Beberapa hari kemudian, setelah mata kuliahnya selesai Shea kembali pergi kerumah sakit untuk melihat kondisi Alvarez yang masih dirawat secara intensif, tak lupa juga ia membawa buket bunga mawar putih.
" Shea.... " sapa Lukas, saat mereka bertemu di loby
" hai " balasnya, Lukas sedikit melirik bunga yang di pegang oleh Shea lalu tersenyum
" ini bunga kesukaan Alvarez " ucap Lukas, Shea mengangguk
" apa boleh gue meletakkan bunga ini di atas nakas ruang rawat Alvarez? dan apa boleh gue liat Alvarez secara langsung? " Shea sedikit ragu dengan pertanyaan sendiri
" tentu " jawab Lukas singkat
Wajah Shea berbinar saat mendapatkan izin dari Lukas, ia langsung menyeka air matanya yang hendak kembali menetes. Ternyata Lukas bukan hanya sahabat Alvarez melainkan juga dokter yang merawatnya, itulah yang saat ini ada di fikiran Shea sekarang.
Dengan perlahan Shea meletakkan buket bunga yang ia bawa ke atas nakas, kemudian beralih memandang wajah yang terlihat sangat pucat dari laki-laki yang sangat ia rindukan. Hati Shea terasa sesak melihat begitu banyak nya alat bantu kehidupan yang menempel pada tubuh laki-laki itu.
" Rez..... " perlahan Shea menyentuh jari-jemari yg putih pucat itu, kemudian menggenggam nya
" Rez.... ini aku Shea " Shea menarik nafas panjang lalu berusaha menahan agar air matanya tidak jatuh
" kalau aja aku tahu semua nya di awal, aku nggak akan pernah mau nerima permintaan kamu untuk mengakhiri hubungan kita... Rez please tidur nya jangan lama-lama.... aku kangen sama kamu.. a-aku- " Shea tidak dapat melanjutkan ucapannya, karena pada akhirnya benteng pertahanan nya roboh juga
" kamu pernah bilang, kalau kamu akan selalu jagain aku... kamu bilang, kamu akan berusaha selalu ada buat aku... kamu bilang, kita akan saling terbuka dan membagi semua rasa bahagia, sedih dan duka dengan bersama dan aku udah lakuin semua apa yang kamu minta... tapi kenapa kamu nggak mau bagi rasa sakit kamu ke aku.... " suara Shea sudah gemetar dalam isak tangis nya
Lukas juga ikut merasa hatinya seperti teriris mendengar isak tangis dari kekasih sahabat nya itu.
" Rez... gue tau Lo pasti dengar semuanya, gue yakin Lo pasti bisa bertahan... Lo sendiri yang bilang kalo Shea adalah sumber kebahagiaan Lo, dan dia dunia Lo.... Lo juga pasti dengar isak tangis pilu dari wanita yang selama ini Lo sebut di setiap do'a Lo.... buka mata Lo, dan liat betapa rapuhnya hati gadis kecil Lo " batin Lukas
********
" apa lagi yang Lo mau dari gue!!!! " ucap Valentine dengan penuh penekanan pada laki-laki yang duduk berseberangan dengan nya, laki-laki itu hanya menyunggingkan sudut bibirnya.
" mau sampai kapan Lo menyembunyikan kebenaran dari kehamilan Lo... " jawab laki-laki itu tanpa basa-basi lagi
" gue udah pernah bilang sama Lo jangan pernah ikut campur, dan menjauh lah dari kehidupan gue.... "
" cepat atau lambat semua orang akan tahu, kalau bayi yang Lo kandung itu bukan anak dari Yesaya " ejek laki-laki itu
" CUKUP MANANTA!!!!! meskipun suatu saat mereka semua tau kalau anak ini bukan anak dari Yesaya, gue nggak akan pernah mau menerima Lo sebagai ayah kandung dari anak ini CAMKAN ITU!!!!! " ucap Valentine dengan nada suara yang sedikit tinggi, beruntung saat ini mereka berada di dalam privat room sehingga tidak akan mengusik para pengunjung cafe lainnya.
Valentine beranjak dari duduknya, baru hendak melangkah kan kakinya tiba-tiba seketika tubuhnya mematung saat melihat seseorang yang sudah berdiri di depan pintu.
