Meskipun Selain Narrentines dan Dvarzwerg, masih ada lagi satu wilayah kerajaan yang bisa dibilang selama ini netral dan belakangan ini mereka tiba-tiba ingin menjalin hubungan dengan kekaisaran yaitu kerajaan Cillicia.
Ya, kerajaan itulah yang berusaha menjalin hubungan dengan kekaisaran Aritophia dan ayah Julius pun setuju dan dia akhirnya pertunangan Claire dan pangeran Cerences dari kerajaan itu pun terjadi.
Tetapi anehnya saat hari mendekati pertunangan, pangeran Cerences sama sekali tidak datang. Setelah itu utusan dari kerajaan Cillicia datang dan mengatakan kalau pangeran tengah sakit sehingga pertunangannya ditunda untuk sementara.
"Claire…tentang rencana tunanganmu itu…"
Raut wajah Claire sedikit bereaksi mendengar itu.
"Apa ada yang aneh dengan itu kak?"
"Aku hanya ingin bertanya apakah kamu tahu sesuatu tentang pangeran Cerences?"
Claire menggelengkan kepalanya.
"Tidak. Satu-satunya yang kutahu hanyalah dia sedang sakit."
Julius sendiri tahu sebenarnya Claire menentang pertunangan dirinya karena dia sedikit berbeda dengan putri pada umumnya.
Walau penampilannya biasanya sangat anggun, tetapi setiap ada orang yang mau meminangnya dia selalu mengajak orang itu bertarung dan mengalahkannya.
Julius pun menghela napasnya.
Melihat kakaknya yang sedang kesusahan, Claire pun menuangkan secangkir teh untuknya.
"Ini teh Jasmin untuk membuat kak Julius relaks."
Julius pun teringat walau adiknya itu setara dengan sepuluh kesatria, tetapi adiknya tetaplah seorang putri.
"Hmmm…ada apa?"
"Tidak, aku hanya teringat ternyata kamu itu masih seorang putri."
"Mum…apakah aku biasanya tidak terlihat seperti itu?"
Walau seperti itu, Julius masih menganggap Claire sebagai adik kecilnya yang imut. Sayangnya mereka sebagai keluarga Royal tidak bisa memilih pasangan hidup mereka sendiri. Itu tidak berlaku kepada mereka saja, tetapi semua keluarga bangsawan maupun kerajaan akan seperti itu.
Tiba-tiba terdengar suara seorang pria yang ingin memaksa masuk.
"Biarkan aku masuk, aku membawa berita penting untuk Pangeran Julius!"
Prajurit itu dihalangi oleh prajurit yang menjaga di pintu tenda.
"Orang yang tidak bersangkutan tidak boleh memasuki tenda!"
"Tetapi berita ini penting, ini tentang keadaan di benteng Edford!"
Segera setelah mendengar itu, Julius pun langsung berkata, "Biarkan dia masuk."
"Dimengerti!" dengan tegas para prajurit itu menjawab dan akhirnya membiarkan pria itu masuk.
Pria itu pun akhirnya masuk dengan tergesa-gesa dia mengeluarkan alat komunikasi dari tas kulitnya dan membawanya ke hadapan Julius.
"Pangeran Julius, ini adalah rekaman dari laporan pengawas kita!"
"Lapor, pasukan Iblis telah bergerak ke benteng Edford! Jumlah mereka sekitar 20.000 lebih! Kuulangi! Pasukan Iblis bergerak ke benteng Edford!"
Betapa terkejutnya Julius mendengar berita itu. Dia sendiri sama sekali tidak menduga kalau para Iblis tiba-tiba muncul entah darimana dan dia tambah frustasi karena dia tahu siapa yang mungkin ada di balik ini semua.
Julius mengepalkan tangannya dengan erat dan dia memukul meja dengan keras.
"Duke Euthoria! Si bajingan itu mengkhianati kita!"
Melihat kakaknya yang sangat marah itu, Claire mencoba untuk menenangkannya. Dia tahu betapa frustasinya Julius akan ini tetapi dia tetap tidak boleh kehilangan kesabarannya dan berakhir membuat keputusan yang buruk.
"Tenangkan dirimu kak Julius! Setidaknya kita sudah mendapat informasi ini sebelum para Demon berhasil menguasai Benteng Edford jadi kita masih punya waktu."
Julius menenangkan dirinya.
"Baiklah kalau begitu panggil semua Jenderal yang ada disini, kita akan adakan rapat dengan segera!"
