webnovel

Times Of Love

Gadis modern dan jenderal dari joseon bertemu di era modern

Frisca_6869 · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
30 Chs

Sebelas

Leewan duduk termenung. Seorang diri di dalam kamarnya. Hatinya dipenuhi bimbang. Shenling atau Chenyang? Tapi Shenling sudah membohongi dia. Sedang Chenyang adalah tuan putri Lanshang yang selama ini begitu dihormati.

'Aku tidak akan tertipu lagi,' ucapnya dalam hati.

"Aku harus percaya pada putri Lanshang."

Suara ketukan di pintu mengejutkan dia dari lamunan. Pemuda itu bergegas bangun dari tidurnya.

"Aku tahu kau pasti gelisah dengan kata-kata Shenling, tapi kau tidak perlu mendengarkan dia," ucap Chenyang sambil mengajak Leewan keluar dari kamar. Mereka lalu duduk di ruang depan yang berhias ornamen unik.

"Sebelum bisa menemukanmu, aku sudah mencari tahu tentang Shenling. Dia itu gadis jahat yang berpura-pura baik untuk memanipulasi dan memanfaatkan orang lain. Yang terpenting adalah kau jangan pernah percaya padanya," ucap Chenyang sambil mengulurkan tangan dan meraih jemari pemuda itu.

Leewan langsung menepis tangan gadis itu dan bergegas bangkit berdiri.

"Hamba mengerti, Tuan Putri," ucapnya sambil melangkah kembali menuju kamar.

'Aku tidak akan melepaskanmu. Shenling begitu menyukaimu. Kau adalah pilihan tepat untuk menghancurkan hatinya,' ujarnya dalam hati sembari bergegas mengejar pemuda itu dan memeluk dari belakang.

'Akan kubuat kau tergila-gila padaku. Lagipula, saat ini aku juga menyukaimu,' gumam gadis itu lagi.

"Kamu jangan menghindar dariku. Aku juga menyukaimu dengan tulus," ucap Chenyang pelan.

Leewan mengurai pelukan itu dan berbalik menatap Chenyang.

"Maaf, Tuan Putri, hamba tidak bisa menerima perasaan Anda," ucapnya pelan.

Pemuda itu bergegas berlalu kembali menuju kamar.

'Aku tidak peduli!' geram Chenyang marah.

'Bagaimanapun caranya, aku akan membuatmu menjadi milikku. Aku tidak akan pernah melepasmu.'

***

Shenling sedang menata kembali kue-kue jualannya, ketika Yanche datang. Gadis itu bersikap tidak peduli hingga akhirnya Yanche membuka pembicaraan saat semua orang telah berlalu pergi.

"Shenling, aku kemari untuk meminta maaf padamu. Belakangan ini aku sadar, aku telah membuat hatimu terluka," ucap pemuda itu.

"Kau tidak perlu melakukannya," sahut Shenling dingin.

"Karena aku tidak akan pernah memaafkan kau dan juga Chenyang."

"Chenyanglah yang semula datang untuk merayuku. Aku kemudian tanpa sadar telah terpikat olehnya."

"Aku tidak mau membicarakan soal itu lagi," ujar gadis itu sembari mengemas kue-kue dagangannya dan bergegas hendak pergi.

"Shenling, dengarkan aku dulu. Aku tidak tahu Chenyang ternyata begitu jahat. Sekarang dia bahkan tidak peduli lagi padaku," sergahnya cepat.

"Itu bukan urusanku," sahut Shenling sambil terus melangkah. Namun Yanche justru mengejar dan mencekal tangan gadis itu dengan erat.

"Shenling, kumohon, dengarkan aku dulu. Aku menyesal telah putus denganmu. Sekarang aku merasa sendirian, bisakah kau menemaniku?" tanyanya.

"Lepaskan aku, Yanche, lepaskan aku!" ujar Shenling sambil terus meronta.

"Tidak. Aku tidak akan melepasmu. Aku tahu kau masih mencintaiku," tukas pemuda itu cepat.

Seseorang datang menghampiri dan menegur Yanche,

"Hei kau, apa yang kaulakukan?"

"Jangan ikut campur. Dia ini kekasihku!" bentak pemuda tersebut. Melihat perhatian Yanche teralihkan, Shenling tidak membuang kesempatan. Digigitnya tangan pemuda itu kuat-kuat. Yanche menjerit sambil memegang tangannya yang berdarah. Cekalannya pada Shenling terlepas dan gadis itu melarikan diri.

***

Napas Shenling terengah saat tiba di rumah. Dia juga langsung menutup dan mengunci pintu karena takut Yanche akan mengejarnya sampai ke rumah.

'Kenapa? Kenapa jadi seperti ini? Yanche bertindak gila, apakah karena Chenyang? Dia bilang Chenyang telah tidak peduli padanya. Benar, kini Chenyang mendekati dan memanfaatkan Leewan untuk menyakitiku,' ucap gadis itu dalam hati. Dia lalu meraih ponsel dan menekan beberapa nomor.

