"Ki ... kok elu ada disini ?" tanya gue, dia malah tersenyum.
"Gue khawatir sama elu !" jawabnya sambil menarik tangan gue kepelukannya.
"Ki nanti ada orang lihat !" karena Rafki memeluk gue.
"Biar aja !" gue merenggang dan menatap wajahnya dan tersenyum.
"Anterin gue ya, gue mabok !" ujar gue, dia malah tertewa. Dan mengangguk. Untungnya Rafki tidak bawa mobil.
Di perjalanan gue ceritain semuanya tentang pembicaraan dengan bang Faisal. Rafki hanya diam tapi sesekali mengangguk atau tersenyum.
"Lo berani juga ya ! tapi sungguh itu sesuatu yang baik ! terus terang gue engga berani !" jawab Rafki.
"Abang lo menyimpan sesuatu Ki !" ujar gue. "Gue rasa dia terjebak dalam masa lalunya !". Rafki menatap gue dengan tertegun.
"Maksud lo apa ?" tanyanya.
"Maksud gue, disatu sisi dia benci dan marah ! tapi gue merasa dia bertemu seseorang yang nyaman dan kembali melakukan kesalahan ! akhirnya membenci kembali !" jawab gue.
"Jadi abang gue gay juga ?" Rafki terkejut. Gue menghela nafas.
"Mungkin ! sehingga dia dilemma dengan pertunangannya dengan mba Sarah ! mudah-mudahan gue salah !" jawab gue.
Akhirnya gue di antar ke apartemen, Rafki tidur di tempat gue. Dan itu tidak terjadi apa-apa karena gue langsung tertidur. Paginya gue bangun dan melirik ke arah Rafki yang masih tertidur, gue merasa beruntung bertemu dengannya. Gue sentuh wajahnya, yang semakin mirip abangnya.
Gue bangun dan menuju kamar mandi untuk cuci muka dan berkumur. Setelah itu kembali ke tempat tidur karena ini hari minggu. Kemudian ku kecup bibir Rafki dia menggeliat dan membuka mata.
"Pagi !" bisik gue. Dia bangun dan turun dari tempat tidur, gue melihat ada yang mengeras di balik celananya.
"Jam berapa sekarang !" tanyanya sambil mengeliat tubuhnya.
"Baru jam setengah tujuh !" gue menunjuk jam dinding yang menempel.
Kemudian dia menuju kamar mandi dan tak lama kembali ke tempat tidur dengan menindih tubuh gue, gue hanya tersenyum. Dan dilumatnya bibir gue dengan lembut, gue pun membalasnya. Kami pun berciuman.
Dia melepas ciuman kemudian membalik tubuh sehingga saling berhadapan. Kita bertatapan dan kembali berciuman. Ketika sedang asyiknya hp gue berdering.
"Ada aja pengganggunya !" ujar gue, Rafki hanya tertawa. Kemudian ku ambil hp ternyata dari abang gue.
"Dari siapa ?" tanyanya.
"Abang, dia mau kesini ! mungkin pengen tahu pembicaraan gue dengan abang lo !" jawab gue dan menyimpan hp. Kembali ku peluk Rafki dan mencium bibirnya.
"Kan ada abang lo !" ujarnya setelah gue melepas ciumannya,
"Emang kenapa ?" sambil menatap Rafki, dia menarik tubuh gue semakin merapat.
"Engga apa-apa sih ! sedikit bersenang-senang kan tidak apa-apa !" kita pun berdua tertawa. Dan kembali berciuman.
---------------
Siangnya abang Juna pun datang ke apartemen, dan Rafki belum pulang. Akhirnya mereka pun berkenalan, Setelah itu gue menceritakan tentang pertemuan gue dan bang Faisal.
"Ya udah lo cukup aja sampai disini sisanya biar gue aja !" ujar abang gue, dan kita pun hanya mengangguk saja. setelah itu dia pulang, tak lama Rafki pun juga balik gue akan anterin dia menolak.
Beberapa waktu kemudian liburan kenaikan tingkat pun dimulai, kebetulan kerjaan gue sebagai OB selama 2 tahun ini selesai. Jadi gue bebas kembali untuk beraktifitas seperti biasa. Walau sedih juga sih meninggalkan teman-teman sekerjaan. Dengan alasan balik kampung untuk membantu ortu, gue pamitan.
Liburan harusnya bergembira bersama pacar harus di tunda karena Rafli harus latihan lagi karena terpilih masuk pelatnas judo setelah kemenangan tempo hari. Sementara abangnya tanpa diduga mengundurkan diri. Menurut info dari bang Juna hubungannya dengan mba Sarah kandas di tengah jalan. Ya sudah itu keputusan dia dan itu bukan tanggung jawab gue.
Sudah dua minggu gue tinggal di apartemen sendiri, sesekali sih ke tempat abang tapi dia sibuk banget kadang ke luar kota atau ke luar negeri. biasanya gue minta oleh-oleh.
