webnovel

twenty four hours

Apa jadinya jika kalian hanya dapat mengingat selama 24 jam? lalu semuanya hilang bak di telan bumi? kalian bersyukur? atau selalu ingin kembali mengingat kejadian yang terlupakan itu? akankah 24 jam itu berharga? sebeharga apapun itu, jika semuanya lenyap. Akan terasa sia-sia saja. cari tahu bagaimana Sarah, gadis dengan ingatan 24 jam itu menjalani hari-harinya. Apa penyebab amnesia nya? akankah ia ingin kembali normal atau lebih baik dengan kondisinya sekarang? tidak ada yang tahu, baik itu seorang Sarah sekalipun. Hari-hari Sarah tidak seperti biasanya, ketika anak baru datang ke kelasnya. Cowok dengan keusilan, kelucuan, dan mudah tersenyum itu. Akankah Sarah mengingat orang-orang yang peduli padanya? akankah Sarah ingat jika ia pernah tersenyum? akankah Sarah sadar jika ia sudah kehilangan jati dirinya? Nikmati cerita yang disuguhkan dengan comedy ini!! dan cari tahu jawabannya.

Intanp_Zahara · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
32 Chs

Bab 12/Saksi Samping Tangga

Zafran melempar penghapus papan tulis di atas meja guru. Ia meregangkan ototnya, melihat ke penjuru kelas yang telah ia bersihkan. Zafran tersenyum puas dengan hasilnya, tidak begitu buruk.

Zafran menepuk debu di tangannya dan menghela nafasnya keras.

"Oke, saatnya olahraga. Karena guru nggak ada, gue akan main basket." ucap Zafran dengan semangat.

Zafran berjalan mengambil bola basket di bawah mejanya, ia melangkah hendak keluar menuju lapangan. Tapi, matanya terhenti ketika melihat pel terletak di samping papan tulis. Zafran baru ingat jika ia harus menaruh kembali pel tersebut di bawah tangga.

Dengan berat hati, Zafran mengambil pel tersebut, menghela nafasnya panjang.

"Pel oh pel! hidup kamu nyusahin juga ya?"

***

Zafran merasa puas karena tugasnya sudah selesai. Baik itu membersihkan kelas, atau pun mengembalikan pel. Zafran berjalan dengan merangkul bola basket di pinggangnya. Ia tersenyum tidak sabar untuk bermain basket.

"KENAPA HARUS IKUT CAMPUR?" terdengar teriakan seseorang.

Zafran menghentikan langkahnya, menoleh ke arah sudut tangga yang merupakan sumber keributan yang didengarnya. Dahi Zafran mengernyit menatap keadaan di sampingnya. Ia seperti mengenal orang-orang yang sedang meribut itu.

"Saya beneran nggak tahu," balas seorang gadis kuncir dengan gugup.

Ah... kini Zafran tahu siapa cewek itu. Dia adalah teman sekelasnya yang sedang amnesia dengan Kakak Kelas yang Zafran yakini itu adalah Kirana. apa yang sedang mereka lakukan? Zafran sangat penasaran.

"Gue tahu lo lupa ingatan," balas Kirana tajam " dan lo manfaatin itu agar lo nggak disalahin! andai lo tahu, gue dalam masalah karena laporan lo waktu itu!"

Terlihat Sarah yang gugup, Tapi cewek kuncir itu tetap memberanikan diri menatap Kirana.

"Maaf, Kak. saya nggak ingat," balas Sarah.

Zafran yang menyaksikan tanpa ada yang tahu, hanya diam memandangi. Ia mengenggam bola basketnya, tidak ada yang ingin dilakukan oleh Zafran. Cowok itu hanya memperhatikan dengan dalam.

Zafran menghela nafasnya lemah, mengangguk berkali-kali pada dirinya sendiri.

"Oke, ini bukan urusan gue!" ucap Zafran pada dirinya sendiri "gue nggak akan urus urusan orang, ini urusan dua orang yang bersangkutan. Cewek kuncir itu udah gue peringatkan kemarin, salah dia sendiri"

Zafran mengangguk berkali-kali dan membalik tubuhnya tidak ingin ambil pusing. Berjalan meninggalkan dua cewek yang sedang sibuk dengan urusan mereka.

Di sisi lain, Kirana menaruh tangannya pada bahu Sarah, menatap Sarah dengan tatapan tidak enak.

"Lo mungkin nggak ingat, tapi gue ingat. Cewek yang bermasalah dengan gue juga ingat kalau lo udah ikut campur urusan kita. Cewek itu nggak akan bisa apa-apa walau dibela oleh orang amnesia kayak lo. Manusia nggak berguna seperti lo harus dikasih peringatan yang keras," ancam Kirana.

Sarah yang mendengar ucapan Kirana barusan, kini menatap bola mata Kirana dengan berani. Membuat Kirana menatap tidak terima.

