhan, aku akan membalas mereka semua berkali-kali lipat dari yang telah mereka lakukan padaku dan bunda. Sekarang air mataku sudah kering yang ada tinggal kebencian yang memuhi hatiku.

"Ikat dia" perintah ayah pada Tian. Kedua tanganku diikat kebelakang, bahkan kakikupun juga diikat. Aku tak bisa melawan sama sekali.

"Masukan dia" kulihat Tian membawa karung goni besar, apa mereka akan membuangku kelaut dengan itu? aku hanya bisa pasrah, tapi hatiku sungguh tidak iklas sama sekali.

Sebelum tubuhku dimasukkan kedalam karung Dewi dan ibunya masih sempat menendangiku samapi mereka puas. Tubuhku seakan mati rasa sekarang, efek dari rasa sakit yang berlebihan. Bahkan kini Dewi mengambil pisau buah dari meja, tangannya menarik lagi rambutku kepelakang, apa lagi yang akan dia lakukan? belum puaskah melihatku kesakitan dari dalam karena racun, dan sakit dari luar karena tendangan mereka, ayahpun sesekali memberiku tendangan, bahkan tendangan terakhirnyalah yang membuatku terlempar sehingga menabrak kursi saking kerasnya tendangan itu seakan nafasku ditarik paksa keluar dari dadaku. Ujung pisau yang tumpul perlahan menusuk pipi kananku tepat dibawah mata.

"Aaaahhhh..." rasa sakit yang intense membuatku tanpa sadar berteriak dan membuat tubuhku gemetar hebat, dari bawah mataku Dewi menarik pisau itu kebawah sampai kedagu dan itu dilakukannya berulang - ulang dan diulangi lagi pada pipiku sebelah kiri, dan selama itu aku tidak berhenti berteriak sampai suaraku serak. Mereka tertawa bahagia melihatku disiksa Dewi. Saat ini kesadaranku sudah mulai hilang selain karena racun juga karena kehilangan banyak darah, aku merasa tubuhku dimasukkan disebuah tempat dan diangkat seaeorang. Untuk sesaat tubuhku terasa melayang diudara sebelum bertabrakan dengan dinginnya air laut saat tengah malam. Aku seperti ditarik kebawah oleh kekuatan yang tak terlihat, secara insting tubuhku meronta saat kematian memaksaku untuk menyerah dan semuanya terasa gelap tak berujung.

***

2 hari sebelumnya ditempat lain.

Siang itu Marra seorang gadis berusia 18 tahun dan masih duduk dibangku kelas 2 SMA, berencana memberikan sebuah jam tangan pada kekasihnya Abi, yang baru 1 minggu yang lalu menyatakan perasaan padanya dan telah diterima olehnya. Abi adalah seorang idola sekolah, tinggi, tampan dan jago main basket. Semua siswi di SMA Harapan mengidolakan dia. Sebenarnya Marra harusnya curiga kenapa seorang idola memintanya menjadi pacarnya, walau sebenarnya Marra adalah anak tunggal dari pemilik sekolah tapi karena dia adalah anak yang sederhana, dia meminta papinya merahasiakannya, Marra juga perpenampilan seperti nerd sejati dengan kaca mata besar dan tebal, rok panjang sesuai aturan juga rambut kepang duanya. Tapi perasaan bahagianya telah mengaburkan pikirannya. Sejak awal masuk sekolah seperti siswi lain diapun juga terpikat oleh pesona seorang Abimanyu Sanjaya. Dan sejak saat itu dia berusaha mendekatkan dirinya walau selalu berakhir dengan dia yang dipermalukan oleh Abi dan gengnya. Dan sejak saat itu pula setiap Abi atau gengnya berpapasan dengannya mereka selalu berusaha menherjai dan mempermalukannya. Apalagi seorang siswi yang bernama Bella, dia sangat suka menyebarkan fitnah keteman-teman kelasnya dengan gosip yang tercela, seolah Bella sangat membenci Marra, padahal selama SMP Bella dan Marra bersahabat, dan Bella juga tau jika sebenarnya Marra itu sangat cantik, bahkan dia adalah idola juga dulunya. Setiap Bella kesulitan Marra selalu ada untuk membantunya entah itu sekedar jasa ataupun masalah financial. Dan saat aemua orang menjauhinya karena pekerjaan sampingan Bella sebagai bispak terbongkar, karena ada teman sekolah yang melihat Bella masuk hotel dengan seorang om-om hidung belang, hanya Marra yang masih setia menemani dan menyemangatinya. Mereka berjanji akan selalu meniadi sahabat apapun yang terjadi, tapi begitu masuk SMA sifat Bella yang sangat baik pada Marra pun berubah 180 derajat. Marra selalu bertanya-tanya apa salahnya pada Bella sehingga membuat Bella berubah memusuhinya.