Asyila membawa derap langkahnya kedalam universitas tempatnya untuk mewujudkan mimpinya, sebenarnya tak ada jadwal hari ini tetapi ada hal yang harus ia urus dengan salah satu dosennya di semester 5 ini
Matanya menatap sekeliling kampus masih tetap ramai seperti biasa hanya sedikit kelas yang kosong jadwal hari dan tentu saja kelasnya berada di antara deretan itu.
Dan itu adalah momen kemerdekaan yang selalu ditunggu anak kampus karena jujur saja tumpukan tugas sudah cukup menguras otak anak kampus apalagi orang seperti Asyila. Terkadang sesekali bingung tugasnya mau dibawa kemana karena terlalu banyak. Haruskah Asyila membagi dirinya seperti dalam cerita fiksi yang selalu ia baca. Okey, sepertinya itu adalah pemikiran anehnya pagi ini.
"Kak Naila.. "Panggilnya saat melihat perempuan bercadar itu beberapa meter darinya dan hatinya sangat yakin tidak salah orang, apalagi orang itu memakai tas yang sangat Asyila kenali.
"Assalamu'alaikum Asyila" peringatnya saat adik setingkatnya itu sudah berada disisinya, matanya menelusuri penampilan Asyila pagi ini. Jilbab yang dililitkan dileher serta sweater navi yang dipadukan dengan jeans. Serta sepatu kets berwarna senada dengan jilbabnya yaitu hitam. Benar-benar identik dengan sebagian anak kampus sini. Anak jaman sekarang jika memakai jilbab sepertinya hanya mementingkan gaya hingga lupa syarat dan ketentuan dalam berjilbab.
"Wa'alaikumussalam Kak Naila, apa kabar? lama tdk saling sapa." ia tadi sempat memukul pelan mulutnya karena lupa mengucap salam pada Kakak setingkatnya itu padahal Kak Naila selalu memperingatinya untuk mendahulukan salam ketika bertemu. Ingatkan Asyila untuk pertemuan selanjutnya
"Alhamdulillah baik Asyila, kau bagimana? "Tanyanya kembali sesekali matanya menatap sekitar yang sepertinya masih sepi atau mungkin sebagain anak kampus sudah kembali padahal jam masih sangat pagi.
"Kurang baik Kak, aku mengalami hal yang aneh semacam teror entah apa artinya"gumamnya dan berusaha berbisik agar suaranya tidak terdengar oleh yang lain apalagi jika Asyila kembali mengingat kejadian semalam. Itu benar-benar seperti mimpi baginya dan sampai saat ini Asyila belum mengetahui siapa penolongnya semalam.
"Teror?,"Perempuan itu mengerutkan keningnya dari balik cadarnya
Seakan paham dengan kebingungan Naila perempuan itu melanjutkan ucapannya "semalam saya diganggu oleh bayangan hitam entah manusia atau apa. dilorong dekat kampus saya dikejar oleh bayangan setelah sebelumnya mendengar sesuatu bertengkar, kemudian bayangan itu tepat didepanku lalu semuanya gelap saya berakhir dirumah sakit."
"Dan lagi saat jam 9 lewat saya berniat membeli makanan tetapi saat pulang saya melihatnya kak. Saya dikejar bahkan Asyila dapat merasakannya Kak Naila, bayangan itu menatap saya dengan tatapan seakan ingin membunuh, namun saat saya fokus mencari tempat bersembunyi tiba-tiba ada yang membekap mulut saya dan dialah yang menolong Asyila dari sosok itu" jelasnya panjang lebar walaupun tadi sempat jeda selama beberapa detik.
"Siapa yang menolongmu?"Tanya perempuan bercadar itu lagi, ada satu orang dalam pemikirannya tapi mana mungkin orang itu sedangkan keduanya telah berpisah lama bahkan mungkin bisa saja orang itu kini sudah melupakan sosok Asyila karena lamanya tidak ada kabar.
Lagian orang itu mana mungkin tau posisi Asyila saat ini.
"Asyila tdk tau Kak, dia pergi terlalu cepat. Apakah ini ada hubungannya dengan hantu Kak?"
"Tidak ada hubungannya dengan hantu Asyila, Kakak sangat yakin sosok itu bukan hantu tetapi manusia dari caramu menjelaskan tadi itulah yang dapat kakak simpulkan. Allah selalu berada dalam hatimu maka selalulah berdo'a padanya yaa. Kakak pamit dulu, telepon kakak jika terjadi sesuatu padamu. Assalamu'alaikum "setelah mengucap itu Naila menjauh berjalan menjauhi Asyila yang masih kebingungan ditempat.
