webnovel

Chapter 28 Booster

Tapi ketika mereka akan keluar dari tempat itu, ada sebuah kaki yang menendang kotak yang dibawa Leo, membuat kotak itu terangkat jatuh berantakan di bawah.

"Sialan!! Kenapa kau melakukan itu!!!" Dia kesal, tapi terpaku ketika sebuah pedang tajam ditodongkan ke arahnya.

Seorang wanita dengan pakaian kediaman dan kaki kuda-kuda bertarung Jepang.

"Aku suruhan Tuan Kenith.... Serahkan kotak itu sekarang," wanita itu menatap serius.

Tapi Leo hanya tersenyum seringai, membuat wanita itu bingung.

Siapa sangka, Noah berlari muncul dari belakang Leo dan akan menyerang wanita itu. Kedatangan yang tiba-tiba membuat wanita itu terkejut dan langsung menghindar.

"Siapa kau?! Pengguna pedang?!" Wanita itu menatap tak percaya pada Noah yang memegang pedangnya hanya dengan satu tangan.

"Hahaha..... Biasa saja memujinya.... Aku tidak sombong," Noah malah menyombongkan diri.

Leo berbalik badan dari mereka untuk menuju kotak itu, tapi wanita itu yang melihatnya akan mengejarnya.

Tapi dia dihadang Noah. "Yo, gadis manis.... Lawanmu itu aku...." Noah menatap dengan tatapan meremehkan.

Leo akan mengambil beberapa barang yang berantakan, tapi ia merasakan ada yang menyerangnya. Dia menarik tangannya tiba-tiba, dan benar saja, ada kaki yang akan menginjaknya.

Dia menengadah melihat dari posisi berlututnya, seorang pria dengan penampilan serba kuat. Sarung tangan besi, dada pelindung, dan tatapan yang datar. Dia adalah terminator yang sebenarnya.

Leo berdiri dan menghadap pria itu. Bahkan tinggi mereka hampir sama, tapi pria itu lebih seperti binaragawan.

"Menyerahlah.... Cecunguk...." kata pria itu.

Leo tersenyum kecil. "Oh.... Tentu... Ketika aku mati!!" dia melompat dan menendang kepala pria itu dengan cepat.

Pria itu hampir tumbang, tapi ia mencoba tegak kembali meskipun hampir terlempar.

Leo mengambil sesuatu dari sakunya. Itu seperti gulungan kain, dan dia membuat sebuah sarung tangan dari gulungan itu. Rupanya itu adalah hand wrap. Fungsi hand wrap sendiri adalah melindungi tangan dan menghindari pergeseran tulang saat melakukan pukulan. Jika dia memiliki itu, berarti dia seorang mantan pemukul di atas ring.

Noah yang melihat itu menjadi terdiam. "(Itu black hand wrap-nya.... Dia sudah tidak memakai itu setelah lebih dari beberapa tahun....)" pikirnya.

Tapi wanita itu akan menebas. "Kau lengah!!"

Noah terkejut dan menangkis pedang wanita itu dengan pedangnya. Mereka saling dorong mendorong.

Sementara Leo sudah dengan rapi memasang hand wrap itu. Ketipisan dari kain gulungan membuatnya hanya terlihat memakai sarung tangan setengah jari.

"Itu tidak akan berguna," kata pria terminator itu.

"Ini berguna... Jadi, apa kau minta aku yang menyerangmu duluan?" Leo menatap.

Lalu pria itu mengangguk. Seketika Leo melesat mendekat dan memukul dengan pukulan pertama. Siapa sangka, pukulan yang ditangkis pria itu adalah pukulan maut. Memunculkan gelombang yang sangat keras. Bahkan lengan pria itu menjadi bergeser.

Hal itu membuatnya memasang wajah tak percaya dengan alis terangkat satu.

Leo kembali mengepal tangannya dan akan menyerangnya lagi. Tapi pria itu juga akan memukul. Mereka berdua melemparkan pukulan.

"Hmp...." Leo tersenyum sombong, dia menghindari pukulan pria itu, dan pukulan miliknya menjadi berganti menuju ke dada pria itu.

Pria itu terpental sedikit karena dia menahan tubuhnya sambil memegang dadanya.

Alat pelindung dadanya hancur. Hal itu membuatnya menatap tajam Leo.

Leo mengisahkan tangannya. "(Sial... Pergelangan tanganku sepertinya hampir patah....)"

"Aku tidak percaya kau memiliki kekuatan yang begitu besar ketika memakai hand wrap itu..." tatap pria itu.

