Going Merry yang sedang berlayar di sekitar pantai pulau, sekarang menuju ke rumah pria yang bernama Cricket. Luffy duduk di singgasananya dalam keheningan sepanjang perjalanan, dengan ekspresi tanpa emosi di wajahnya, tetapi semua krunya bisa mengatakan bahwa Luffy sangat marah hanya dengan melihat pandangan matanya.
Hal lain yang bisa menunjukkan amarahnya adalah awan hitam yang menutupi Pulau Jaya, kilatan-kilatan acak yang menyala-nyala diikuti oleh suara petir yang sangat keras.
Zoro dan Robin telah menjelaskan apa yang terjadi ketika mereka mencari informasi di kota Jaya kepada seluruh kru. Mereka tidak terlalu terkejut dengan tindakan Luffy, namun, hal yang mengejutkan mereka semua adalah kenyataan bahwa mereka secara kebetulan bertemu dengan Blackbeard, pria yang sedang di buru oleh Ace dan juga yang menjarah pulau Chopper.
Semua kru sementara ini lebih memilih melakukan aktivitas mereka di bagian depan kapal, meninggalkan Luffy sendirian di belakang. Sedangkan untuk Luffy, dia melakukan yang terbaik untuk mencoba dan mengendalikan amarahnya.
Hal yang membuat Luffy kesal adalah kenyataan bahwa dia membiarkan Teach melarikan diri sebelum dia bisa memberinya pelajaran. Thatch adalah salah satu dari orang-orang yang merawat Luffy saat dia berada di kapal Shirohige, dia sudah merasa kesal saat diberitahu bahwa dia tidak diizinkan untuk membunuh Teach, tetapi sekarang kesempatan untuk menghajarnya sampai sekarat terlewatkan begitu saja.
"Kapten!" teriak Usopp, membuat Luffy keluar dari kesedihannya. "Kita mendekati kapal bajak laut! "Teriaknya sambil menunjuk ke depan kapal. Luffy menatap kapal yang mendekat dengan mata menyipit.
"Bukankah itu kapal monyet Salvagers yang sebelumnya?" ucap Luffy dengan nada bosan, tidak peduli tentang sekelompok bajak laut random.
"Bukan, tapi kapal itu memang agak mirip," jawab Sanji, menyebabkan Luffy menghela nafas dan bangkit dari singgasananya dan mulai berjalan ke depan kapal. Ketika dia sampai di depan kapal, dia melihat sebuah kapal yang cukup besar dengan pohon raksasa di atasnya menghalangi jalan mereka.
"Aku tidak punya waktu untuk ini, segera singkirkan mereka dari jalan kita," ucap Luffy dengan suara bosan.
"Hei, kalian!" terdengar suara seseorang berteriak dari kapal asing itu, menarik perhatian mereka. "Hentikan apa yang kalian lakukan dan perhatikan!" ucap sebuah suara dari arah kapal.
Ketika Luffy dan yang lain menatap ke arah kapal untuk melihat siapa yang berbicara, mereka melihat seorang pria besar yang terlihat seperti orangutan dengan rambut hijau panjang. "Siapa dan apa yang kalian semua lakukan di sini," ucap pria itu sambil duduk di singgasananya sendiri.
"Kau makhluk yang sangat jelek," ucap Luffy dengan suara rendah.
"Apa katamu!?" pria itu berteriak kembali kepada Luffy. "Apakah kau tidak tahu siapa aku !?" Dia bertanya.
"Tidak, aku tidak tahu, aku juga tidak peduli siapa dirimu," jawab Luffy. "Aku saat ini sedang memiliki suasana hati yang buruk, dan kau menghalangi jalanku. Jika kau tidak ingin mati, aku sarankan kau memindahkan bongkahan sampah itu menjauh dari jalanku," ucap Luffy dengan nada mengancam.
"Beraninya kau!" pria itu menggeram. Dia akan mengatakan sesuatu yang lain, tetapi sebelum dia bisa salah satu anak buahnya menarik perhatiannya.
"U-um, bos," panggil anak buahnya, yang mendapatkan perhatiannya.
"APA!?" pria besar itu berteriak pada anak buahnya.
"Dia ... dia ... sang Thunder Demon," ucap anak buah itu sambil menunjuk ke arah Luffy. "Dia ... dia ... adalah orang yang berhasil mengalahkan Crocodile dan membentuk aliansi dengan salah satu dari empat Yonkou," ucap pria itu dengan ketakutan bercampur dalam suaranya. Pria besar yang ternyata seorang kapten itu dengan cepat memutar kepalanya ke arah Luffy dan mulai berkeringat sedikit sambil menatap bajak laut yang memakai topi jerami.