Setelah beberapa waktu para Jenderal pun masuk dan duduk di kursinya masing-masing. Mereka tiga Jenderal yang berkumpul disana sekarang adalah para Jenderal pasukan Imperial yang berada di bawah Kaisar.
Pasukan Kekaisaran Aritophia sendiri terbagi menjadi pasukan Imperial dan pasukan Kerajaan. Pasukan Imperial adalah mereka yang melayani kekaisaran Aritophia langsung dan tidak berada di bawah komando Bangsawan atau Raja yang berada di bawah kekuasaan kekaisaran.
Tentu setiap Raja dan Bangsawan yang mempunyai wilayah besar akan memiliki pasukan mereka sendiri untuk keamanan wilayah yang dikuasainya termasuk ayah Julius yaitu Raja Edwin dan mereka tiga Jenderal yang ada disinilah yang memimpin pasukan Imperial.
Dia jenderal yang duduk di sebelah kanan Julius adalah seorang Jenderal yang memiliki prestasi yang sangat gemilang sehingga dirinya diangkat oleh sang Kaisar sendiri menjadi jenderal saat dia masih muda. Dialah Jenderal Lewis Edgard.
Di sebelah kiri Julius, dia adalah Jenderal yang paling muda dari mereka yang dikenal sebagai Jenderal yang sangat jenius dalam taktik dan strategi perang yaitu sang Jenderal Robert Vanarerie. Dan dia sang Jenderal yang duduk tepat menghadap Julius, dia adalah Jenderal yang juga merupakan mantan sepuluh kesatria yang pertama yang telah menemani sang Kaisar dalam penaklukkannya. Dialah sang tangan kiri Kaisar dan juga Panglima kekaisaran yang memimpin seluruh kekuatan militer pasukan Imperial, Jenderal Besar Abraham.
Ini memang bukan pertama kalinya Julius bertemu dengan Abraham, tetapi dia tetap tidak terbiasa berhadapan dengannya.
Mereka bertiga adalah Jenderal-jenderal yang berasal dari kalangan rakyat jelata, bukan dari kalangan bangsawan.
Bisa dibilang di dalam pejabat pemerintahan di Kekaisaran sendiri, banyak posisi penting yang diisi oleh orang yang bukan berasal dari kalangan bangsawan.
Ini adalah usul dari Abraham sendiri untuk membatasi kekuatan para bangsawan dalam pemerintahan terutama sekarang Kaisar tengah sakit-sakitan dan juga pewarisnya yang sah, sang Pangeran Xavier juga belum kembali kesana sehingga ancaman adanya coup dari Bangsawan akan sangat besar jika mereka tidak dibatasi.
"Ehem! Pertama-tama aku berterima kasih karena sudah memenuhi panggilanku para Jenderal sekalian."
"Tidak perlu basa-basi, kami tahu kalau kau memanggil kami bertiga pasti ada hal genting yang terjadi Jadi langsung saja, ada urusan apa kau memanggil kami?" tanya Jenderal Lewis.
Juius pun berdiri dan mulai menjelaskan.
"Tadi aku mendapatkan laporan dari salah satu mata-mataku tentang situasi genting."
Julius pun menunjuk ke arah benteng Edford.
"Disini, dia melaporkan kalau pasukan Iblis berjumlah 20.000 bergerak menuju benteng Edford dan kemungkinan mereka datang untuk menguasai benteng itu."
Benteng Edford, sebuah benteng yang terletak tepat di atas bukit bebatuan yang tinggi yang berada tepat di sebelah jalur utama diantara kota Reignez dan Iana.
Bagi kekaisaran, benteng ini adalah benteng yang cukup penting untuk mengamankan jalur antar kota terutama karena daerah itu juga banyak terdapat monster, hewan-hewan berbahaya, bahkan bandit.
Tentu benteng itu tidak sebesar dan sepenting benteng ElGuard tetapi di perang ini peran benteng itu sangatlah penting untuk mengamankan suplai makanan, baik persenjataan dan yang lainnya dari kota Reignez.
Tentu para jenderal sudah paham akan itu dan paham akan konsekuensi kalau jika benteng itu jatuh ke tangan pasukan Iblis tetapi mereka bertiga tetap bersikap tenang.
Pada saat itu Julius sadar kalau dirinya masih sangat kurang jika dibandingkan dengan para Jenderal itu.
"Jadi begitu, lalu dari mana asal Iblis itu berasal?" tanya Jenderal Lewis. Lalu setelah itu dia pun menambahkan " Tidak mungkin kalau mereka menyeberang lautan lalu tiba-tiba muncul tanpa ada yang sadar."