Leo terdiam sebentar sambil melemaskan kedua tangannya. "Apa maksudmu? Kau ingin aku melepasnya saja?"

"Ya.... Aku juga akan melepas perlindunganku.... Kita berduel saja," kata pria itu.

"Baiklah...." Leo melepas hand wrap-nya, membuat gulungan kain perlahan jatuh ke bawah. Tapi siapa sangka, tangan yang tadi ia gunakan untuk memukul dua kali saja sudah merah dan babak belur. Itu saja masih memakai hand wrap, tapi bagaimana jika tidak.

Pria itu melepas baju atasnya, membuatnya telanjang dada sehingga dia tidak terlihat menggunakan pelindung apapun.

Leo mengepal tangannya. "(Hanya perlu seperti dulu.... Ingat betapa kejamnya dulu.... Tidak lebih dari aku mati di sini....)" Leo mengkretek kepalanya, seketika dia melesat.

Dan mereka bertarung dengan pukulan yang sangat keras, membuat gelombang besar. Jika pria itu menyerang, Leo menangkisnya dengan lengan. Tapi pria itu tidak pernah menangkis serangan Leo, mungkin karena dia terlalu lambat, tidak sedangkan Leo.

Tak hanya pukulan, Leo juga menggunakan tendangan kuat.

Di sisi Noah, dia berhasil mendorong pedang milik wanita itu.

"Tikus kecil... Kau benar-benar susah untuk diserang, yah...." Noah menatap.

Wanita itu dari tadi menatap serius.

Tapi ia terdiam ketika melihat Noah menjatuhkan pedangnya. Noah merogoh baju dalam di bagian punggungnya dan menarik sesuatu yang rupanya adalah parang lurus yang lebih berat dan lebih pendek.

"Ini lebih enak...." Dia hanya menggunakan satu tangannya. Seketika langsung melesat, membuat wanita itu harus menangkis parang Noah.

"Dari mana sebenarnya itu datang!! Ada apa lagi di punggungmu?!!" Wanita itu menatap terkejut.

"Hahaha.... Ilusi optik, aku hanya bermain ilusi," kata Noah yang terus menyerang.

---

Sementara itu, di sisi Caise. "(Utk... Aku benar-benar sangat lapar, kenapa dia hanya duduk bermain ponsel di sana dari tadi, aku benar-benar sudah keram duduk terikat di sini,)" Caise menjadi tidak nyaman.

Lalu Tuan Mandara menoleh, ia terdiam dan menghubungi Leo. Tapi sama sekali tak terangkat. "Hmp... Dia masih merebutkan kotak itu, tak mau mengangkat ponselnya sama sekali saat bertarung. Bagaimana denganmu, gadis? Kau pernah menghubunginya di saat ada sesuatu?" tatapnya.

Caise terdiam sebentar. "(Apa aku harus menjawabnya....) Aku tidak tahu, dia selalu datang padaku. Aku tidak mungkin menghubunginya saat di tempatku."

"Kau tahu, dia mematikan ponselnya untuk meningkatkan daya bertarungnya dan kefokusannya. Dia tak akan menyalakan ponselnya saat sedang menjalani sesuatu seperti ini."

". . . Kenapa kau tahu tentang Mas Leo?"

"Dia hanya suruhanku, tapi sekarang dia benar-benar tak mau melakukan perkataanku mungkin karena kau ini, yah..." Tuan Mandara menatap tajam pada Caise.

Kebencian muncul, membuat Caise sungguh ketakutan.

Lalu Tuan Mandara menatap dekat.

"Jika Leo mati, kau juga akan mati karena itu percuma saja..." tambahnya.

"(Mas Leo.... Tidak.... Jangan pergi....)" Caise tampak panik. Hal itu membuatnya bernapas cepat dan berkeringat khawatir.

Sementara Leo mendadak terlempar mengenai dinding hingga retak. "Uakhh!! Cough!!" Dia dikenai pukulan oleh pria itu yang sepertinya mengenai perutnya karena dia menekan perutnya dan darah keluar dari bibirnya.

"(Sialan.... Pikiran ku kosong tadi.... Aku tak bisa bergerak,)" tubuhnya gemetar menahan pukulan maut pria itu yang mendadak mendekat, membuat pupil matanya membesar. Pukulan akan diarahkan padanya, dan hal itu tidak bisa diketahui apakah dia selamat atau tidak.

"Mati!!" Pria terminator itu mengarahkan pukulan yang akan mengenai kepala Leo. Leo bahkan memasang pupil yang begitu besar, tapi ia teringat sesuatu, yakni wajah Caise. Kematian mendorongnya untuk putus asa, tapi pemikiran kosongnya membuatnya berpikir Caise yang menunggunya menjemputnya.