"Kenapa kalian semua masih berdiri di sana!" teriak pria itu kepada anak buahnya. "Apakah kalian tidak mendengarnya! Kita menghalangi jalannya!" teriaknya, membuat semua anak buahnya memberi hormat kepada kapten mereka dan segera bergegas bersiap-siap untuk memindahkan kapal.
Kapten dari kapal itu kemudian melihat kembali ke arah Luffy dan berkata. "Kami minta maaf atas ketidaknyamanan ini," ucapnya dengan senyum lebar sambil menggaruk bagian belakang kepalanya. Luffy tidak mengatakan apa-apa, dia hanya berbalik dan berjalan kembali ke singgasananya sementara Going Merry melanjutkan berlayar melewati kelompok bajak laut itu.
"Well, itu cukup mudah," ucap Nojiko ketika mereka berlayar melewati bajak laut asing itu.
"Sepertinya membuat aliansi dengan salah satu dari empat Yonkou membuat perjalanan kita jauh lebih mudah," ucap Sanji sambil menyalakan sebatang rokok baru.
"Menurutka Luffy sendiri sudah menakutkan," tambah Chopper, membuat semua orang tertawa. The Going Merry terus berlayar di sekitar pantai utara Jaya sebelum melihat apa yang tampak istana di pinggir laut.
"Whoa! Luar biasa!" Teriak Usopp dan Chopper ketika mereka melihat istana itu.
"Dia tinggal di sana!?" Teriak / tanya Usopp dengan takjub. "Itu sebuah istana!" dia menambahkan sambil berteriak.
"Aku belum pernah melihat rumah sebesar itu sebelumnya," Nojiko memberi komentar sambil menatap rumah yang mirip istana itu. "Orang bernama Mont Blanc Cricket ini pasti sangat kaya," tambah Nojiko. Zoro mendengus ketika dia melihat rumah itu.
"Lihatlah lebih dekat," ucap Zoro dengan suara mengejek.
"Itu benar-benar tidak menarik," ucap Sanji sambil merokok. "Orang ini pasti punya nyali besar untuk membangun rumah seperti itu," tambahnya. Luffy tidak bisa tidak setuju dengan juru masaknya. Ketika kapal semakin dekat dan lebih dekat ke pantai pulau itu, penampilan sebenarnya dari rumah itu mulai menampakkan dirinya.
"Itu bukan istana," ucap Robin sambil melipat tangannya dan berjalan ke dek.
"Itu hanya tiruan, rumah yang sebenarnya hanya setengah dari ukuran itu," ucap Zoro sambil berjalan ke arah jangkar, mengambilnya dan kemudian menjatuhkannya ke dalam air.
"Orang ini bahkan lebih sombong daripada yang kukira," tambah Sanji sambil menatap rumah itu.
"Kenapa tepatnya Cricket meninggalkan rumahnya untuk tinggal di sini," Luffy bertanya pada Robin sambil berjalan ke bagian depan kapal.
"Aku tidak tahu semua detailnya, tetapi itu ada hubungannya dengan keyakinannya bahwa ada banyak emas di suatu tempat di pulau Jaya," jawab Robin sambil bersandar ke pegangan tangga.
"Emas!?" Nami dan Usopp berteriak bersamaan, sementara Luffy dan yang lainnya mengangkat alis mereka karena merasa tertarik pada cerita itu.
"Apakah menurutmu dia tinggal di sini untuk mencari harta karun yang terkubur?" Nami bertanya dengan suara bersemangat.
"Aku tidak tahu," jawab Robin sambil mengangkat bahunya. Nami yang bersemangat melompat dari kapal bersama dengan Chopper dan Usopp untuk memulai pencarian emas.
"Baiklah, mari kita lihat apakah dia ada di rumah," ucap Luffy dan langsung berteleportasi dari kapal dengan menjadi kilat. Ketika kri lain turun dari kapal, Luffy tiba di depan pintu rumah dan mengetuk beberapa kali. "Hellooo!" Luffy memanggil sambil mengetuk beberapa kali, tetapi tidak ada yang menjawab. "Kelihatannya tidak ada orang di rumah," ucap Luffy sambil meraih gagang pintu dan memutarnya. Anehnya rumah itu ternyata tidak dikunci.
