webnovel

tumbal lukisan

seperti gadis gadis yang hilang secara misterius sebelumnya di kota itu, Hani yang tak sengaja bertemu Dion dalam perjalanan pulangnya akhirnya terpilih menjadi daftar korban berikutnya

nhovia · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
21 Chs

part 16

Ada bau samar yang menggantung di udara ketika Hani baru masuk ke ruangan kerjanya. sedikit hangus, aroma daging yang terbakar. aroma yang sama saat ia bertemu dengan Zara di alun-alun kemarin

"selamat pagi Hani,kamu terlambat 35 menit" Merlyn menyambutnya, ia duduk di sisi meja kerja Hani. Gaunnya hari ini berwarna hitam bergaris tipis melingkar-lingkar .

"selamat pagi Bu , selamat pagi mba Nana, maaf tadi saya kesasar "

Hani berkata jujur

"cih, buat alasan yang lebih masuk akal. memangnya kamu anak kecil bisa kesasar" cibir Nana

tapi tidak dengan Merlyn, dia nampak santai dan percaya dengan alasan Hani

"saya tadi nyasar ke lantai empat yang lain,bukan lantai empat yang ini"

Merlyn tersenyum lalu bertanya pada Hani "bagaimana perasaanmu saat melihat lukisan-lukisan itu"

"itu..... sangat menakjubkan. saya rasanya ingin berlama-lama disana"

"lukisan mana yang menjadi favoritmu Hani?"

Hani diam sejenak

"hmmmhhh....." ia menggaruk hidungnya yang tak gatal

"apa boleh saya kesana lagi untuk melihat-lihat?" tanya Hani ragu-ragu

"tentu saja boleh tapi setelah pekerjaanmu beres, Nana hari ini kamu ajari Hani kas kecil dan kas besar kantor ini ya" Merlyn menepuk pundak Nana, ia berbisik di telinga Nana lalu berjalan masuk ke ruangannya sendiri

"cih,,,, kenapa harus aku yang mengajarinya"

"aku mendengarnya jelas Nana" ucap Merlyn sebelum pintu ruangannya ditutup

seperti kemarin Nana memberinya bertumpuk-tumpuk kertas untuk Hani salin kembali di komputer. tanpa penjelasan sedikitpun dari Nana sebagai senior.

"hey, kamu beneran ke ruangan lukisan di atas?" Nana bertanya gelisah. matanya sekali-kali melihat ke arah ruangan managernya , takut-takut Merlyn mendengar pembicaraan mereka

"iya mba Nana, aku lupa jalan ke ruangan ini aku pikir sama-sama lantai empat kan. tapi mba nana bukannya ruangan ini juga lantai empat kan? apa ruangan kita bersebelahan dengan ruangan yang banyak lukisan itu?"

"kuperingati ya, jangan pernah pergi kesana lagi atau kamu akan"

"akan apa mba"

"kamu akan mati kalau menyukai salah satu dari lukisan-lukisan setan itu"

Hani menelan ludah mendengar penuturan Nana barusan

lukisan-lukisan itu hanya benda mati yang tak bergerak

justru aku lebih takut saat berada di dekatmu mba Nana

🌕🌕🌕🌕

Hani menikmati makan siangnya sebagai karyawan bersama Dera,Maria dan 5 karyawan lain di "dapur bersama"milik kantor yang ada di lantai bawah. dapur itu lumayan lengkap dengan adanya lemari pendingin, kompor listrik,panci kecil untuk merebus mie, dispenser dua suhu, beberapa piring dan gelas melamin yang tersimpan di kitchen set. bukan itu saja, ada meja besar berbentuk persegi dengan bangku kayu di keempat sisi meja. fasilitas yang sangat memudahkan untuk para karyawan menyantap makan siang mereka, tetapi ada juga beberapa karyawan yang memilih makan siang di luar atau bahkan tak makan siang sama sekali seperti yang dilakukan Nana.

"ayo pakai nasiku Hani, makan pakai mie rebus aja ga akan bikin perutmu kenyang kamu harus punya tenaga untuk melawan si killer Nana kan"

Dera membagi setengah nasi miliknya ke dalam mangkuk mie Hani

karbohidrat di tambah karbohidrat, yang ada aku akan mengantuk setelah ini Dera

"terima kasih Dera, udah segini aja jangan ditambahin lagi "

"nih Hani makan lauk ayam punyaku juga" kata Maria tak mau kalah , ia memberikan sepotong dada ayam goreng di atas mangkuk mie Hani ,lalu mengaduk-ngaduknya, membuat mie itu bercampur nasi dan ayam. mie itu sudah kehilangan kuahnya

"terima kasih kalian teman-teman yang sangat baik, kalau aku sudah gajian kalian akan kutraktir "

"steak wagyu di mall yang baru buka katanya enak loh. traktir kita-kita kesana aja Han" kata Maria menyikut lengan Hani dan Dera

"usul yang bagus Maria, aku setuju" jawab Dera tertawa

" ahhh aku ralat, kalian berdua bukan teman yang baik, masa nasi dan dada ayam diganti steak harga ratusan ribu" Hani mendengus, pura-pura kesal

"wah Hani marah nih Dera "

teriak Maria sambil tertawa

Hani bersyukur sekali di sini ia bisa mendapatkan persahabatan,