webnovel

Janji ii

Langkah Awal Blash ii

***

Seorang bocah lelaki berdiri di depan sebuah cermin, dia menatap lekat cermin itu. Dia tidak sedang berdandan, juga tidak sedang mencoba baju barunya. Melainkan mengamati sekujur tubuhnya yang mulai ganjal, iris matanya begitu hitam –hitam pekat- bagai gelapnya malam yang kelam.

Raut wajahnya suram seakan putus asa, kecemasan dan rasa takut menyelimuti tubuhnya. Bahkan ia sendiri tidak menduga ini akan terjadi begitu cepat.

"Sepertinya aku yang akan mengingkari janji." batin Dwi.

Bocah itu tersenyum masam melihat sebuah objek yang bergejolak dari lengan kanannya, lebih tepatnya dari sebuah jam tangan. Benda itu ibarat bom waktu baginya, di dalamnya terdapat Code Blash dengan kemampuan kegelapan.

Objek itu bentuknya seperti asap, tipis transparan tapi gelap karena warnanya yang hitam. Benda itu merayap dan merambat dengan cepat, hingga dalam hitungan detik sudah menyelimuti seluruh tubuh Dwi.

Cshh....

Dwi berdecak kesal, giginya bertaut keras ketika mendengar suara mendesis, tubuhnya bergetar tidak karuan karena takut. Munafik jika dia tidak mengakuinya, asap itu terasa menusuk saat menyentuh kulitnya. Belum lagi, sekujur tubuhnya penuh benda itu, tubuhnya semakin menggigil ketika merasakan keberadaan Blash, hawa di sekitarnya berubah mencekam. Bulu-bulu halus di tubuhnya meremang serta keringat mulai mengucur dengan deras.

<"Aku Akui Keberanianmu Bocah."> Dwi mendengar bisikan, meski suaranya lirih tapi terdengar memilukan. Nada seraknya mengandung kebencian darinya.

Samar Dwi melihat bayangan hitam di belakangnya, walau itu hanya asap hitam yang menyelubunginya.

"B-Blash,..." gumamnya pelan, disusul suara tawa yang memekikkan telinga Dwi.

Merasa dipanggil, asap itu bergejolak kemudian memisahkan diri tepat di belakang Dwi, rasanya seperti energinya di sedot meski berasal dari U-Watch. Sosok siluet seorang pria timbul di sana, sekujur tubuhnya hitam legam selain kedua matanya.

Bibirnya merekah, dia tersenyum begitu lebar hingga rongga pipinya ikut terbuka. Dwi melihatnya merasa ngeri, belum lagi deretan gigi tajam di mulutnya menambah kesan seram darinya.

<"Jangan Pernah Sebut Nama Itu, Aku Tidak Suka Nama Dari-Nya."> bentaknya kasar, saking kerasnya Dwi mendengar seolah gendang telinganya ingin pecah.

Lebih buruk lagi, karena langsung mengenai syaraf suaranya menjadi begitu menyakitkan. Tidak lagi telinga yang sakit, melainkan seisi kepala seperti di kocok. Selain itu, Blash juga menyebarkan aura intimidasi membuat Dwi merasa tidak berdaya. Mentalnya seketika hilang saat melihat makhluk itu secara langsung.

Siapa juga yang berani berhadapan dengan makhluk mengerikan ini. Selain wujud Blash, hawa keberadaannya juga membuat tertekan. Bahkan suasana atmosfir di sekitar berubah seketika. Lalu, bagaimana dengan kemampuannya? Tidak akan yang bisa menduganya bukan.

Meskipun begitu Dwi mau tidak mau harus berhadapan dengan makhluk itu! Nasibnya ke depan ditentukan oleh hasil pertempurannya sekarang.

Blash melayang mengitari tubuh Dwi berusaha untuk mengamatinya lebih jauh, <"Tidak Kusangka Yang Akan Menghalangiku Hanya Seorang Bocah Ingusan..."> ucapnya.

Dia menghempaskan energi gelap ke sekitar, Dwi tersentak sesaat bahkan terdorong hingga membentur dinding, <"Orang Itu Masih Meremehkanku Rupanya.">

Dwi meneguk ludah lalu memposisikan diri, meski tubuhnya gemetaran bahkan bisa roboh kapan saja, dia sudah bertekad untuk berusaha semampunya demi Sabahatnya. Mungkin jika itu orang lain, bisa saja dia sudah mengompol mengingat usia mereka yang masih bocah.

"A-aku akan berjuang melawannya!" batinnya gemetaran.

Blash tersenyum melihat reaksi Dwi, dia tidak menduga bocah itu masih memiliki tekad untuk bertahan, walau hasilnya sudah cukup jelas baginya. Dia tidak bisa menutupi kegembiraannya, seakan mendapat Jackpot dengan tubuh inang yang cukup baik. Belum lagi bocah sepertinya cukup berharga mengingat seorang bocah pada umumnya memiliki mental yang lemah.

<"Tubuh Yang Bagus."> Blash tergiur dengan tubuh Dwi, tidak sabar ingin merasakannya dia menunjukkan nafsunya dengan jelas.

