webnovel

Janji iv

Makna yang Tersembunyi

***

Hari demi-hari berlalu seperti biasanya, namun tidak dengan dua bocah lelaki. Blash di dalam tubuh Dwi bersikap seperti biasa, hanya saja Dark Power (Energi Gelap) di tubuhnya berkembang lebih masif dari sebelumnya. Tidak ada keanehan yang disadari Edi kecuali perasaan lain ketika berada di dekatnya. Gejolak dua energi yang berbeda menimbulkan konflik di antara mereka, tidak tanggung-tanggung kulitnya kerap kali terkena luka sayat.

Hubungan mereka perlahan merenggang, bukan tanpa alasan Edi menjauhi Dwi. Alasannya karena dia tidak tahan dengan Dark Power, sebisa mungkin Edi tidak ingin berinteraksi dengan energi itu. Mengingat elemen keduanya saling bertolak belakang, setiap dia merasakan bahaya Edi akan menghindari Dwi dengan berbagai alasan.

"Aku duduk di belakang saja ya, Dwi."

"Aku pulang duluan ya...."

"Lain kali saja ya, aku disuruh pulang cepat...."

"Ehm... A-anu,..."

Memang berat rasanya jika harus meninggalkan Dwi, terlebih dia adalah sahabatnya. Namun rasa takut sudah menguasainya, sakit dan perih setiap kali berinteraksi dengan Dark Power. Hampir sekujur tubuhnya tergores, bahkan luka itu butuh waktu lama untuk sembuh, parahnya lagi bekas luka sulit dihilangkan dan menghitam.

Sebenarnya lukanya tidak terlalu parah, hanya goresan kecil tapi jumlahnya yang menjadi masalah. Ditambah lagi bukan hanya luka fisik saja, serta cara mengobati yang tidak biasa. Edi memerlukan Light Power (Energi Cahaya) untuk menghilangkannya, sayangnya dia belum bisa mengontrol Light Power. Akibatnya luka dari Dark Power menjadi momok baginya.

Blash sendiri begitu gembira melihat kelakuan Edi, dia tidak mengira Shikai Hits begitu payah. Rencananya untuk menutup kepribadian ternyata berguna, Blash memanfaatkan memori lama Dwi sebagai umpan. Blash meniru keseharian Dwi dari kebiasaan hingga tingkah lakunya, bahkan kenangan bersama Edi bisa dijadikan senjata.

Sayangnya bocah itu terlalu penakut, selain tidak bisa mengontrol Light Power Edi juga tidak paham tanda dari Hits. Blash merasakan Light Power di dalam tubuhnya begitu minim, bisa jadi itu hanya energi milik Hits. Tidak seperti Dwi, inangnya.

Blash berharap lebih dari ini, sayangnya ekspetasi-nya pada Edi terlalu tinggi.

Dia menjadikan Dwi sebagai tolak ukur kedua Shikai, tapi nyatanya keduanya begitu berbeda. Sekarang Blash menjadi iba pada Hits, mengapa dia mendapat Shikai seperti itu. Jika saja Shikai Hits memiliki kemampuan yang sama dengan Dwi, setidaknya dia sudah menyadari keberadaan Blash, bahkan bisa jadi dia tidak akan bertahan selama ini.

Pernah suatu hari Edi memaksa dirinya untuk bertahan dari tekanan Dark Power hingga tubuhnya penuh luka. Bocah itu bertingkah naif di mata blash, tidak jauh berbeda dengan nekad. Pasalnya Edi bisa saja mati karenanya, menerjang Dark Power tanpa Light Power, sama saja dengan melompat ke tumpukan duri dan ranjau.

Meski sekujur tubuhnya dipenuhi luka, bahkan kesadarannya sudah mulai berkurang Edi masih saja memaksa untuk bertahan. Berdiri saja cukup sulit dengan tubuh penuh luka dan lebam, bocah itu tetap saja rela terluka demi sahabatnya.

"Kamu ini masih Dwi kan?" Edi bertanya spontan, kenangan lama sebelum adanya U-watch berputar di kepalanya, tidak ada Dark Power ataupun Light Power diantara mereka.

Walaupun dia tidak tahu pasti itu Dwi atau Bukan, Edi tetap bertanya. Mengingat di matanya Dwi tidak berubah sama sekali, dia hanya lebih fokus meningkatkan Dark Power. Menurutnya itu perlu untuk menambah kemampuan dan menekan Blash, meski dia sendiri belum bisa mengendalikan Light Power.

"A-apa maksudmu, Edi?" jawab Blash terbata-bata, dia ragu apakah sudah ketahuan jika tubuh Dwi sudah dikendalikan olehnya.

Mungkinkah Edi mengenali Dwi tanpa Light Power? Tapi bagaimana bisa, Blash sudah berakting sebaik mungkin layaknya Dwi biasa. Dark Power di sekitar Dwi semakin pekat, Blash berniat menyingkirkan Edi jika dia sudah mengetahui kedoknya. Mudah baginya melenyapkan Edi yang sekarang.

Melihat gelagat aneh Dwi, Edi menggeleng cepat dan berkata "Tidak... Bukan apa-apa kok."

Edi mencoba berkelit mencari alasan, meski dia sendiri bertanya tanpa alasan. Sebenarnya dia hanya khawatir pada Dwi karena perasaannya merasa ragu jika orang yang bersamanya itu memang Dwi atau Blash. Jangan sampai Dwi terpengaruh Blash, meski nyatanya Dwi sudah ditaklukkan Oleh Blash.

Edi tersenyum penuh arti, "Aku pikir kamu sudah dikendalikan oleh Blash." lanjutnya.

Dwi tertawa mendengarnya, Blash sudah bersemayan di tubuh itu. Dark power yang menyelimutinya menipis, Blash tidak perlu khawatir lagi untuk menyingkirkan Edi.

"Te-Tentu saja ini aku, Edi.…"

"Mana mungkin aku dikendalikan oleh Blash."

Ingatan lama Dwi berputar memberi ide baru pada Blash, dia harus bersabar lebih lama lagi. Blash ingin melihat Edi terpuruk lebih dalam, wajah putus asa Edi saat sahabatnya pergi. Mungkinkah persahabatan mereka berakhir hanya sampai di sini atau ada harapan baru bagi bocah itu. Blash akan memanfaatkan ingatan lama Dwi, senjata utamanya untuk menjatuhkan Edi dan ikatan mereka berdua.

"Bukankah kita sudah berjanji sebelumnya, Edi." Dwi mengepalkan tangan kanannya lalu diarahkan ke Edi, "Kamu masih percaya bukan?"

Perlu diakui Dwi itu orang yang hebat di mata Edi, sehingga tidak mungkin Dwi dikendalikan dengan mudah. Konyol rasanya jika Dwi menyerah semudah itu, sahabatnya itu adalah anak yang tangguh. Dwi pandai menilai situasi dan mampu menyelesaikan masalah dengan mudah.

Lagi pula tidak mungkin Blash tahu janji keduanya, jika bukan Dwi tidak akan mengingat bahkan tahu janji itu. Bodohnya, Edi tidak tahu jika memori Shikai bisa diambil atau diberikan melalui U-Watch. Jadi bukan perkara sulit bagi Blash untuk mencari memori keduanya.

Edi tersenyum sumringah mendengar ucapan Dwi, dia kepalkan tangan kanannya lalu membalas kepalan tangan Dwi.

"Aku percaya kok."

***