*********
" Alvarez pasti sembuhkan? " tanya Shea dengan lirih
Shea dan Lukas kini sedang duduk di taman rumah sakit.
" kita cuma bisa berdoa dan berusaha, selebihnya biar Tuhan yang menjawab " Lukas menghela nafas lelah
" Alvarez cowok yang kuat.... tapi ada saat dimana dia juga merasa lelah, kita semua udah coba cari pendonor yang cocok untuk Alvarez tapi hasilnya nihil.... " sambung Lukas
" gimana kalo Lo periksa jantung gue... siapa tahu gue bisa jadi pendonor untuk Alvarez " ucap Shea asal, Lukas menautkan kedua alisnya mendengar ucapan Shea yang menurut nya itu impossible
" Lo mau Alvarez bunuh gue kalo sampe dia tahu gue lakuin itu ke Lo ????? " Lukas tak pernah berfikir kalau kata-kata itu akan keluar dari mulutnya, Shea menghela nafas berat.
" gue takut..... gue takut kalo Alvarez beneran ninggalin gue " gumam Shea dengan air matanya yang kembali menetes.
" gue yakin, Tuhan pasti berbelas kasih pada hambanya " ujar Lukas dengan tenang, walaupun hatinya juga merasakan hal yang sama dengan Shea saat ini
********
Deru suara ombak ikut menyapa, Yesaya berjalan dengan santai menyusuri bibir pantai dan ombak kecil juga ikut memberikan salam padanya, hembusan angin juga tak ingin kalah seakan ingin ikut membantu Yesaya melepaskan semua kerinduan nya.
" aku rindu saat-saat itu " batin Yesaya, sekelibat bayangan Shea berlalu lalang di ingatan nya.
" Tuhan tahu, kalau cinta ini hanya akan jadi milik kamu Shea.... dari sejak aku mengatakannya hingga detik ini, hanya kamu yang bersemi di hati " gumam Yesaya, pandangan nya terus menjelajah ke lautan lepas.
" aku masih bisa melihat dengan jelas binar cinta yang kuat di mata kamu bahkan lebih kuat lagi.... tapi sayangnya itu semua bukan untuk ku lagi " Yesaya tersenyum getir kala mengingat setiap kebersamaan Shea dan Alvarez.
" masih adakah sedikit cinta yang tersisa di hati kamu untuk aku She.... " Yesaya menyugar rambut nya yang tersapu oleh angin
Mata Yesaya menangkap sosok wanita yang selama ini selalu membuat nya tak berdaya sedang berdiri sendirian di bibir pantai tak jauh dari tempatnya berdiri. Dirinya bahkan mampu melihat tubuh wanita itu bergetar karena isak tangis.
" why are you crying? "
Kedua mata mereka kembali saling bertemu setelah sekian lama, Yesaya bisa melihat dengan jelas kesedihan yang mendalam di mata wanita itu, kesedihan yang kembali mengingat kan dirinya bahwa wanita itu juga pernah ia sakiti. Tubuh Yesaya menegang saat wanita itu langsung memeluk nya, dan dengan jelas ia mendengar isak tangis yang juga berhasil membuat hatinya kembali pedih.
" maaf... " lirih wanita itu sembari mengurai pelukannya, Yesaya tersenyum getir, ingin rasanya ia kembali merengkuh wanita itu kedalam pelukannya dan menghirup aroma tubuh nya yang sudah lama dirinya rindukan.
Dari arah kejauhan, seorang laki-laki memperhatikan mereka berdua dari balik kacamata mata hitam yang bertengger di hidung mancung nya.
" kamu apa kabar, udah lama kita nggak ketemu, oh ya gimana hubungan kamu sama Alvarez.... denger-denger katanya, kamu akan menikah dengan Alvarez? " Yesaya berusaha mencairkan suasana namun Shea hanya diam, fikiran nya kembali bertumpu pada Alvarez yang masih terbaring tak berdaya di atas ranjang rumah sakit.
" hei don't cry " Yesaya menghapus air mata Shea dengan ibujari nya.
