webnovel

Si Gadis Pendiam

Namanya adalah Aline Putri Lestari. Dia adalah seseorang yang kurang bisa berinteraksi dengan orang lain. Aline  adalah sosok wanita pemalu, Dia juga pernah menjadi korban tindak  kekerasan fisik yang dilakukan oleh kekasihnya dulu, sejak saat itu  Aline mengalami  trauma hebat. Walaupun aline sudah berpisah dengan kekasihnya,  namun dia masih takut dengan semua hal yang berhubungan dengan laki-laki. Keadaan itu semakin berlanjut,  bahkan sekarang dia mulai takut tidak  hanya dengan laki-laki saja, melainkan  dengan semua orang yang berada disekitarnya. Rasa trauma nya selalu menggelayut di hatinya, semakin hari rasa trauma tersebut semakin menggerogoti  secuil demi secuil keberanian yang masih bersemayam didalam hatinya. Hingga pada akhirnya keberanian itu pun seakan memudar dan berubah menjadi sebuah phobia.

Aline sudah cukup lama  mengenal  sosok ku, walaupun aku sendiri tak begitu menyadari keberadaannya. Intensitas pertemuan kami dimulai sejak  peristiwa yang terjadi dua bulan yang lalu. Perlahan kami pun mulai saling berbicara satu sama lain  hingga akhirnya Aline  menjadi salah satu temanku. Aline  bukanlah  sosok  teman yang asik untuk  diajak berbincang-bincang, namun  yang membuatku merasa nyaman berteman dengannya adalah karena dia sangat  mengerti akan batasan dari sebuah privasi. Aline tidak pernah menanyakan hal-hal yang sangat pribadi kepadaku, begitupun sebaliknya, meskipun terkadang Aline sendiri menceritakan hal-hal pribadi yang terjadi dalam masa lalunya. Namun sebenarnya Kami lebih sering membicarakan hal-hal yang sangat sederhana bahkan terkadang tidak begitu penting untuk dibahas seperti tentang pelajaran sekolah, tentang novel  ataupun tentang PR yang diberikan oleh guru.

....

Alunan angin malam mulai terhenti , nyanyian merdu ayam jantan mulai memudar , tetesan air dari keran-keran  yang tak tertutup rapat pun mulai menghilang. Suara teriakan manusia sudah terdengar disegala penjuru dan bising kendaraan bermotor sudah lalu-lalang di sepanjang  jalan.

Aku terbangun dari tidur ku, mataku masih merasakan kantuk yang amat sangat karena semalam aku tidur sangat larut. Kukerahkan seluruh tenaga  ku untuk meraih posel yang ada di atas lemari kecil yang berada tepat di  samping tempat tidur ku.

"Apa!?? Pukul 7.40??" Teriakku sambil membangkitkan tubuhku dari tempat tidur. Aku langsung ke kamar mandi untuk mencuci muka kemudian  mengganti  pakaian, kusemprotkan parfum ke seluruh tubuhku agar aroma tubuh  ku yang belum mandi  tak begitu tercium oleh orang lain. Ini  adalah hari pertama ku bekerja di tempat yang baru . Sebelumnya aku bekerja di sebuah perusahaan swasta di  salah satu kawasan industri di daerah Cikarang. Sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri suku cadang interior mobil. Gaji di perusahaan tersebut sangat besar, namun waktu yang aku miliki sangat terbatas karena aku harus bekerja dari senin sampai jumat belum lagi ditambah dengan kerja lembur yang wajib aku lakukan setiap sabtu  atau minggunya, waktu yang aku miliki terasa sangat sempit bahkan hanya untuk sekedar refreshing. Sejak aku  melanjutkan study S-1 ku 2 bulan yang lalu, aku memutuskan untuk berhenti dari perusahaan tersebut karena aku ingin fokus  dengan  perkuliahan ku. Namun aku tetap harus bekerja untuk kebutuhan kuliah ku seperti membayar SPP, buku dan lain-lainnya. Aku mencari pekerjaan yang memiliki waktu luang yang banyak sehingga aku masih bisa fokus ke perkuliahan ku meskipun sambil bekerja. Dan hari ini adalah hari dimana aku pertama kali masuk kerja di tempat kerja ku yang baru.

....

Aku tiba di area parkir tempat kerja ku pada  pukul 7.55, butuh waktu hanya 5 sampai 10 menit untukku sampai ke tempat kerjaku, karena memang letaknya yang tak begitu jauh. aku pun lari sekuat tenaga, mencoba untuk tidak terlambat masuk kerja dan tak membuang waktu ku meski hanya sedetik. kali ini aku bekerja di sebuah tempat yang  bernama C&B's yang merupakan singkatan dari kata Cookies and Brownies. Sebuah outlet atau toko yang menjual aneka makanan berbentuk cookies dan brownies, walaupun sebenarnya tidak semua yang Outlet C&B's  jual adalah cookies ataupun brownies, karena Outlet C&B's  pun menjual aneka cake, kue lapis, permen dan beberapa minuman buatan sendiri. Bisa dibilang Outlet C&B's  adalah toko yang menjual makanan dan minuman yang berasa manis.