Dwi reflek melompat ke samping, tubuhnya merasa terancam hanya merasakan niat Blash hingga terasa kaku. Blash tersenyum semakin lebar melihat reaksinya, dia semakin tertarik dengan Dwi, tidak sabar ingin mencoba tubuh inang barunya.

<"Khekhekhe... Reaksi Yang Bagus Bocah.... Aku Semakin Menyukaimu.">

Dwi berdecak kesal, paham maksud dari perkataan Blash. Meskipun Dwi sudah tahu hal ini akan terjadi, dia tidak rela jika tubuhnya harus diambil alih. Apalagi setelah melihat wujud makhluk itu, dia semakin yakin untuk menghentikan Blash.

Masalahnya adalah bagaimana cara untuk menghentikannya, data tentangnya tidak diketahui. Menurut Dwi kemampuan Blash terpaut jauh, mengingat dia sendiri menyatu dengan wujud elemen itu sendiri, bahkan merupakan bagian dari kegelapan. Dwi sendiri baru bisa sedikit mengontrolnya, itu pun hanya sebentar. Membayangkan saja sudah membuatnya ngeri, Blash terlalu berbahaya baginya.

Tidak ingin berlama-lama, Dwi mulai memfokuskan pikiran untuk mengontrol Dark Power, lagi pula tidak ada gunanya jika hanya berfikir.

Dia memasang kuda-kuda, telapak tangannya diselimuti asap tipis. "Aku akan berjuang, semampuku!"

Blash tersenyum lebar melihat calon inangnya, dia semakin tertarik pada Dwi. <"Bocah, Rupanya Kamu Cukup Pandai."> puji Blash.

Dia yakin tubuh Dwi akan menjadi inang terbaik untuknya mengingat tidak sembarang orang bisa mengontrol energi terlebih Dark Power.

Bukti jika Dwi layak menjadi Shikai, sayangnya nasib buruk jika harus bertemu dengan Blash. Berbeda dengan Hits, Blash tidak rela energinya digunakan orang lain. Dia lebih suka menggunakan untuknya sendiri, bahkan dia tidak segan jika harus merebut tubuh Shikai demi memiliki kontrol penuh.

Blash mengurangi kapasitas Dark Power di sekelilingnya, hanya Siluet tubuhnya yang tersisa –tubuh seorang Pria Hitam pekat-. <"Saatnya Bersenang-Senang."> Dia ingin bermain-main sejenak dengan Dwi, sejauh mana kemampuannya.

Walaupun sudah jelas siapa pemenangnya, sekuat apapun Dwi mencoba kecil kemungkinan baginya untuk menang. Menyentuhnya saja belum tentu bisa, apa lagi melukai Blash, kecuali jika ada keajaiban muncul. Setidaknya bagi Blash, dia bisa melihat potensi bocah itu. Tidak sebatas menjadi inangnya nanti, melainkan juga bisa menjadi boneka miliknya.

Saking tidak sabarnya Blash ingin mencoba tubuh Dwi, dia tidak menutup sedikitpun nafsu bahkan jika dia memiliki tubuh asli, mungkin air liurnya sudah menetes dari tadi.

<"Kemarilah,...">

Blash mengacungkan tangan kanannya, lalu mengayunkannya sebagai provokasi. Dia membiarkan Dwi menyerang lebih dulu, selain itu juga untuk menguji batas kemampuan bocah itu.

Dwi langsung saja maju dan bersiap memukul dengan tangan kanan yang sudah diselimuti energi. Blash menahan pukulan Dwi dengan menangkapnya, energi itu menyebar lewat dan melewati jari-jemarinya. Rasanya seperti semilir angin bagi Blash, dia sedikit menyayangkan, sepertinya Blash berharap terlalu tinggi pada Dwi.

Dwi tidak berhenti di sana, dia melanjutkan dengan tendangan samping dan tendangan itu mengenai pinggul Blash telak. Asap hitam menyebar keluar dari sana.

Blash sempat terkejut dengan serangan kejutan dari Dwi, dia tidak menduga serangan itu. Meski tidak berdampak banyak untuknya, setidaknya pinggulnya merasa suntikan.

<"Lumayan."> pujinya, dia melepaskan tangan Dwi.

Dwi sempat mengibaskan pergelangan tangannya, rasanya nyeri di genggam makhluk itu, mungkin karena terlalu erat.

Blash merubah tubuhnya menjadi gumpalan, bentuknya seperti lendir yang bergejolak. Rupanya kaki Dwi tersangkut di sana, dia berusaha menariknya. Merasa percuma, karena dirinya merasa tertarik, dia melompat dengan satu kaki lalu menendang titik di mana kakinya berada. Gumpalan itu terbuka, Dwi segera mengangkat kakinya dan menjauh dari Blash.

Blash tertawa mengejek, dia sengaja membiarkan Dwi lepas karena masih ingin bermain-main sekaligus mengetes kemampuannya. Jika Blash mau, dia bisa menjerat dan langsung menangkapnya saat itu juga. Gumpalan itu beriak lagi, kemudian memecah menjadi lima bagian dan menyebar.

<"Sekarang Giliranku.">