"Apa yang sedang kau lakukan!?" teriak Usopp yang ketakutan. "Kau tidak boleh sembarangan membuka pintu rumah orang!" katanya pada Luffy, dimana Luffy mengabaikan ucapan Usopp dan berjalan ke dalam rumah.
Luffy menghabiskan beberapa menit di dalam rumah sebelum dia keluar lagi dan berbicara dengan krunya. "Sepertinya tidak ada orang di rumah," ucap Luffy sambil berjalan mendekati mereka. "Kita akan menunggu di sini kalau-kalau dia kembali," tambah Luffy, seluruh krunya hanya memberi jawaban dengan anggukan kepala.
"Huh?" ucap Nami karena ada sesuatu yang menarik perhatiannya. "Apa ini?" Nami bertanya sambil berjalan ke sebuah tunggul pohon dengan tiga kursi di sekitarnya dan mengambil sebuah buku. "Buku," ucap Nami sambil mengangkatnya. "Terlihat sudah sangat tua," komentarnya sambil melihat sampulnya. "Buku ini berjudul 'Nolan The Liar," ucap Nami, mendapatkan perhatian Sanji dan Luffy.
"Apakah kau mengatakan Nolan the Liar?" Sanji bertanya sambil menatap Nami.
"Benar, apakah kau pernah mendengarnya?" Nami bertanya sambil melihat sampul buku itu. "Dikatakan di sini bahwa buku ini diterbitkan di North Blue," tambah Nami.
"Yup, aku lahir di North Blue. Aku yakin aku sudah memberitahu kalian tentang itu," ucap Sanji, mengejutkan semua orang terutama Luffy dan Robin.
"Tidak kau tidak pernah, itu sebuah berita baru bagiku. Aku selalu mengira kau dilahirkan di East Blue," ucap Usopp, sementara Luffy menganggukkan kepala setuju.
"Aku tumbuh besar di sana," tambah Sanji. "Ini adalah kisah terkenal di North Blue tentang kehidupan Nolan yang konon pernah hidup di North Blue pada jaman dahulu," ucap Sanji untuk menjelaskan tentang buku itu, kemudian Nami mulai membacakannya untuk semua orang.
Sementara Nami membacakan cerita untuk semua orang, Luffy menatap Sanji dengan mata menyipit, masih memikirkan fakta bahwa kokinya berasal dari North Blue. Tepat ketika Nami selesai bercerita, sesosok manusia melompat keluar dari laut dan mendarat di pulau dalam posisi siap bertarung, menarik perhatian semua orang.
"Siapa kalian?" tanya lelaki itu sambil menatap para Straw Hat. "Kalian semua memiliki nyali besar untuk bersantai di rumah seseorang tanpa izin. Ini adalah tanahku dan aku sarankan agar kalian semua segera pergi," katanya.
"Sanji," ucap Luffy dengan nada bosan, menyebabkan juru masaknya menganggukkan kepalanya sebelum dia berjalan ke arah pria itu.
"Aku tahu kenapa kalian di sini," ucap pria itu sambil bersiap untuk melawan Sanji. "Kalian mengincar emasku," ucapnya sambil merunduk kebawah, menghindari tendangan Sanji. Pria itu segera membalas dengan pukulan yang ditujukan ke arah dada Sanji, yang memaksa sang koki untuk melompat kebelakang agar terhindar dari pukulan itu.
Pria itu kemudian bergegas maju dengan tangan kanannya di udara bersiap untuk menyerang Sanji lagi, dimana Sanji menangkisnya dengan mengangkat kakinya dan menghalangi serangan pria itu. Pria itu kemudian mengarahkan tangannya ke belakang dan menarik pistol dan membidik ke arah kepala Sanji sebelum menarik pelatuknya.
"SANJI!" Usopp, Nami, dan Chopper berteriak ketakutan.
"Tenang," terdengar suara Sanji, membuat mereka rileks. "Dia penembak yang payah," ucap Sanji sebelum dia terpaksa menghindari beberapa tembakan lain dari pria itu.
"Idiot," ucap Zoro sambil mengeluarkan salah satu pedangnya. "Jangan pernah meremehkan musuhmu," ucap Zoro memarahi Sanji, kemudian Zoro mulai berlari maju, bersiap untuk mengiris pria itu menjadi dua.
Sebelum Zoro bisa sampai di sana, pria itu mulai terhuyung-huyung, dan pistolnya jatuh dari tangannya sebelum dia pingsan dan jatuh ke tanah, membingungkan semua orang.