"Soal itu, aku juga tidak tahu jawaban pastinya. Tetapi apakah mungkin kalau mereka datang melalui jalur ini?"
Julius menggambar sebuah jalur di peta.
Memang yang Julius gambar itu merupakan Jalur yang merupakan titik buta dari kekaisaran sendiri karena disana tidak terdapat kota atau bahkan menara pengawas yang mengawasi disana jadi tidak aneh jika pasukan Iblis memilih tempat itu sebagai jalur untuk menyandar.
"Memang masuk akal, tetapi walaupun begitu jika mereka berhasil memberangkatkan 20.000 pasukan Iblis maka mereka akan butuh armada kapal yang sangat besar. Aku perkirakan sekitar 40 kapal dan tidak mungkin kapal sebanyak itu akan lepas dari pengawasan armada kapal angkatan laut kita."
Pada saat itu, Abraham pun mulai berbicara.
"Duke Euthoria…si pengkhianat itu. Kemungkinan dia menggunakan sihir teleportasi untuk memindahkan para Demon itu."
"Tuan Abraham, tetapi bukankah itu mustahil?" Sanggah Robert.
Sihir Teleportasi memang ada di dunia ini, tetapi sihir itu memerlukan energi sihir yang sangat besar. Bahkan hanya untuk menteleport sepuluh orang saja akan membutuhkan jumlah energi sihir setara dengan seorang ahli sihir tingkat atas.
"Ya, walau jika dia mengorbankan seluruh pasukannya sekalipun mereka tidak akan cukup." Tambah Julius.
Dari mereka semua, hanya Lewis lah yang menganggap omongan dari Abraham ini dengan serius.
"Tenang dan biarkan Tuan Abraham berbicara. Mengenal dia adalah Tuan Abraham, dia tidak mungkin berbicara sesuatu tanpa alasan yang mendukung."
Abraham mulai melanjutkan pembicaraannya.
"Sebenarnya aku mendengar sebuah informasi yang tidak mengenakkan di telingaku. Sesuatu yang membuatku merasakan jijik hanya dengan mendengarnya saja."
"Apakah informasi itu berhubungan dengan hal tadi?" tanya Julius.
"Apa dari kalian bertiga, ada yang tidak asing dengan istilah Homunculus?"
Baik Robert maupun Lewis, mereka berdua terkejut Abraham mengatakan kata itu.
Julius sendiri juga secara garis besar sudah mengerti apa itu Homunculus karena di sebuah Manuskrip Literatur kuno yang pernah Julius baca, dia pernah membaca tentang itu.
"Homunculus…manusia buatan ya?"
"Ya. Aku mendengar dari informanku kalau selama beberapa tahun belakangan ini Duke Euthoria sedang meneliti sesuatu yang berhubungan dengan Alkimia dan juga Homunculus."
Alkimia sendiri juga adalah sebuah seni yang sebenarnya sudah terkubur dan sudah punah dari semenjak peradaban kuno. Bahkan Julius yakin kalau Manuskrip yang ia temukan itu saja adalah milik seseorang yang meneliti tentang Alkimia di peradaban dulu.
Julius sendiri tidak bisa memperkirakan kapan peradaban kuno yang terakhir menggunakan seni alkimia itu ada. Kemungkinan peradaban itu sudah hilang lebih dari 10.000 tahun yang lalu.
"Jadi apa menurut anda Duke Euthoria menggunakan Homunculus untuk menteleportasi pasukan Iblis itu?" tanya Julius.
Abraham mengangguk.
"Tetapi jika Duke Euthoria memiliki senjata rahasia seperti itu, bukannya itu sangat berbahaya?" Robert bertanya. Dia pun melanjutkan "Untuk menteleportasi 20.000 pasukan langsung itu aku yakin seorang Archangel pun tidak akan sanggup!"
Abraham tahu kekhawatiran Albert tentang keberadaan Homunculus, tetapi dia berpikir sebaliknya.
Memang Homunculus yang dia bicarakan disini sendiri terdengar sangat luar biasa karena kapasitas Energi Sihir yang dimilikinya sudah melampaui apapun yang bereka bayangkan, tetapi kenyataannya tidak seperti itu.
"Mereka hanyalah segerombolan manusia buatan dengan kapasitas sihir yang besar saja! Hanya memiliki kapasitas sihir besar bukan berarti mereka bisa menggunakan sihir tingkat ahli atau sihir luar biasa seperti Aegis atau Gaia."