"Maaf saya sedikit terlambat" ucapku sambil membuka pintu dengan nafas yang masih sedikit tersengal-sengal. Ku lihat semua mata kini tertuju padaku,  kepala bagian toko  menatapku  tajam dan 2 pegawai lainnya  menatap ku dengan sedikit tawa kecil seakan mereka menertawakan kemalanganku.

Outlet C&B's  mempunyai  5 pegawai, 1 kepala cabang toko, 2 pelayan dan 2 juru masak. Outlet C&B's sendiri sudah ada 27 outlet sekarang, dan tersebar di seluruh pulau Jawa. Dan aku bisa bekerja disini karena pegawai sebelumnya telah mengundurkan diri. Pada hari biasa, yaitu Senin sampai Jumat, Outlet C&B's  hanya di isi oleh 3 pegawai yaitu 2 koki dan 1 pelayan,  sedangkan di saat weekend, yaitu hari Sabtu dan Minggu, aku  bekerja sebagai tenaga bantuan, karena saat weekend biasanya permintaan pesanan sangatlah banyak, bahkan  kepala cabang pun ikut hadir saat weekend untuk mengontrol stok barang dan bahan yang sudah habis.

"Cepat ganti pakaianmu" tegas kepala cabang padaku. Dia adalah seorang wanita berusia sekitar 25 tahun. Meskipun  dia masih muda, namun dia adalah sosok wanita yang  sangat tegas dan disiplin dalam memimpin Outlet C&B's   .

Aku pun segera berganti pakaian dengan seragam outlet berwarna putih dengan celemek berwarna biru langit disertai dengan topi dengan warna senada, di bagian kanan seragam kami tercetak logo C&B's berwarna gold.

Aku tidak sempat  mengikuti briefing yang dilakukan tadi pagi, karena saat aku selesai berganti pakaian, mereka sudah membubarkan briefing dan segera membuka Outlet C&B's  tepat pada pukul 08.00.

"Hari ini masih ku maafkan, next time kalau kamu telat lagi, jangan harap aku akan memaafkanmu lagi." Ucap kepala bagian saat dia berjalan menghampiriku yang tengah sibuk membuka rolling door yang menutup outlet.

Aku hanya terdiam, tak sepatah kata pun terucap dari mulutku. Ku lanjutkan pekerjaan ku, menggeser beberapa benda ke posisinya.

...

Satu demi satu pembeli mulai berdatangan. Outlet pun penuh sesak dengan hadirnya para pembeli yang semakin lama semakin banyak, antrian pun kini mulai mengular. Aku sedikit kewalahan dengan semakin banyaknya pengunjung yang hadir, sedangkan koki kami bekerja dengan sangat sigap, mulai dari menyiapkan adonan sampai memanggang, mereka melakukannya dengan sangat cepat. Aku yang sebenarnya adalah lelaki yang pendiam, sejatinya merasa risih dengan keramaian yang ada. Tapi, aku mencoba sedikit demi sedikit untuk terus beradaptasi dengan semuanya. Mulai dari mencoba untuk bertanya kepada para pembeli tentang barang yang ingin mereka beli, dan mencoba untuk terus bersikap ramah meski kita mendapatkan pembeli yang kurang sopan sekalipun. Hingga tak terasa waktu berjalan begitu cepat, waktu kini telah menunjukan pukul 3 sore, namun belum nampak tanda-tanda jikalau pembeli akan segera habis. Outlet kami buka hingga pukul 5 sore, dan para pegawai di perbolehkan istirahat untuk sedikit melepas penat yaitu dengan cara bergantian. Kami memiliki jatah istirahat 2 kali, pertama saat pukul 12 siang dan yang kedua adalah saat pukul 3 sore. Di setiap waktu istirahat, selalu ku sempatkan untuk selalu beribadah, mendekatkan diri kepada sang pencipta raga yang ku gunakan untuk bekerja.

Sedikit bercerita, dulu ibadah bagiku adalah sesuatu hal yang tabu, meninggalkannya adalah suatu hal yang biasa bagiku. Namun dalam beberapa tahun ini, aku mengerti akan 1 hal. Aku masih di berikan waktu oleh Tuhan untukku memperbaiki diriku, maka dari itu Dia belum menjemputku saat ku terjatuh dulu. Semakin bertambah umurku, semakin aku mencoba mengerti arti dari sebuah kehidupan yang ku jalani. Mencoba mengerti arti dari hidup ku setelah mati.