"Caise!!!" Dia berteriak, dengan cepat mendorong tubuhnya sekuat tenaga untuk keluar dari dinding retak itu dan berhasil menghindari pukulan pria itu yang menancap ke dinding.

Pria itu menatap tak percaya, dia menoleh ke Leo yang bernapas cepat, menatapnya dengan tatapan yang sangat serius dan juga suram.

"Aku tidak akan main-main sekarang," dia mengkeretakkan kedua tangannya dan kepalanya sambil berjalan mendekat ke pria terminator itu.

"(Untuk apa berpikir mati adalah jalan keluar dari ini semua.... Dan ini membuat pemikiranku menjadi teralihkan oleh Caise... Tunggulah aku di tempatmu... Aku akan menjadi harimau yang melindungimu.)"

Noah masih bertarung dengan wanita itu dan seketika dia berhasil membuat pedang wanita itu terpental jauh, membuat wanita itu tak memegang senjata, dan Noah mengarahkan ujung parang lurusnya padanya.

Lalu wanita itu berlutut dan mengangkat kedua lengan. "Aku menyerah.... Bunuhlah aku."

Noah terdiam dan membuang parangnya, juga membuat wanita itu terdiam. Rupanya Noah mengulurkan tangannya pada wanita itu. "Siapa namamu?" tatap Noah.

". . . Kazumi...."

"Kazumi, berdirilah," kata Noah. Wanita yang bernama Kazumi itu terdiam dan menerima uluran tangannya dan berdiri. "Kenapa kau tidak membunuhku?"

"Lebih baik kau bergabung denganku daripada mati tanpa penghormatan. Seorang pendekar pedang sejati memang harus mati jika dia kalah dalam pertarungan, tapi aku juga harus mati karena aku curang, menggunakan parang bukan pedang. Kita anggap kita sama saja, jadi tidak perlu berpikir untuk mati..."

"Kenapa... Begitu?"

"Aku ingin mengenalmu lebih lanjut, ajari aku teknik-teknik yang ada dalam pedang... Karena aku tahu kau sudah menguasai banyak hal."

"Tapi, kamu yang menang."

"Aku menggunakan parang, bukan pedang.... Aku harap kau mengerti," tatap Noah. Kazumi terdiam, lalu dia mengangguk. "Baiklah... Terima kasih." Dia menundukkan badan dengan sopan dan Noah juga melakukan itu. Pertarungan kehormatan tidak bisa menumpahkan darah.

Brak!!!

Tampak pria terminator itu terpental ke tembok, membuat tembok hancur menimpanya. Dia terpental dikarenakan Leo, memangnya siapa lagi?

Leo tampak menatap tajam. Dia menatap tangannya sendiri yang lecet, terluka, dan yang lainnya, tapi di balik itu, dia membayangkan bahwa tangannya adalah wajah Caise, membuatnya tersenyum kecil dan mengepal tangan.

Pria terminator itu mencoba bangun dari reruntuhan bata yang baru. Lalu dia mendengar Leo mendekat. "Aku tidak akan membunuhmu jika kau menyerah sekarang..." tatapnya.

Dia membuat pria itu terdiam. Dia tampak bimbang. "(Dia terlalu kuat.... Bahkan orang sepertiku yang telah dilatih banyak percobaan bunuh diri, dia bisa menandinginya dengan tubuh yang ideal.... Kenapa aku bisa kalah begini....) Aku---

Crashh!!! Mendadak kepalanya terbelah menjadi dua dan Leo terkejut melihat itu. Tapi ketika dia menoleh, sebuah belati tajam melesat, membuatnya tak sempat menghindari.

"(Sialan....)" Dia sudah tak memiliki celah untuk menghindarinya sehingga belati itu menancap ke dada kirinya.

"Ugh...." Dia terpaku dan seketika memuntahkan darah secara tiba-tiba.

Belati itu menusuk sangat dalam. "Ehkkhh...." Dia mencoba memegang pegangan belati itu, memegang erat. "Siaaalaaaann!!!" sambil berteriak menghilangkan rasa sakit mencabut itu.

Belati itu tercabut sambil terlempar ke bawah, membuatnya bernapas cepat dan tak percaya, menekan lukanya dengan tangannya sambil melihat seorang pria di depannya.

"Leo... Masih remeh seperti dulu," tatap pria itu. Lalu pria itu berjalan pergi begitu saja tanpa membuat Leo mengejarnya.

Leo terdiam tak percaya melihat pria tadi, apalagi hanya berjalan pergi.

"(Sialan...)"