Apa yang dikatakan Abraham memang benar. Walau suatu individu memiliki kapasitas sihir sepuluh kali lipat penyihir tingkat tinggi sekalipun, jika mereka tidak mempunyai pengalaman, skill, dan pengetahuan, yang menyamai penyihir tingkat tinggi itu maka akan percuma karena seperti itulah pertarungan yang sesungguhnya.
Untuk menguasai sihir tingkat ahli pun juga memerlukan waktu yang tidak singkat. Bahkan orang paling berbakat sekalipun akan memerlukan latihan selama bertahun-tahun untuk benar-benar menguasai sihir.
"Karena itu tidak perlu paranoid dengan Homunculus itu sendiri."
Tiba-tiba ekspresi wajah Abraham menjadi serius.
"Tetapi beda masalahnya jika dia menggunakan para Homunculus itu untuk menjadi 'bahan bakar' untuk sesuatu yang lain."
Seketika Julius dan para Jenderal yang lain pun langsung menyadari apa yang dimaksud oleh Abraham.
"Jangan-jangan?!"
Raut wajah Julius beserta dua Jenderal yang lainnya langsung berubah saat mereka menyadari bahwa situasi ini jauh lebih buruk daripada yang terlihat sebelumnya.
"Sial! Aku sama sekali tidak memperhitungkannya" gerutu Robert.
Julius sendiri menyadari kalau selama ini dia masih terlalu naif jika dibandingkan dengan Abraham. Dia terlalu fokus dengan situasi yang terlihat sampai-sampai dia melupakan sesuatu yang ada di baliknya.
"Jadi menurut anda apa yang Duke Euthoria mempunyai sebuah kartu rahasia di tangannya?"
Abraham hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan Lewis. Lalu setelah itu dia pun mulai membuka mulutnya dan mengatakan, "Brahmastra…apa kalian pernah mendengar tentang itu?"
Dari kedua Jenderal dan Julius, tidak ada yang pernah mendengar nama itu sama sekali.
Tidak ada yang aneh jika dari mereka bertiga, tidak ada yang tahu tentang itu karena keberadaannya sendiri bisa dibilang sangat disembunyikan dan bahkan dijaga oleh salah satu makhluk terkuat di dunia ini.
"Brahmastra, itu adalah salah satu Ancient Weapon pemusnah massal yang dikatakan mampu membuat seluruh benua menjadi debu. Kekuatannya sama seperti merapalkan seribu sihir luar biasa Armageddon secara bersamaan dan untuk menggunakannya diperlukan energi sihir yang sangat luar biasa besar."
Julius pun langsung termegap mendengar tentang Brahmastra.
"A-ancient Weapon? Bagaimana bisa?"
Jenderal lain juga tidak kalah terkejut dengan itu.
"Bukankah ini situasi yang sangat genting? Bagaimana jika dia benar-benar menggunakan Ancient Weapon itu?" Tanya Lewis.
Robert pun menambahkan "Ya! Apakah tidak ada cara untuk mencegah kerusakan dari senjata itu?"
Abraham menggelengkan kepalanya dan setelah itu dia pun berkata, "Sejauh yang aku tahu, senjata itu benar-benar akan membuat apa yang disentuhnya menjadi abu. Aku rasa walau Aegis pun tidak akan bisa menangkal senjata itu. Tetapi aku yakin kalau pun Duke Euthoria memiliki Brahmastra, kemungkinan itu hanya sebagian kecil saja."
Julius pun langsung berdiri dan dengan tergesa-gesa dia berkata "A-apakah itu benar?"
Abraham tahu tentang Brahmastra setelah dia menjelajahi sebuah reruntuhan kuno peninggalan peradaban masa lalu. Di dalam manuskrip yang tertulis dalam huruf-huruf kuno tersebut dijelaskan Brahmastra sendiri adalah sebuah Ancient Weapon yang di masa lalu dikatakan telah hancur berkeping-keping setelah digunakan di dalam perang kuno jauh di masa lalu.
Sebuah senjata kuno yang sudah pernah menghancurkan dunia sekali. Itulah yang dia ketahui tentang Brahmastra.
"Aku yakin tentang itu karena aku tahu siapa pemilik senjata itu sekarang dan aku yakin kalau dia tidak akan pernah menyerahkan senjata itu ke siapapun dan aku ragu kalau akan ada orang yang bisa merebut itu darinya. Tetapi memang senjata itu masih belum seratus persen komplet jadi tidak aneh jika ada satu orang yang memiliki pecahan terakhirnya. Meskipun aku ragu kalau Euthoria mendapatkan itu sendiri."
