webnovel

Tumbuh Dewasa Tak Wajar Itulah Aku

Sebuah kisah dan tantangan hidup mengenai awal permulaan kisah cinta seorang gadis muda dalam persahabatan iska dan bestie,semua bermula dari rasa kecewa, kesedihan,tak dihargai dan di campakan oleh sebuah keluarga yang hidup sederhana bahkan bisa dibilang serba kekurangan. Dalam perjalanan hidup yang panjang, ditekan oleh kehidupan yang serba kekurangan membuat seorang anak sulung dari 7 bersaudara dituntut oleh keluarga untuk membantu perekonomian keluarga menjadi lebih baik. Anak sulung itu bernama iska, ia adalah seorang gadis perempuan sederhana dan sedikit tomboy. Masa kecil yang telah dilalui gadis muda itu cukup kelam, dimana ia selalu diperlakukan kasar oleh sang ayah yang tempramental dan dimana peran seorang ibu kurang dalam memberi kasih sayang cukup kepada iska. Mungkinkah kehidupan yang iska lalui selama masa kecilnya akan terus menghadang masa depan yang ingin dicapainya, semua itu akan kah terjadi?? Ikuti terus cerita mimin yang akan membuat kalian semakin penasaran akan kelanjutan cerita iska dalam judul Tumbuh Dewasa Tak Wajar Itulah Aku .

Fadila_Irsanti · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
402 Chs

Bab 29. Nyawa Pun Melayang

Keadaan menjadi tak terkendali karena kebusukan Pak Jono kini terbongkar semua, Bu Ani terkejut karena bagaimana bisa Pak Jono memanfaatkan kedua putri kandungnya hanya karena ingin numpang hidup pada Bu Ani. Semua tamu terlihat syok mendengar penjelasan Pak Arman tentang kebusukan Pak Jono.

Karena tak menerima apa yang dikatakan oleh Pak Arman kini Pak Jono menarik paksa tangan putri bungsunya Nasya, seakan tau tentang ini Pak Jono mengeluarkan pistolnya dan mengarahkannya pada kepala Nasya.

Semua tamu undangan berlari keluar karena takut pada Pak Jono yang membawa senjata api, takut menjadi sasaran empuk kini tempat acara pernikahan yang harusnya ramai karena kebahagiaan harus berubah menjadi neraka yang sangat pedih. Bu Ani menangis histeris di pelukan Iska, begitupun Bestie yang juga merasa ketakutan akan kekejaman Pak Jono.

Pak Jono mengancam Bu Ani agar mau menikah dengannya kalau tidak Nasya akan segera ditembak mati. Bu Ani tak bisa berkata apa-apa lagi, dirinya sangat sedih karena melihat seorang ayah kandung tega ingin melukai putri kandungnya sendiri.

Sedih, kecewa, bingung, menjadi satu ketika melihat putrinya harus berada dalam bahaya hanya karena seorang ayah yang terkutuk itu. Dengan terpaksa kini Bu Ani menerima syarat yang di inginkan Pak Jono untuk menikahinya. Pak Arman dan yang lainnya pun menganga tak percaya karena kesediaan Bu Ani untuk menikah dengan pria bejat seperti Pak Jono.

Bu Ani tau kalau ini adalah keputusan gila, siapa yang mau menikah dengan orang setengah gila seperti Pak Jono, gila hanya karena harta. Bukan hanya itu, hanya orang gilalah yang bisa membahayakan nyawa putri kandungnya seperti ini. Tangan Pak Jono sedikit bergetar kala mendengar Bu Ani menyetujui syaratnya, terdengar suara peluru terlepas dari pistolnya.

Dooorrr... suara tembakan yang bersamaan dengan suara Nasya yang kian memberat. Benar saja, Nasya tertembak oleh ayah kandungnya sendiri. Tasya langsung memeluk tubuh adik kecilnya yang kini sudah tak bergerak.

Bu Ani langsung pingsan, tubuhnya melemah kala melihat putri kecilnya yang lama tak bertemu tertembak tepat dihadapannya. Iska dan Bestie kompak menahan tubuh Bu Ani yang kini roboh, Pak Arman pun tidak tinggal diam karena Nasya telah menjadi korban kekejaman Pak Jono. Pak Arman segera menghubungi pihak berwajib agar Pak Jono segera menebus kesalahannya yang telah tega membunuh putri bungsunya.

Pak Jono sempat berlari keluar guna menghindari polisi yang sedang dalam perjalanan untuk menangkapnya. Namun entah kenapa Pak Jono malah jatuh tersandung gorden di pintu depan, mungkin ini adalah karma baginya.

Setelah itu polisi datang untuk menangkap Pak Jono, polisi langsung membawa Pak Jono yang masih kesakitan karena tersandung gorden. Polisi meminta Pak Arman untuk menjadi saksi, juga beberapa orang yng ada di tempat kejadian. Pak Jono pun segera di bawa oleh pihak berwajib untuk membayar kejahatannya yang telah membunuh putri kandungnya.