'Yanche bisa bertindak nekat. Aku harus memberitahu Chenyang dan Leewan agar berhati-hati. Aku tidak ingin melakukannya, tapi tetap saja aku tidak bisa membiarkan hal buruk terjadi pada mereka,' gumamnya.

Terdengar nada sambung beberapa kali, tetapi tidak diangkat. Shenling memutuskan untuk mengirim pesan kepada Chenyang.

***

Chenyang meraih ponselnya dan membaca pesan dari Shenling. Ia tersenyum kecil.

'Shenling, mengapa kau masih saja berbuat seperti ini? Sikapmu inilah yang membuatku semakin membencimu,' ucapnya dalam hati.

Tidak lama terdengar ketukan keras dari luar. Chenyang segera menyuruh pelayan untuk membuka pintu.

Yanche bergegas masuk sambil mendorong sang pelayan hingga jatuh. Dia segera menghampiri Chenyang dengan pisau di tangan. Sang pelayan hanya bisa bergidik ngeri dan membeku ketakutan.

"Kau yang menyebabkan semua ini. Kau dan Shenling telah mempermainkan aku!" teriak pemuda itu marah. Ia segera menghunus pisau. Gadis di hadapannya tersebut menjerit sekeras mungkin.

"Apa yang kaulakukan?" gertak Leewan sambil bergegas menghampiri.

"Menjauh dari Tuan Putri sekarang!"

Pemuda itu tadinya berada di dalam kamar teringat pada Shenling. Dia segera keluar saat mendengar keributan yang terjadi.

"Jadi dia yang menyebabkan semua ini? Dia yang membuatmu menjauh dan tidak mau bertemu denganku lagi?" tanya Yanche sambil tertawa sinis dan menunjuk ke arah Leewan. Chenyang hanya menggeleng.

"Tuan Putri? Kau bahkan sama sekali bukan tuan putri!" ujar Yanche lagi sambil kembali menyerang Chenyang dengan pisau. Leewan segera mendekat dan mencekal mata pisau tersebut. Darah mengalir dari tangannya.

"Leewan, tanganmu terluka," ucap Chenyang pelan.

"Aku tidak apa-apa," sahut pemuda itu.

"Yang penting Tuan Putri baik-baik saja."

"Shenling. Dia adalah utusan Shenling untuk membunuhku!" tukas Chenyang cepat.

"Aku tidak menyangka penyihir itu bahkan bertindak nekat."

Leewan terlihat ragu. Dia tidak percaya dengan perkataan Chenyang. Yanche terus bergerak menyerang pemuda itu, tapi dia bukanlah lawan yang seimbang untuk Leewan. Dalam sekejap, Leewan berhasil memukul jatuh lawannya itu. Chenyang lalu menyuruh pelayannya mengambil tali untuk mengikat Yanche. Dia lalu mengajak Leewan ke kamar untuk mengobati luka di tangannya.

Gadis itu segera mengambil kotak P3K dan mengambil salep luka, lalu membalut telapak tangan Leewan. Ia lalu menyodorkan sebutir obat.

"Ini minumlah dulu, biar tidak sakit dan infeksi," ujarnya.

Leewan mengangguk dan segera meminum obat tersebut.

"Di sini tidak aman. Kita sebaiknya segera pindah ke tempat yang mulia raja," ujarnya.

Chenyang mengangguk.

"Baiklah, kita akan ke sana, tapi sebaiknya sekarang kau istirahat dulu," ucapnya. Meski terlihat tenang, tidak urung hati gadis itu mulai gelisah.

'Ia mulai mengungkit itu lagi. Aku harus terus mencari alasan agar dia tidak mengajakku menemui mereka. Kalau tidak, kebohonganku akan terbongkar. Dia akan pergi meninggalkan aku dan rencanaku menghancurkan Shenling akan berantakan,' ucapnya dalam hati.

Leewan menurut dan segera berbaring untuk beristirahat. Dia lalu mengamati raut wajah Chenyang.

'Ada yang aneh. Apa yang sebenarnya Tuan Putri sembunyikan dariku? Apa masih ada orang-orang yang mengincar keluarga kerajaan? Apa Shenling adalah salah satunya? Sebaiknya aku mencari tahu soal ini,' ujarnya dalam hati.

Tidak lama, Leewan telah tertidur. Chenyang merasa tenang. Obat tidur yang diberikannya bekerja dengan baik. Gadis itu lalu bergegas keluar dari kamar dan menemui Yanche yang masih dalam keadaan terikat di ruang tamu.

"Kau ingin aku kembali padamu, bukan? Kalau begitu, lakukan sesuatu untukku. Segera habisi Shenling. Bunuh dia dan hancurkan mayatnya. Setelah itu, aku pasti akan kembali menjadi kekasihmu," ucap Chenyang pada pemuda itu sambil tersenyum menyeringai.