webnovel

Bab 4

Kantor menjadi sedikit lebih ramai hari ini, tentu saja karna adanya pesta kecil penyambutan menejer baru yang tak lain adalah Denis.

Dari jauh Monica tersenyum bahagia melihat bagaimana sahabatnya mendapatkan penghargaan. Rasanya tak percaya bahwa Denis bisa berada di posisi itu mengingat bagaimana hari itu dia dan Denis menangis bersama karna terancam tidak bisa melanjutkan kuliah. Lalu Denis marah padanya karna Ia memilih menyerah, Monica menahan Denis yang akan mengikutinya untuk keluar. Dengan susah payah Monica mencoba menanggung kehidupan Denis meski tidak sepenuhnya, tetap saja ada rasa bangga dan haru di hati monica melihat ke adaan Denis saat ini. Ia tak menyesal sedikit pun memilih keluar demi Denis. Karna Denis sudah membuktikan pada dirinya Denis melakukan yang terbaik dengan berada di sana Saat ini.

"Monic,,kamu ngapain diem di situ,Nih cek barang di gudang"

"Oh iya pak.. " ucap Monica dan meninggalkan tempat itu.

Ia harus melanjutkan pekerjaanya sebagai seorang staff umu. Lagi pula itu tidak akan lama lagi, Denis pasti akan mempromosikannya. Denis pasti akan memilihnya menjadi seketaris.

***

Dengan sedikit berkeringat Monica kembali ke meja kerjanya. Di lihatnya ada satu kotak kecil di atas meja kerjanya. Monica membuka itu dan di dalamnya adalah sebuah Mug bergambar peterpan dengan design berbeda dari milik sebelumnya.

_Sudah saatnya memiliki cangkir baru,untuk posisi baru_

Monica tak kuasa menahan senyumnya sendiri, Tentu saja ia tau gelas itu dari siapa tanpa perlu di tuliskan siapa pengirimnya.

"Euhm..yang satu naik jabatan dengan gaji meningkat beberapa juta dan si pendongkrak Cuma dapat gelas?" cibir Esme

Monica memejamkan matanya, Sungguh ia tak mau menghadapi Esme di saat-saat seperti ini. Tapi Ia bisa apa, orang seperti Esme benar-benar perlu di kasih pelajaran.

"Lu pengen banget gua naik jabatan kan? Tunggu aja sebentar lagi" ucap Monica tak tahan.

Ia pun meninggalkan mejanya dengan membawa gelas itu.

"Dia tidak akan memilih mu" ucap Esme yang nada suaranya berubah menjadi lebih serius.

Monica membalik tubuhnya dan menatap Esme marah.

"Kamu ada masalah apa sih sama Denis?"

Esme tak menjawab,Ia hanya terus menatap wajah Monica. "Berhentilah mempercayainya, buka matamu atau kamu akan tau siapa Denis"

Monica tersenyum sinis, "kenapa aku harus percaya padamu? Ah karna kamu bukan manusia? Kamu peri? Aku tidak percaya padamu, siapapun kamu. Berhentilah mencampuri urusan ku." Ucap Monica

"kamu akan menyesal" ucap Esme

Monica mengangguk, "aku sudah biasa menyesal, ataupun gagal. Bahkan meskipun aku tidak bisa naik jabatan seumur hidup ku, aku menerimanya. Aku terbiasa hidup dengan rasa sakit. Yang aku punya sekarang hanya rasa percaya pada Denis. Dan jika dia melukai ku, aku tidak akan menyesal aku pasti akan mati. Jadi berhenti saja mengkhawatirkan ku. Siapa kamu? Kamu hanya anak baru, yang juga staff umum, kamu harusnya sedikit lebih menghormatiku sebagai senior mu" ucap Monica dan Ia benar-benar meninggalkan Esme.

Ia bisa tenang menghadapi orang-orang yang berbicara buruk tentangnya,tapi tidak dengan Denis. Ia yang membuat Denis berdiri sampai saat ini, Ia akan terus melindungi Denis. Hingga Denis berdiri di puncak tertinggi yang Denis inginkan.