"Tuan Abraham, anda terlihat sangat percaya dengan orang itu."
Abraham pun tersenyum lebar menampakkan gigi putihnya.
Bagi Abraham, untuk merebut senjata itu dari tangan pemiliknya yang sekarang adalah hal yang hampir mustahil untuk dilakukan bahkan jika seluruh raja Iblis bergabung sekalipun.
"Karena dia adalah salah satu makhluk terkuat yang pernah aku temui. Dia adalah Garuda!"
Nama Garuda memang jarang diketahui oleh Umum, tapi untuk sekelas para jenderal, mereka semua sudah tahu tentang Garuda tetapi tetap banyak hal tentang dia yang masih menjadi misteri.
"Garuda?! maksud anda Garuda yang itu?"
Bagi Abraham sendiri Garuda adalah sosok yang besar, dia adalah sosok yang mampu membuat dirinya mundur.
Ya, dia masih ingat saat dia bertemu dengan Garuda, saat itu Alexander masih gencar-gencarnya memperluas wilayah kekaisaran. Pada saat itu mereka ingin menginvasi kerajaan Narrentines dan Abraham dan pada saat itulah dia muncul.
Dia sang Garuda dengan gagah muncul di depan Abraham dan pasukannya. Pada saat itu Abraham pertama kali melihat Brahmastra. Pada saat itulah tanpa pikir panjang dia langsung menyuruh pasukannya untuk mundur.
"Tetapi tetap, walau hanya pecahan kecil saja sudah cukup untuk memusnahkan satu kota. Dan jika dia menembakkan Brahmastra ke ibukota kekaisaran…"
"Itu akan menjadi situasi yang sangat-sangat buruk…ya?" ucap Julius.
Situasi ini jauh lebih buruk dari yang Julius perkirakan
Pada saat ini satu-satunya orang yang bisa bergerak hanyalah Julius seorang.
Baik Jenderal Abraham. Robert, maupun Lewis, mereka semua harus berada disini untuk mengorganisir pasukan Imperial yang berjumlah sangat banyak. Untuk pasukannya sendiri, Julius bisa menyerahkan itu kepada adiknya, Claire.
Walau Claire sendiri masih kurang berpengalaman, tetapi dia adalah gadis yang cerdas jadi Julius percaya kalau adiknya bisa mengatasi pasukannya selama dia tidak ada.
Julius pun kembali berdiri tegak.
"Kalau begitu aku akan menghentikan Duke Euthoria! Aku yakin kalau sosok para Jenderal sangat dibutuhkan disini jadi tugas ini cocok untuk anggota sepuluh kesatria sepertiku."
Dari para Jenderal, tidak ada yang keberatan sama sekali.
"Baiklah kalau begitu."
Abraham berdiri dan dia memegang kedua pundak Julius dan dia pun berkata, "Julius, aku berharap banyak kepadamu! Tendang bokong Euthoria dan jebloskan dia ke penjara terdalam di kekaisaran!"
"Terimakasih, tuan Abraham. Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi ekspektasimu!"
Julius pun akhirnya berpamitan dengan Claire dan dia menunggangi kudanya bersama beberapa bawahan yang dia percaya menuju ke kota Eria, wilayah kekuasaan Duke Euthoria.
Pada saat Julius berangkat menaiki kudanya, disana ada Halt yang melihat Julius tergesa-gesa.
"Julius…apakah ada sesuatu yang terjadi?"
Whiss datang mendekati Halt.
"Halt-cchi, ada apa?"
"Aku melihat Julius yang tergesa-gesa menuju ke suatu tempat. Sepertinya sesuatu tengah terjadi disini…"
Halt tidak tau kenapa tetapi insting dia seperti merasakan sesuatu yang sangat berbahaya akan terjadi. Dia pun akhirnya memutuskan untuk mengikuti Julius.
"Whiss, aku menyerahkan misi ini kepadamu, aku akan berlari mengikuti Julius!"
"E~h ada apa tiba-tiba?"
"Aku tidak ada waktu untuk berdebat. Kalau begitu aku duluan!"
Halt dengan cepat berlari mengikuti Julius.
Beruntung bagi Beast semacam Halt, dia mempunyai Night Vision jadi walau malam pun dia bisa mengikuti Julius dengan mudah tanpa diketahui.