Selesai ku berbincang-bincang dengan Tuhan ku, aku kembali ke outlet. Masih terlihat beberapa orang pembeli masih menunggu pesanannya selesai.  Namun kulihat ada sosok seorang gadis berkacamata dengan rambut yang di ikat kebelakang seperti ekor kuda, Dia yang selalu menundukan pandangannya, juga merasa risih dengan keadaan di sekitarnya, dia lah Aline, dia lah orang yang selalu mampu mengalihkan pandanganku.

"Kamu ada perlu apa disini?" Tanyaku sembari berjalan mendekati Aline yang tampak tak memperhatikanku sama sekali.

"Ahhh, enggak. Aku bingung. Disini sangat ramai sekali. Mungkin aku lebih baik pulang" ucapnya dengan tubuh sedikit gemetar. Segera ku raih tangannya saat dia berusaha pergi meninggalkan outlet tempat ku bekerja.

Ku bawa dia masuk ke dalam outlet, terlihat beberapa pasang mata memandang ku dengan penuh tanda tanya.

"Duduklah disini, tunggu aku sampai aku menyelesaikan pekerjaanku" aku menyuruh Aline duduk di sebuah kursi di belakang meja kasir. Tanpa membantah sedikit pun, dia langsung duduk di atas kursi yang ku siap kan untuknya.

"Siapa dia?" Tanya temanku yang juga bertugas sebagai pelayan. Namanya adalah Indra Kusuma Jaya. Biasa ku panggil dia bang Indra.

"Ahhhh, dia temanku bang. Daripada dia kebingungan di depan sana, ku bawa dia kesini." Jawabku menjelaskan.

"Pacarmu??" Sahut sebuah suara yang datang dari arah belakang. Yang ternyata bersumber dari kepala cabang outlet C&B's. Nama kepala cabang outlet ini adalah Dewi Aryani, biasa ku panggil Bu  Dewi. Dan 2 koki kami bernama Adrian Permana dan Rudy Handoko. Mereka adalah para pakar dalam bidangnya masing-masing. Bu Dewi yang tegas dan para koki yang sangat cekatan.

Kami para pelayan pun tidak mau kalah cekatan dari mereka, meski ini hari pertama ku bekerja, dan walaupun usiaku adalah yang paling muda dan minim pengalaman dari yang lainnya, aku selalu berusaha untuk bisa bekerja sebaik mungkin.

"Bukan Bu. Dia temanku. Tolong perbolehkan dia duduk disitu sampai waktu kerja selesai, dia takkan merepotkan, aku janji." Jawabku sembari memohon.

"Ouh. Baiklah!" Jawabnya sembari berlalu begitu saja.

Meski waktu outlet akan tutup kini semakin dekat, namun masih begitu banyak pembeli yang memenuhi outlet ini, sesekali aku sempatkan untuk tetap menatap Aline. Tiba-tiba Aline beranjak dari tempatnya duduk. Dia berjalan menghampiri ku dengan langkah yang sedikit cepat.

"Aku pulang, sampai bertemu besok di kampus." Ucapnya saat dia menghampiriku. Dia menyelipkan sebuah kertas ke dalam saku celemek ku.

"Bacalah saat dirumah. Maaf aku gak bisa nungguin." Sambungnya lagi sembari melangkahkan kakinya meninggalkanku.

"Dia itu imut loh" ucap bang Indra ke padaku sembari melontarkan tatapan usilnya yang menggoda ku.

Aku hanya terdiam, meski sebenarnya aku sedikit malu.

.....

"Terimakasih atas kerja kerasnya." Ucap Bu Dewi.

"Terimakasih Bu" jawab kami semua.

Kami pun meninggalkan outlet setelah semua nya bersih. Sudah menjadi tata tertib outlet C&B's untuk mewajibkan semua pegawai nya membereskan outlet sebelum kami semua pergi meninggalkan outlet.

Segera ku pergi menuju parkiran dimana motorku berada, dan sejurus kemudian aku langsung tancap gas, mencoba secepat mungkin tiba di rumah. 1 hal yang dari tadi sedikit menggangguku, si gadis pendiam yang entah mengapa kini bisa mengalihkan perhatianku selalu, mungkinkah aku mulai tertarik dan jatuh cinta pada gadis pendiam itu?

Sedikit saja, aku mencoba untuk selalu menjaga hati dan perasaanku. Membatasi cinta yang tumbuh, menghilangkan segala rasa yang selalu mengganggu hati dan pikiranku. Termasuk sebuah perasaan yang kini mulai tumbuh untuk si gadis pendiam itu.