webnovel

Awal Sebuah Kisah

Rintik hujan seringkali menghiasi awal hariku. Titik-titik air, embun pagi hari dan langit yang gelap tanpa sinar matahari adalah sebuah pemandangan yang biasa bagiku. Ini adalah sebuah kisah di musim hujan, dikala aku pertama kali jatuh cinta.

...

Ketika mentari mulai mengintip, memancarkan sinarnya dari sebalik awan, saat hujan berhenti jatuh dan mengakhiri irama rintiknya diatas atap bangunan sekolahku, aku terdiam, termenung, bisu tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutku.

Aku adalah Ramandito Prihayadi, seorang kutu buku yang tak pernah bisa mengerti arti dari sebuah perasaan bernamakan cinta. Hari-hariku ku habiskan hanya untuk menyelesaikan semua bacaan-bacaan yang bagiku sangat menarik, namun entah bagaimana bagi orang lain. Dan tidaklah mengherankan jikalau aku hanya memiliki sedikit teman dalam keseharianku.

"woy! ngapain lu? Dari tadi lu bengong mulu!" Tiba-tiba seorang teman mengejutkanku.

"hhhhhhh." aku hanya menghela nafas panjang, meredakan denyut jantungku yang tiba-tiba berdetak kencang karna terkejut.

"mikirin apa sih lu di?," ucapnya sembari mengambil posisi duduk disampingku.

Aku hanya terdiam, tak menjawabnya dengan kata-kata. Hanya sebuah senyum kecut yang sanggup ku tunjukkan. Sontak langsung saja dia meraih kepala ku dan mengacak-acak Rambut ku.

Dia adalah temanku, Dino. Ya bisa dibilang sih dia itu sahabat karib ku dari kecil.

Saat ini Dino sedang menyukai seorang gadis bernama Farah. Nama lengkapnya?? Sejujurnya aku tidak tahu. Yang aku tahu, Dia itu orangnya cantik, katanya. Yaaa .. dia itu idol di sekolah kami. Dan aku tidak begitu peduli dengan semua itu.

Hingga suatu saat ...

(Bruggg)

"maaf dah nabrak dan membuat bukumu berantakan," ucapku sembari membungkuk dan segera merapihkan Buku-buku yang berserakan.

"It's Ok, never mind," jawabnya singkat sembari berjongkok dan menatap ku.

"Thanks ya udah mau ngerapihin bukunya," ucapnya lagi sembari tetap menatap ke arahku.

"Ehh, iya... gak papa. Toh ini juga salahku karna aku sedikit meleng saat berjalan," jawabku terbata dan sesegera mungkin meninggalkannya.

"Hei, siapa namamu?," teriaknya.

"Adi," jawabku sembari tetap melangkahkan kaki ku.

Rasanya sangatlah malu bagiku berbincang dengan seorang gadis, apalagi ditengah keramaian seperti itu. Entah siapa namanya, aku tak sempat bertanya padanya. Namun, dia adalah gadis tercantik yang pernah mengajak ku berbicara. Meski hanya karna sebuah ketidak sengajaan, namun entah mengapa, aku menyukainya. Layaknya sebuah langit mendung yang dipenuhi badai, dialah mentari yang sanggup memancarkan sinarnya dan mampu mencerahkan hatiku.

....

Derap langkah para siswa mulai riuh mengisi setiap sudut lorong yang ada. Suara obrolan, teriakan dan tawa bercampur menjadi satu. Bel pun akhir nya berbunyi, sebagai tanda jikalau ini adalah saatnya kami para siswa dan siswi sudah harus memasuki ruangan kelas kami masing-masing. Sebuah metode pengajaran sekolah yang tidak pernah berubah lebih dari bertahun-tahun yang lalu.

Menit demi menit kami habiskan untuk mendengarkan materi yang guru kami berikan dengan sesekali kami buka buku kami, dan kami membacanya. Sebuah metode yang mungkin akan membosankan bagi sebagian orang, karna kami akan melakukannya bahkan hingga seperempat dari waktu hidup normal kami. Namun bagiku, saat seperti inilah yang menyenangkan bagiku, saat semua teriakan berubah menjadi bisikan, dan saat semua keramaian berubah menjadi ketenangan.

"Ehh di, dah waktunya kita istirahat nih. Kantin yuk" Tiba-tiba Dino menyentuh pundak ku, posisi duduk ku memang persis di depan posisi Dino duduk di kelas. Dan tanpa terasa, waktu istirahat sudah tiba. Dan ketenangan pun kini berubah kembali bak pasar yang berisi berbagai macam penjual.

"Gak ah Din" jawabku singkat sembari merapihkan buku ku.

"Ngapain sih lu??bikin puisi lagi??"

Aku hanya terdiam sembari melihat indahnya seorang gadis yang duduk tak begitu jauh dari tempatku.

