webnovel

The Tales of Lixe

Pada suatu hari, ketiga dunia yang seharusnya terpisah bersatu. Dunia itu adalah Iume, Lapha, dan Veden. Masing-masing dunia mempunyai ras-ras yang menghuninya. Kejadian itu membuat seluruh dunia terkejut, tetapi di tengah itu tiba-tiba ras-ras dari Lapha menyerang dan mengakibatkan perang besar pertama. 20 tahun kemudian Edward, seorang pemuda yatim piatu yang mempunyai sebuah tujuan besar yaitu untuk membuat perdamaian di seluruh dunia. Edward adalah pemuda yang tidak mempedulikan ras karena dia menganggap seluruh ras itu sama. Tetapi tujuan itu sangatlah jauh dari jangkauannya yang sekarang, tetapi apakah ini sebuah keberuntungan atau kesialan, dia mengalami kejadian yang merubah hidupnya dan itu membuatnya semakin dekat dengan tujuannya itu. Inilah kisah dari dari dia yang telah menjadi legenda di masa lalu, maupun masa depan. Sebuah kisah legenda yang telah terlupakan tentang dia yang agung.

OlphisLunalia · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
105 Chs

Deus Machina: Thy Fallen One part 2-1

Pada saat itu dia melihat...

Ketika matahari bersinar terang, Lilia melihat sebuah desa kecil yang indah dan penuh dengan kehangatan. Sebuah desa yang damai dan orang-orang disana sangat murah senyum.

Lilia tidak tau dimana dia berada, tetapi dia entah kenapa merasa sangat nyaman dengan suasana yang ada disana.

Pada saat itu dia melihat seorang anak laki-laki yang tengah berlari bahagia berlari melewatinya, seorang anak laki-laki yang mempunyai rambut putih bersil layaknya salju.

Lilia pun mengikuti ke arah dimana anak kecil itu menuju ke sebuah rumah yang sederhana yang terletak di pinggiran desa.

Anak itu pun berlari menuju ke sepasang lelaki dan perempuan yang menyambut anak itu dengan senyuman.

"Perasaan ini...perasaan bahagia ini...kehangatan ini..."

Anak itu dengan bahagianya memeluk sang wanita dan setelah itu mereka pun bersenda gurau.

Seorang anak yang masih sangat polos itu adalah anak yang penuh dengan impian dan harapan, dia juga adalah anak yang penuh dengan semangat.

Lilia yang mendengarkan semua dari kejauhan hanya bisa tersenyum merasakan kebahagiaan anak itu.

Pada saat itu anak itu berkata dengan lantangnya tentang mimpinya.

"Aku ingin menjadi seorang pahlawan! Aku ingin menjadi kuat dan melindungi semuanya!"

Sepasang laki-laki dan perempuan itu tersenyum mendengarnya. Sang laki-laki pun mengusap rambut anak itu dan tersenyum menyemangatinya, sedangkan sang wanita setelah itu memeluknya dan kemudian memberinya sebuah syal.

Sang wanita pun memakaikan syal itu dan dia berkata, "Ingatlah anakku, jika kamu pernah merasa kesepian, lihatlah syal ini dan ingatlah bahwa kami...

Kami akan selalu bersamamu..."

Pada saat itu tiba-tiba dunia terlihat seolah-olah terkena glitch, itu membuat Lily bingung.

"Apa ini?"

Sepasang lelaki dan perempuan yang ada di depan anak itu tiba-tiba layaknya terkena glitch dan mereka berdua menghilang meninggalkan anak itu sendirian.

Dunia yang damai nan hangat itu pun dengan sekejap berubah, semua perasaan hangat dan bahagia itu hilang dengan sekejap diganti dengan perasaan keputusasaan, kesedihan, kemarahan, semuanya bercampur menjadi satu kesatuan.

Pemandangan dari desa yang indah itu menghilang tergantikan oleh sebuah dataran tandus yang luas dan tepat di depan anak laki-laki itu tiba-tiba muncul sebuah pohon suci raksasa.

Ketika matahari tertutupi oleh sang rembulan menciptakan sebuah gerhana cincin yang cantik. Sayang itu bukanlah di suatu suasana yang indah.

"Sepertinya akulah yang bodoh disini...

Aku adalah orang bodoh yang yang tidak tahu diri."

Suara itu, itu adalah suara dari anak laki-laki itu..

"Ed..."

Lily pun mulai berjalan mendekati anak laki-laki yang terdiam.

Meskipun dia tidak tahu apa yang terjadi, tetapi dia seperti biasa akan ada di sisi Edward kapanpun Edward membutuhkannya.

"Aku terlalu nyaman berada di lingkaran itu sampai-sampai aku lupa tentang semuanya."

"Ed," Suara Lily memanggil Edward.

Tiba-tiba tanah berguncang hebat membuat Lily kehilangan keseimbangannya. Tanah bebatuan disana pun mulai retak dan seolah-olah runtuh.