***

Lowongan Seketaris yang semula di buka lalu kemudian di tutup mengundang gossip tersendiri. Monica percaya bahwa ini pasti kerjaan Denis. Sejak awal Denis pasti sudah mengajukan namanya. Beberapa hari ini Ia pun tak bicara dengan Denis karna Denis yang nampak begitu sibuk. Monica meyakini bahwa itu hanya cara Denis membuatnya terkejut.

"eh.. udah denger siapa seketaris pak menejer baru belum?"

Monica menoleh dan mencoba menahan senyumnya, meski sudah 90% yakin namun Ia akan berpura-pura tak tau agar Denis merasa berhasil mengejutkannya.

"Monic..." panggil Denis

Monica masih menahan senyumnya. Ia berjalan mendekat pada Denis.

"Sudah terima hadiah gua?" tanya Denis

Monic mengangguk.

"Sabar ya, gua lagi usahain" ucap Denis

"usahain apa?" tanya Monica

"Ya adalah, oh ya.. gua punya supraise buat lu. Nanti sore akan gua umumin. Ya sekalian gua teraktir anak-anak kantor" Ucap Denis

Monica menganggukan kepalanya.

"yaudah gua tinggal ya.." tambah Denis dan meninggalkan Monica

***

Sebagai acara sukuran atas kenaikan jabatannya, Denis mengundang para pekerjanya untuk makan malam bersama. Tentu saja ada Monica di sana meski tidak duduk di dekat Denis. Ya, meskipun ia sahabat Denis secara jabatan Ia masih jauh dari Denis dan kursinya adalah di bagian ujung bersama staff umum lainnya.

"Selamat malam teman-teman, sebelumnya terimakasih banget teman-teman udah mau dateng. Semoga tanggung jawab yang di titipkan ke saya dapat saya emban dengan baik." Ucap Denis yang langsung mendapatkan tepukan tangan, tentu saja Monica melakukan hal yang sama bisa di bilang dia lah yang paling semangat.

"pada kesempatan malam ini, saya juga akan memperkenalkan seketaris saya yang akan bergabung dengan kita. Semoga keberadaanya dapat membantu pekerjaan kita" ucap Denis

Monica tersenyum lagi, anak ayamnya sungguh sudah tumbuh besar. Ia sudah bersiap untu di panggil oleh Denis.

"Silahkan Nona Clara" panggil Denis

Senyum di wajah Monica perlahan menghilang begitu saja. Ia menatap lurus ke arah Denis yang masih berdiri yang kini di susul oleh wanita cantik berambut sebahu itu.

"halo saya clarissa, kalian bisa panggil saya clara. Mohon bantuanya ya teman-teman"

Monica terus menatap ke arah keduanya,ia bahkan tak berkedip. Bodohnya Ia masih menantikan bahwa Denis hanya mengerjainya. Namun hingga tepukan tangan selesai dan baik Denis ataupun clara kembali duduk tidak ada pengumuman lain yang Denis berikan seakaan memang itu kabar sebenarnya. Bukan dia yang terpilih.

Monica menatap Esme yang sejak tadi melihat ke arahnya. Dengan cepat Monica mengalihkan wajahnya,Ia sungguh tak sanggup berada di sana. Kecewa dan malu tentu saja.

Apa sebenarnya ada dalam pikirannya hingga Ia menganggap bahwa Denis memilih dirinya, benar-benar bodoh dan memalukan. Posisi seketaris menejer tentu bukan posisi biasa. Monica duduk pada halte yang tak jauh dari restaurant. Ia menepuk-nepuk dadanya sendiri yang terasa sesak, Ia sering merasa gagal namun mengapa saat ini terasa begitu menyakitkan. Hatinya sesak dan sakit namun ia tak sanggup menangis, ia sungguh ingin terus merutuki kebodohannya sendiri.

***

Monica masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu. Ia langsung saja menelungkup di atas kasur lantainya.