"Wa'alaikumussalam "Gumamnya. Asyila melanjutkan langkah kakinya menuju ruangan dosen yang ingin ditemuinya.
"Selamatkan nyawamu sebisamu Asyila"
Langkahnya terhenti, perkataan itu sangat jelas didekatnya. Tetapi mengapa orang disekitarnya terlihat biasa-biasa saja, suara itu sangat jelas di pendengarannyaIa berbalik badan, tak ada orang asing disini. Bahkan semua org sibuk dengan urusan mereka.
"Kau kenapa?"Asyila membalikkan badannya dan menemukan dokter yang semalam merawatnya,
"Apa yang dokter lakukan disini"tanyanya balik. Laki-laki berjas putih itu menaikkan alisnya karena bukan jawaban yang diberikan tetapi pertanyaan baru.
"Saya ada urusan, ku lihat kau seperti orang ketakutan makanya kuhampiri. Kalau begitu saya permisi"ia melangkahkan kakinya menjauh tetapi perkataan Asyila membuatnya terhenti
"Apa dokter yang menyelamtkanku semalam, suara dokter mirip dengan suara orang itu? "Tanyanya
"Fransisco, itu nama saya. "Tanpa berbalik dan hanya mengucapkan itu, Laki-laki itu berjalan pergi meninggalkan seribu pertanyaan didalam benak seorang Asyila Permata.
Jika benar dokter itu yang menolongnya lalu apa alasannya? Apakah ada motif lain atau dokter itu memang ada disana sebelumnya tapi Asyila tidak menyadarinya sama sekali.
"Kata orang jaman dulu merenung ditengah jalan akan menghalangi kita bertemu dengan jodoh."
Lamunan Asyila buyar, wajahnya yang tadinya bingung kini tergantikan mimik wajah malas melihat tingkah salah satu sahabatnya apalagi omongannya beberapa waktu lalu.
"Ngomong apaan kamu! Mana ada perkataan kayak gitu. Dasar anak jaman dulu." bukannya tersinggung dengan ucapan Asyila orang itu hanya tertawa terbahak-bahak kemudian merangkul pundak Asyila.
"Zarius jangan kayak gini nanti kalau Visam salah paham lagi gimana? Dia itu kalau ngambek susah bujuknya. Saya engga mau berantem sama sahabatku yang lainnya cuma salah paham engga jelas." laki-laki dipanggil Zarius itu tak mendengar ucapan Asyila.
"Zarius..." laki-laki dengan rambut acak-acakan serta kacamata lensa membingkai matanya itu segera melepaskan rangkulannya karena suara Asyila yang cukup menakutkan.
"Selamat pagi para kaum jones yang sekaum sama gue. Senyum manis ala Abzail tiba."
"Jomblo kok teriak jomblo."
"Kok loh ngegas sih!"
"Uusshh! Kalian jangan berisik. Sesama kaum jomblo jangan sok. Udahlah saya mau ketemu dosen." Asyila berlalu meninggalkan kedua sahabat absurdnya yang menurutnya kurang kerjaan. Dan Asyila kadang ikutan gila berada ditengah-tengah keduanya.
Sepeninggalnya Asyila keduanya saling tatap seakan berlomba siapa yang paling tajam tatapannya,
"Kalian saling suka?" pertanyaan itu mengakhiri tatapan permusuhan antar keduanya, mereka berdua kompak menatap perempuan dengan rambut lurus sepinggang serta pakaian cukup sopan. Memakai dres sederhana serta wajah natural.
"Visam..." panggil keduanya geram secara bersamaan yang membuat seseorang yang dipanggil tadi hanya tertawa pelan memperlihatkan lesung pipit indahnya.
"Asyila mana?" tanyanya kemudian tak terlalu memperdulikan tatapan kesal dua laki-laki didepannya.
"Ada urusan sama dosen katanya." Visam mengerutkan keningnya bingung padahal tidak ada tugas lalu urusan apa?
"Bukannya hari ini kelas peternakan kosong ya?" tanyanya yang dibalas gelengan kepala sebagai tanda tidak tau oleh kedua laki-laki berbeda jurusan itu.
"Kalian engga masuk kelas?" lanjutnya lagi
"Nanti jam 9." jawab Zurais
"Kalau gue jam setengah 10, lo belum masuk?" Abzali menatap tumpukan buku yang ada digenggaman sahabatnya.
"Hari ini kosong tapi kata Asyila dia mau ditemenin tapi sampai sini dia malah hilang." gerutunya pelan,
"Yaudah aku cari dia dulu, bye." tanpa mendengar jawaban keduanya Visam berlalu mencari sahabatnya yang katanya ingin ditemani malah hilang entah kemana.