"Dah ahh, gak asik lu, gue mau ke kantin dulu." Dino pergi meninggalkan aku yang masih saja sibuk merapihkan buku ku.

Aku masih terdiam tanpa kata dan tak memperhatikan temanku itu. Setelah ku perhatikan suasana mulai sepi di kelas, ku putuskan untuk pergi ke perpustakaan untuk mencari beberapa bahan buku yang ku butuhkan untuk menyelesaikan karya tulis ku.

Namun baru saja ku langkahkan kaki ku keluar kelas, tiba-tiba...

Braaakkkkk.....

"Ooopsss, sorry.. kamu gak apa-apa??"

Seorang gadis menabrakku begitu keras hingga ku terjatuh, dan ... mungkin ini adalah hari sialku, dalam sehari ku ditabrak orang 2 kali.

"Heiii, koq diem ajah? Oh ya namaku dita. Kamu siapa??" anak itu kembali bertanya padaku.

"Adi." jawabku singkat. Aku tak mengenalnya, dia asing disini.

"salam kenal ya, adi. Aku baru pindah kesini dan besok baru mulai masuk kelasnya." ucap Dita menjelaskan rasa penasaran ku seolah dia mengetahui apa yang ku pikirkan.

"Ohh, eehhh. Aku pergi dulu, aku sibuk." ucapku sedikit terbata karna canggung berbicara dengan seorang gadis. Arrggghhhh, lemahnya aku.

...

Hari pun berganti, meski dengan kesibukan yang sama dan sebuah kondisi yang entah mengapa tetap sama, hujan rintik yang selalu saja turun di pagi hari yang mengharuskan ku untuk selalu menggunakan payung disetiap hariku.

Ku langkahkan kaki ku keluar, kulihat hampir manusia yang tinggal disetiap rumah memiliki kesibukannya masing-masing saat di pagi hari. Tak berapa lama ku melangkah. Seseorang mendekati ku dan menyapa ku.

"Hei, kamu Adi, benar kan??" tanya orang itu. Ku menoleh, ku pastikan jikalau dia adalah orang yang ku kenal atau tidak, ku perbaiki kacamataku, dan tak disangka ternyata dia adalah Dita.

"Ehhh, mmm, iya, kamu anak baru itu kan? Jawabku dengan melemparkan pertanyaan balik kepadanya.

"ohh, iya. Rumahmu disekitar sini juga kah???" tanya Dita.

"Mmm iii iyaa" jawabku kembali dengan nada terbata.

"Yaudah kita berangkat bareng ajah sekalian" Dita mulai berjalan disamping ku.

Dia sungguh membuatku canggung, namun entah mengapa, senyumnya selalu saja menenangkan hatiku yang sedari tadi canggung ini.

Dia benar-benar sosok yg ceria. Dia adalah gadis tomboy dengan potongan rambut pendek sebahu. Dia selalu menggunakan jepit rambut berwarna kuning berbentuk pita di kepalanya. Berbeda dengan wanita yang kemarin ku lihat yang setelah ku tanyakan pada Dino, ternyata dia bernama Farah, dan dialah wanita yang disukai Dino. Tapi sepertinya Dino pun mengetahui jikalau aku menyukai Farah. Sehingga dia pun mundur beberapa langkah untuk mengejarnya dan memberiku kesempatan untuk mendekatinya.

Tak begitu lama kami berdua melangkahkan kaki kami bersama, karena memang rumahku tidaklah jauh dari sekolah tempatku menimba ilmu, tiba-tiba ku lihat sosok yang sedari tadi ku pikirkan, Farah. Dia berdiri di depan gerbang sekolah bersama teman-teman nya. Langkah ku terhenti.

"Apa yg kamu lihat??" Tiba-tiba Dita bertanya.

"Ehhh mmm anu, mm gak ada" jawabku ngelantur.

Dita mulai memperhatikan arah pandanganku.

"Ohhhh, aku tau, cewe itu ya?? Kamu suka dia??" Dita menunjuk ke arah Farah.

Aku hanya terdiam menahan rasa malu yang menjalar di setiap sendi-sendi otot ku yang membuatku kini membeku.

"Udah pernah ngungkapin perasaanmu ke dia belum??" lanjut Dita bertanya padaku.

Aku masih terdiam.

"Ohh, yaudah klo gak mau cerita."

Tiba-tiba dia mulai berlari dan menghampiri Farah. Aku bingung apa yang akan Dita katakan padanya. Aku pun langsung melangkahkan kaki ku memasuki gerbang sekolah. Mempercepat langkah ku seakan berlari berusaha menghindari Dita dan Farah yang tengah mengobrol di depan gerbang bersama teman-teman yang lain.

Aku berhasil menghindari mereka dan memasuki kelas ku, entah apa yang sebenarnya ku rasakan. Apa yang ku rasakan saat ini tak pernah sedikit pun ku rasakan sebelumnya. Mungkinkah ini yang dinamakan sebuah cinta pada pandangan pertama?

....