"Kenapa lo engga ke Surabaya aja !" kata abang gue, bener juga sih. Apalagi seminggu lagi tahun baru, gue dan Rafki belum punya rencana mau kemana karena kesibukannya. Dia meminta maaf, gue katakan tidak apa-apa.
Akhirnya gue pergi ke Surabaya sendiri, ini kepulangan gue setelah 2 tahun ini engga pernah pulang ke Surabaya. Selain kuliah juga pekerjaan gue sebagai OB. Gue pun duduk di kursi pesawat dekat jendela. Tak lama seseorang duduk di sebelah gue dan secara mengejutkan itu bang Faisal. Dia pun sama terkejutnya.
"Hallo bang apa kabar !" gue pun menyapa dia dengan sopan.
"Baik, lo mau kemana ?" tanyanya.
"Ya ke Surabaya ! ke rumah !" jawab gue. Dia menatap gue heran.
"Bukannya tingga di Jakarta ?" tanyanya.
"Dulu iya bang, 5 tahun lalu kita semua pindah ! setelah kakek meninggal ! sekarang bokap sama abang mengurus perusahaan Kakek !" jelas gue.
"Oh sekarang sudah jadi orang kaya !" sindirnya, gue hanya tersenyum.
"Ya begitulah bang, bokap sama kakek punya masalah dulu ! dan ternyata baru tahu kalau kakek pengusaha kaya !" jawab gue.
"Nah abang sediri ke Surabaya ngapain ?" tanya gue. obrolan berhenti sejenak karena pesawat akan tinggal landas, yang mengejutkan bang Faisal memegang erat tangan gue seperti takut terbang,
Setelah di atas, tangan bang Faisal masih memegang gue, matanya terpejam. Nafasnya agak naik turun, gue pun menyentuh tangannya. Dia pun membuka matanya dan kemudian menarik tangannya, mukanya memerah. Seorang pramugari datang untuk memeriksa setelah itu pergi.
"Abang takut terbang ?" tanya gue penasaran. Dia terdiam kemudian mengangguk.
"Gue ada urusan bisnis ke Surabaya !" akhirnya dia berbicara.
"Oh !" jawab gue. Kembali pramugari datang, dia menawari minuman, bang Faisal memilih air mineral begitupun gue.
Setelah itu gue dan bang Faisal mengobrol kesana kemari seakan sekat di antara kami terputus. Dia seakan tidak perduli atau lupa kalau gue gay.
"Abang putus dengan mba Sarah ?" tanya gue dia mengangguk, sambil makan cemilan yang diberikan pramugari.
"Kenapa ? maaf bang itu urusan pribadi !" tanya gue lagi, dia menghela nafas.
"Karena gue tidak mau menyakiti dia nantinya ! biarlah untuk sementara gue sendiri dulu !" jawabnya.
"Lalu kenapa abang mengundurkan diri dari Judo ?" tanya gue lagi.
"Lo tuh banyak nanya persis abang lo ! dapet berita dari Rafki ya ?" tanyanya kepada gue. Gue mengangguk. Gue hanya tersenyum.
"Gue rasa sudah cukup, sekarang udah ada gantinya Rafki ! betul kata abang lo, sampai kapan gue terus bertanding umur gue udah tua bukan lagi seperti dulu !" jawab bang Faisal.
"Abang masih muda kok ! baru 27 tahun kan ?" ujar gue. Dia mengangguk.
"Nah abang lo juga belum menikah kenapa ?" tanya dia.
"Ya tanya aja ke dia !" jawab gue. Dia tertawa.
"Dasar kamu !" sambil mengacak rambut gue, seperti anak kecil. Dia terdiam.
"Sorry !" ujarnya " Engga apa-apa bang ! jadi abang setuju gue sama Rafki ?" tanya gue. Dia kembali menghela nafas.
"Gue udah ngomong sama Rafki ! oke dia udah besar, dia bisa memilih jalannya sendiri !" jawabnya. "Terima kasih, bang !" dia tersenyum.
Akhirnya kita turun dan berpisah, setelah itu gue menikmati liburan di Surabaya, tidak banyak gue lakukan akhirnya tahun baru semakin dekat, kembali gue dan Rafki tidak bisa bersama karena dia harus menemani ortunya ke Singapura. Sedangkan ortu gue ke Bali tapi gue males pergi. Sedang abang gue pergi bersama temannya entah kemana.
Tiba-tiba hp gue berbunyi, ternyata dari bang Faisal. Awalnya dia nanyain abang, ternyata dia pergi ke Jogyakarta, setelah itu dia menanyakan gue mau kemana tahun baruan, tapi gue bilang engga ada rencana. Tanpa di duga gue di ajak ke Lombok untuk menemaninya, gue terdiam akhirnya setuju. Karena gratis tidak perlu ke luar uang.
Dan inilah gue dan bang Faisal sedang ada di pesawat menuju pulau Lombok, tangan gue masih dipegang erat olehnya walau sudah di atas.
"Bang ... !" bisik gue, dia terkejut dan menarik tangannya. Mukanya memerah dan itu termasuk diri gue juga ..
Bersambung ....