"Sepertinya Kakak merundung seseorang." ucap Sarah dengan nada datar "mungkin saya nggak ingat kejadian itu, tapi sepertinya saya mengerti kenapa saya terlibat dengan urusan kakak dan cewek yang kakak rundung,"

Mendengar itu, Kirana mendengus dan berkacak pinggang.

"Saya akan melakukan hal yang menurut saya benar jika memang kakak sudah merundung seseorang. Saya tidak ingat, tapi saya mengerti kenapa kakak marah. Saya melakukan hal yang benar." ulang Sarah mengingatkan jika ia benar.

Kirana menggertak giginya keras, nafasnya menggebu cepat, menatap Sarah dengan tatapan tajam tidak terima. Kirana melayangkan tangannya dan mendorong bahu kanan Sarah, membuat Sarah terpelonjak satu langkah ke belakang.

"Lo tahu apa?" tajam Kirana tak henti mendorong Sarah. Sarah hanya diam, masih ingin mencerna kejadian "lo nggak tahu apa-apa!"

"Lo nggak berhak ikut campur!"

"Lo cuma cewek amnesia yang nggak berguna!"

"Jangan sok jadi pahlawan!"

"Berhenti urus urusan orang!"

"Lo patutnya dikasihani, bukan mengasihani. cewek seperti lo itu bodoh!"

Dengan cepat, Sarah menatap dingin pada Kirana. Membuat Kirana mendengus kasar karena ditatap seperti itu.

"Saya hanya amnesia, bukan bodoh." tusuk Sarah.

Kirana kehilangan kesabaran, ia melayangkan tangannya, sontak Sarah menutup matanya takut. Di saat tangan Kirana sudah berancang, tiba tiba sebuah bola basket menggelinding di tengah-tengah dirinya dan Sarah. Kirana menatap basket tersebut dengan kebingungan.

Mata Sarah dan Kirana menatap tangan yang mengambil bola basket tak berdosa tersebut. Seorang lelaki tinggi berdiri dan merangkul bola basketnya. Ia tersenyum dan menghela nafasnya lega.

"Maaf, bola gue tanpa izin menggelinding begitu saja." ucap Zafran pada Kirana. Sarah menatap Zafran tidak percaya, sementara Kirana merasa tidak terima.

"Silahkan lanjutkan! maafkan bola saya yang nggak tahu sopan santun ini, saya akan berusaha mengajari bola saya lagi agar tidak mengganggu urusan orang." ucap Zafran ngaco, dan kemudian berbalik. Sementara Kirana mendengus menatap punggung Zafran.

"Oh ya," ucap Zafran dan kembali mengarah pada Kirana, Zafran menunjuk Sarah "cewek ini nggak ingat. Tapi, bukan hanya dia yang melihat kejadiannya. Gue juga lihat saat lo masukin merica ke makanan lo, Kak. Oh, merica lo kasih ke teman lo yang saat itu duduk di samping lo kan?"

Kirana diam membisu, melihat Zafran dengan mata berlagak tidak tahu.

"Bukan itu juga, lo gue lihat tersenyum sinis dengan mengangkat sudut bibir kiri lo. Dan memutar bola mata lo sombong karena merasa rencana lo berhasil." tambah Zafran mengulang ucapan Sarah kemarin. Kirana semakin tidak dapat percaya.

"Benar juga," Zafran berkacak pinggang dengan sombong, "gue juga bisa disebut sebagai saksi. Karena sudah menyaksikan perbuatan Kakak pada cewek kuncir ini tadi. Jadi gimana? mau dengan senang hati gue menjadi saksi atas perbuatan Kakak yang ini?"

Kirana mengepal tangannya kuat, nafasnya tertahan menahan amarah. Sementara Zafran tersenyum puas melihat Kirana.

"Lo--" tajam Kirana menunjuk wajah Zafran

Zafran dengan santai menurunkan tangan Kirana dari wajahnya. Ia menampilkan senyum manis. Berkacak pinggang sambil menatap kosong kesamping. Zafran menghela.

"Cantik-cantik perisak," sindir Zafran tanpa menatap orang yang disindirnya.

"Siapa yang perisak?" tanya Kirana tidak terima. Zafran beralih pada Kirana.

"Siapa yang cantik?" tanya Zafran

Kirana menghentakkan kakinya dan membalik tubuh meninggalkan Zafran dan Sarah. Zafran tersenyum puas pada dirinya. Orang seperti Kirana memang harus diperlakukan dengan begitu.

Sarah dengan ragu menyentuh ujung baju olahraga milik Zafran. Membuat Zafran menatap kaget. Mata Sarah berbinar, mengulum bibirnya ke dalam.

"I.. itu, makasih udah tolong saya." ucap Sarah merasa berterima kasih sekaligus merasa bersalah

Zafran mengangguk lemah menatap Sarah dalam. Melihat ketika Sarah diperlakukan seperti tadi oleh Kirana, membuat Zafran berfikir jika dunia sekarang sangatlah kejam.

Zafran menyentuh dadanya, ia menatap kosong ke depan, membuat Sarah menatap kebingungan. Zafran menghembuskan nafas panjang.

"Gue benar-benar udah gila!"