Bu Ani masih pingsan, Bestie pun masuk ke kamar mencari minyak kayu putih untuk membangunkan Bu Ani dari pingsannya. Akhirnya Bu Ani membuka matanya secara perlahan. Samar mendengar suara anaknya, Tasya yang sedang menangis.

Tasya tak beranjak dari tempatnya sekarang, menangisi adik kecilnya yang selama ini hidup bersama tanpa sosok ibu kandung. Hanya Nasya yang selalu ada untuk Tasya kala sang kakaksedang perlu bantuan.

Ketika hidup bersama Bu Lastri, mereka juga diperlakukan bagai seorang pembantu yang sangat hina. Tasya dan Nasya hidup bagai neraka kala masih hidup bersama Bu Lastri dan Pak Jono. Tasya pun pernah di siksa sampai tak di beri makan selama 2 hari, Nasya lah yang diam-diam membawakan makanan pada kakaknya. Tentunya tanpa sepengetahuan Bu Lastri, mereka berdua sangat dekat bahkan bagai perangko yang selalu menempel.

Pernah juga suatu hari Tasya tak sengaja memecahkan vas kesayangan Bu Lastri, karena itu Bu Lastri langsung menampar Tasya bahkan juga menyiksa fisiknya. Dengan berani pula Nasya melindungi kakaknya yang kena pukul dan juga tendangan yang membuat seluruh tulangnya remuk. Bu Lastri geram terhadap kedua anak itu, hingga Bu Lastri pergi ke dapur mengambil air panas dari termos.

Air dalam termos pun segera diguyurkan ke tubuh Tasya dan juga Nasya tentunya. Kulit di sekujur tubuh mereka berdua pun melepuh, mereka menangis kesakitan namun Bu Lastri malah tersenyum. Bagaikan mendengar sebuah pujian untuknya, Bu Lastri tersenyum licik melihat kedua anak dari madunya menderita karena ulahnya.

Setelah itu Bu Lastri pergi untuk berbelanja sedangkan Tasya dan Nasya masuk ke kamarnya, kamar kecil itu terlihat lebih bersih ketika Pak Jono menyuruh keduanya ikut hidup bersamanya. Mereka hanya diberi kamar bekas pembantu yang sudah lama tak dihuni. Mereka sama-sama saling mengobati luka, mengoleskan salep untuk luka bakar yang telah mereka terima.

Kenangan Tasya bersama Nasya sangatlah indah, dia adalah adik yang sangat baik dan sangat berbakti. Bu Ani merasa berdosa karena belum bisa menjadi ibu yang baik, bahkan Bu Ani tidak sempat mengurus Nasya dari bayi karena masalah perceraiannya dengan Pak Jono. Bu Ani berjalan merangkak bagai bayi yang belum bisa berjalan, ia mendekati kedua putrinya.

Mendekap keduanya dan meminta maaf karena belum bisa menjadi ibu yang baik bagi keduanya, tak bisa mengurus dan menemani masa pertumbuhan mereka. Bu Ani meringkuk memeluk Nasya dan Tasya yang berlumuran darah.

Pak Arman mendekati Bu Ani mencoba untuk memberi kekuatan agar Bu Ani sedikit lebih tenang, Pak Arman meminta izin Bu Ani untuk mengurus pemakaman Nasya. Bu Ani hanya bisa mengangguk lemah tak berdaya, karena semua ini serasa mimpi buruk yang tak kunjung usai.

Karena Nasya meninggal ditembak oleh ayahnya, Pak Arman memanggil ambulance untuk mengotopsi jasad Nasya dan mengeluarkan peluru dari kepala Nasya.

Bu Ani dan Tasya bersikeras untuk ikut ke rumah sakit menemani Nasya untuk terakhir kalinya, Iska dan Bestie juga ikut untuk menjaga Bu Ani dan Tasya yang kini dalam keadaan lemah. Bu Ani mengutuk mantan suaminya itu karena telah tega membunuh putri kecilnya, Pak Jono dulu memisahkan Nasya dengan Bu Ani karena perceraian, tapi kini Nasya dan Bu Ani harus berpisah untuk selamanya.

Kini jenasah Nasya sudah selesai di bersihkan dan kini tinggal memakamkannya, sebelum ke rumah sakit Pak Arman sudah meminta beberapa orang untuk menyiapkan liang lahat Nasya. Tiba saatnya untuk Nasya dikebumikan, namun Bu Ani dan Tasya seakan tak rela melepaskan Nasya yang begitu mereka sayangi.

Ini adalah kehilangan yang nyata bagi Bu Ani, kesalahan terbesar yang pernah dilakukan oleh Bu Ani. Tidak becus mengurus anak dan juga menjaganya, hingga harus melihat putri kandungnya sendiri meregang nyawa tepat dihadapannya.