Mengapa bukan dirinya, kurang apa dirinya sebagai seketaris Denis, kenapa harus wanita itu. Siapa wanita itu? Clara? Kekasih Deniskah? Apa pertimbangan Denis memilih Clara di bandingkan dirinya? Dalam pemilihan seketaris Denis memiliki hak penuh.Ia tau Ia tak seharusnya seperti ini, ia harusnya tak pamrih dengan apa yang di lakukan. Namun Ia juga tidak bisa berbohong bahwa ia kecewa.

.

.

Dua hari Monica memilih untuk tidak masuk kantor dengan alasan sakit, entah mengapa ceramah ibunya masih lebih baik di bandingkan ia harus bertemu dengan Esme. Ia benar-benar merasa bodoh. Lebih parahnya lagi Denis tak mengiriminya satu pesan pun. Jika bisa Monica benar-benar tak mau kembali masuk ke kantor. Namun tentu saja itu tak mungkin hari ini Monica memutuskan untuk masuk, beruntunglah karna hari ini Esme yang tidak masuk.

"ca.."

Monica terus berjalan mencoba mengabaikan pangilan itu.

"ca..hei..Monica.." panggil Denis yang mempercepat langkahnya lalu menangkap tangan Monica.

Monica reflek menampiknya begitu saja, tentu saja membuat Denis cukup terkejut.

"hei,are you ok?" tanya Denis

"hmm.."

Denis masih menatap monica bingung, "katanya lu sakit?"

"Sedikit"

Denis mengangguk, "udah kedokter, terus gimana sekarang?"

"Masih peduli emangnya?"

Denis mengerutkan keningnya, Ia benar-benar merasa bingung. Ia sungguh tak tau mengapa Monica seperti itu. "lu marah? Kenapa?"

"Emang masih penting marah atau engga?"

"Lu aneh tau ngga, lu marah karna gua ngga ngehubungin lu? Bukannya lu sendiri yang ngga mau pegang hape kalau lagi sakit?"

Monica mendengus kesal, memang benar begitu. Hanya saja Ia tak benar-benar sakit, bukankah Denis harusnya memberinya penjelasan.

"lu kenapa sih?" tanya Denis

"kenapa lu ngga bilang kalau seketaris lu clara? Dia clara pacar lu kan?"

"sst.. jangan bilang-bilang. Kan gua udah bilang mau kasih supraise" ucap Denis

Monica memalingkan wajahnya. Ini dia yang bodoh atau Denis yang tidak peka.

"kalau clara di sini akan lebih mudah mendekatkan kalian kan?"

Monica masih tidak mau mendengar penjelasan Denis. Tetap saja itu tak masuk akal baginnya.

"lu ngga suka ya? Padahal gua pikir lu bakal seneng"

Monica sungguh ingin memutar bola matanya, di bagian mana Ia harus merasa senang? . Ia sungguh tidak peduli ada taupun tidak ada clara sekalipun.

"Sorry.. gua butuh orang yang ngerti gua buat jadi seketerasi gua" ucap Denis

"Gua?"

"Jangan konyol, mana mungkin gua berani jadiin lu seketaris? Monic, posisi lu harusnya di atas gua atau paling engga setara. Gua ngga akan ngebiarin lu ada di bawah gua dan ngebantu terus pekerjaan gua. Lu punya potensi" ucap Denish.

Perlahan Monica menggerakan wajahnya menghadap Denish. "gua pengen banget lu jadi seketaris gua, tapi lu bayangin, lu bukan seketaris aja gua sering minta bantuan lu, gimana kalau lu jadi seketaris?"

Monica menatap Denis lekat, mencoba memastikan bahwa Denis tak berbohong. Monica sungguh menyesal mecurigai Denish,semua ini karna esme. Benar, harusnya Ia tetap percaya pada Denis.

"kalau lu ngga mau clara jadi.."

"its oke, gua Cuma kaget. Dan bete karna dua hari di rumah. Lu juga ngga ngechat gua sama sekali"

Denis menghela napasnya.

"lu ngga marah lagi kan?'

Monica menggeleng, "sorry ya.."

Denis mengangguk, "gua yang harusnya sorry"

Monica menepuk lengan Denis dan tersenyum lebar, "kenalin gua sama clara yuk"

Denis menganggukan kepalanya dengan Semangat.

***