Manik coklatnya menatap sekitar lorong kampus siapa tau bisa menemukan sahabat kurang kerjaannya itu, bukannya merdeka karena diberi libur malah buang-buang waktu ke kampus dan anehnya Visam malah ikut kurang kerjaan juga.
"Mana sih!" sepertinya kesabarannya mulai menipis padahal Seorang Visam sangat terkenal dengan sebutan perempuan penyabar.
"Cari siapa lo? Celingukan kayak orang hilang." Visam memutar badannya menatap malas orang yang bersuara tadi.
"Anak kedokteran kok sampai ke sini sih!" ucapnya lagi tetapi yang diajak bicara hanya diam
"Eehh... Ulalaaa sayangnya aku! Udah datang." suara cempreng sekaligus rangkulan dari samping itu membuat Visam mendengus kesal.
"Kenapa Sev? Mau ganggu sahabat aku?" tanya perempuan bersuara cempreng itu yang ditanggapi pandangan malas oleh Sevi, perempuan yang tadi bertanya pada Visam.
Karena tidak ingin berdebat panjang dengan perempuan cerewet seperti Asyila, Sevi berlalu tanpa berkata apapun sama sekali karena ia tau menghadapi Asyila itu hanya membuat diri makin emosi.
"Kamu ya! Minta ditemenin malah hilang." selepas kepergian Sevi, Visam melepas rangkulannya kemudian menatap Asyila dengan perasaan yang sangat kesal, yang dibalas Asyila dengan senyuman kecilnya.
"Maaf deh! Emang kamu engga ketemu sama Zurais sama Abzali didepan? Padahal aku baru beberapa menit masuknya. Aku cuman ke ruang dosen kok kumpulin tugas yang kemarin yang belum sempat terkumpul untung dosennya engga nanya cuman ngangguk doang." ceritanya ,padahal saat mengetuk ruang dosen tadi jantung Asyila sudah berdetak cukup cepat tetapi saat masuk Dosen hanya mengatakan padanya simpan di meja saja kemudian keluar.
Tentu saja Asyila langsung mengiyakan kapan lagi bisa menemukan hidayah seperti itu?
"Ketemu, mereka berdua kayak kesal gitu." balas Visam.
"Yaudah yuk! Siapa tau mereka berdua masih ada disana."
"As..."
"Kenapa?"
"Zurais kayaknya punya rasa sama kamu deh!" bukannya merasa senang Asyila hanya tertawa pelan merasa lucu dengan jawaban sahabatnya.
"Jangan mulai deh!" peringatnya yang dibalas anggukan saja oleh Visam.
"Kamu percaya tentang hantu gitu engga sih?" tanyanya sembari berjalan,
"Antara iya dan tidak, tumben kamu nanya soal begituan. Kamu diganggu hantu gitu ya?" Visam menghentikan langkah Asyila berusaha mencari jawaban melalui tatapan masing-masing.
"Aku engga tau yang semalam itu hantu atau engga! Tapi ini benar-benar buat aku takut tinggal di kost-an." gumamnya lirih tetapi masih mampu didengarkan oleh Visam.
Keduanya terdiam karena Visam juga bingung ingin merespon seperti apa perkataan sahabat terdekatnya ini bukannya tidak ingin membantu tetapi dia juga tidak tau detail kejadian itu seperti apa.
Asyila mematung bahkan selama beberapa detik ia lupa cara bernapas, secara perlahan ia yang tadinya menunduk menatap keujung lorong sana, tepat didepan sana ada seseorang berpakaian serba hitam serta topi dan masker di wajahnya.
Asyila dapat merasakan betapa tajamnya tatapan itu, seakan seseorang misterius itu akan membunuhnya saat ini juga. Jantungnya berdetak cukup cepat, ia menoleh kesamping berusaha memberitahu sahabatnya.
"Lihat diujung lorong." ucapnya pelan.
Visam yang tadinya sibuk menunduk mengangkat kepalanya menatap kedepan sana tetapi kosong. Hanya gemaan suara anak-anak kampus yang saling bercanda tawa di seberang.
"Kenapa disana?"
Pertanyaan Visam membuat Asyila menatap kearah itu kembali tetapi matanya melotot dan bingung ingin mengatakan apa lagi.
Ia hanya menoleh selama beberapa detik dan itupun tidak cukup 40 detik tetapi orang itu sudah menghilang. Tidak mungkin ia bisa menghilang secepat itu kecuali seseorang misterius itu melompati pagar tinggi karena lorong itu buntu.
Mana mungkin juga sosok itu berlari keluar kampus melalui jalan biasa karena tepat beberapa langkah lagi didepannya itu lah jalan menuju teras kampus.
Lalu?
Itu hantu atau apa?