Shea menarik nafas dalam-dalam sebelum ia menjawab " Alvarez ko-ma " ucap Shea dengan terbata-bata
" apa? " mata Yesaya terbelalak, Shea mengangguk lemah
Yesaya menatap Shea dengan ibah, merasa kasihan pada wanita yang masih sangat dirinya cintai itu, dan dengan suara rendah Shea menceritakan semua tentang kisah cinta dirinya dan Alvarez kepada Yesaya, bahkan tentang penyakit yang diderita oleh laki-laki itu dan tak lupa juga saat laki-laki itu meminta untuk mengakhiri hubungan mereka. Shea mengatakan nya dengan penuh cinta dan penuh harapan lalu kembali menangis saat tahu bahwa alasan laki-laki itu mengakhiri hubungan mereka karena tak ingin Shea hidup dalam penderitaan dimasa depan.
" kenapa hati aku sakit banget, liat kamu nangis kayak gini She... Kamu sangat mencintai Alvarez, bahkan sangat berbeda saat kamu pernah mencintai aku " batin Yesaya
" rasa takut kamu kehilangan Alvarez, sangat membuat diri ini lemah dan cemburu... seharusnya aku sadar, bahwa ternyata di hati kamu tidak ada lagi tempat untuk ku " Yesaya dengan cepat menghapus airmatanya agar tak terlihat oleh Shea.
Yesaya mengambil ponselnya di dalam saku celananya, karena sedari tadi ponselnya terus bergetar ia mengerutkan kedua alisnya saat melihat nama seseorang dilayar ponselnya
" hallo... " terdengar suara upatan dari seberang setelah Yesaya menerima panggilan itu
" kerumah sakit Permata Medica sekarang, Valentine.... istri Lo kecelakaan!!!! " ucap seseorang di telfon namun belum sempat Yesaya kembali bersuara panggilan itu terputus
" ada apa? " Shea melihat Yesaya dengan raut wajah yang sulit ia artikan
" Valentine kecelakaan " jawab Yesaya dengan mata yang menerawang
" apa? terus dia dimana sekarang.... kita liat Valentine " ujar Shea yang mulai ikut cemas, Yesaya kembali mengerutkan kedua alisnya melihat sikap Shea yang tak biasa
" kenapa kamu menghawatirkan wanita itu, wanita itu yang sudah menghancurkan hubungan kita " tanya Yesaya dengan dingin, karena sejujurnya Yesaya tak pernah peduli tentang istri nya
" STOP membahas masa lalu kita, yang terpenting sekarang kita liat Valentine!!!! dia istri kamu, dan sekarang lagi hamil besar " ucap Shea yang tak ingin di bantah.
" aku hanya akan mengakui anak itu, tapi tidak dengan ibunya " ucap Yesaya yang juga tak ingin dibantah, Shea hanya diam namun penuh arti.
" apa kamu akan masih menganggap bayi itu nantinya, setelah kamu mengetahui semua kebenaran " batin Shea
" ada apa? " tanya seorang laki-laki berkacamata hitam yang sedari tadi memperhatikan hati kan Yesaya dan Shea, mereka sudah berada di parkiran
" Lukas, aku nggak sengaja ketemu Yesaya tadi..... dan sekarang kita harus kerumah sakit, karena Valentine mengalami kecelakaan " jawab Shea pada Lukas. Shea sengaja meminta Lukas untuk mengantarkan nya ke pantai saat mereka berada di taman rumah sakit tadi,dan dengan senang hati Lukas mau mengantar kan kekasih sahabat nya itu.
" rumah sakit mana? " tanya Lukas
" Permata Medica " Shea dan Lukas saling memandang satu sama lain setelah mendengar ucapan Yesaya
" ayo..... " ajak Lukas dengan cepat
" Yes.... kamu nggak apa-apa kan sendiri, aku sama Lukas " ujar Shea, Yesaya mengangguk samar.
Selama perjalanan menuju rumah sakit, Shea tak henti-hentinya berdoa agar Valentine dan bayi nya selamat, Lukas yang melihat gerak gerik Shea hanya diam namun dirinya kagum karena Shea masih perduli pada wanita yang pernah ingin menghancurkan kehormatan nya, Lukas mengetahui semua nya dari Clara.