"Aku yang bodoh yang mengharapkan bisa mendapatkan apa yang orang lain biasa dapatkan. Dari awal aku tidak seharusnya bersama dengan mereka, aku tidak seharusnya percaya dengan semua kehangatan yang mereka tunjukkan jika semuanya hanya akan berakhir seperti ini."

Lily dengan cepat pun berlari berusaha menggapai Edward.

Semakin dia mendekati Edward, semakin terasa ada sesuatu yang berusaha mencegahnya seolah-olah berusaha menolak kehadiran sang Lilia.

"Aku sudah seharusnya dari awal sendirian, aku sudah seharusnya menolak kehangatan itu."

Meskipun seperti itu, tetapi Lily tidak peduli dan ia terus berlari dan berlari mendekati Edward dan Lily pun berhasil memegang tangannya dengan susah payah.

"Ed, Sadarlah!"

Edward sama sekali tidak menanggapi Lily.

"ED!"

Dengan perlahan Edward berbalik dan menoleh ke arah Lily.

Pada saat itu Lily melihat wajah Edward yang sama sekali tidak nampak dan pada saat itu...

"Who...art...thee..."

Pohon suci bersinar dan menghempaskan Lily dari Edward beserta syal berharga miliknya.

Pada saat itu tanah bebatuan runtuh seketika kecuali tanah yang menjadi pijakan pohon raksasa yang bercahaya itu.

Suasana tiba-tiba berubah dengan sekejap, pohon suci mengeluarkan cahaya yang mengelilingi Edward. Dari tubuhnya dia mengeluarkan cahaya yang telah menyelimuti, melihat wujudnya yang sudah tak nampak seperti Edward lagi.

Terdengarlah di teliga Lily suara-suara yang Lily sendiri sama sekali tidak tahu apa itu. Suara-suara aneh nan indah yang menggema di telinganya seolah suara itu menceritakan keagungan.

Mendengar suara itu, di dalam hati Lily dia merasakan seperti sesuatu yang menenangkan tetapi juga menakutkan.

Lalu setelah itu disana terlihat sosok dengan ukuran raksasa dengan mata yang menyala bersinar terang mendarat tepat di belakang Edward menatap dirinya yang terjatuh.

Dengan tiba-tiba Lily pun terbangun dari tidurnya dengan keringat basah.

"ED!"

Chamuel dan yang lainnya pun terkejut dengan Lily yang tiba-tiba terbangun dan menyebut nama Edward.

"Lily-chan ada apa?"

Dengan napas yang masih terengah-engah, Lily pun bertanya, "Dimana Ed?"

"Ed-chan? Tadi Ed-chan ijin untuk keluar setelah rapat membahas strategi tadi selesai."

Disana juga terlihat Shirayuki yang dengan anggunnya memegang gelas kecil yang berisi sake duduk di sebelah Lily.

"Ya, tadi sehabis selesai membahas strategi kita langsung kesini untuk menikmati pemandangan pohon Sakura di malam ini. Tuan Edward tidak tertarik dengan ini jadi dia pergi mencari angin," jelas Shirayuki sambil memandang segelas Sake yang ada di tangannya.

Melihat Lily yang seperti itu, mereka semua pun merasakan kalau Lily telah melihat sesuatu.

"Kak Lily, apakah ada sesuatu yang salah?", tanya Shirayuki.

"Lily akan cari Ed!"

Dengan segera Lily pun berdiri dan dia langsung berlari menuju pintu keluar.

Shirayuki dan yang lainnya pun menatap satu sama lain dan mereka saling mengangguk. Langsung, mereka segera bergegas mengikuti Lily.

Walau mereka sedikit iri pun, tetapi Lily adalah satu-satunya orang yang mempunyai hubungan yang paling dekat dengan Edward. Tentu apapun yang terjadi dengan Edward, Lily sangat bisa merasakannya karena mereka sudah seperti sebuah pasangan yang sehati bagi para Zodiak.

Tetapi apakah itu juga yang dirasakan Lily dan Edward?

Lily pun langsung membuka pintu keluar dan kemudian hembusan angin dari luar menyapu rambut indahnya itu di bawah rembulan yang bersinar terang.

Lily pun segera melihat ke sekelilingnya mencoba merasakan hawa keberadaan Edward.

Dari atas kuil itu dia melihat ke sekitaran yang hanya terlihat hutan yang lebat yang terletak sangat jauh dari peradaban lainnya.

Kita kembali pada beberapa saat sebelum itu, saat ketika Edward pergi berpisah dari mereka semua.

Edward yang tengah berjalan terhuyung-huyung sambil merasakan rasa sakit yang luar biasa dari dadanya.

Dadanya masih merasakan sakit saat ini layaknya ditusuk oleh pedang.

Pada awalnya dia sudah tahu walau di dunia bawah sadar pun luka yang dia terima karena menyelamatkan Shirayuki itu nyata, tetapi dia terus menahan itu.

Rasa sakit itu semakin tak tertahankan dan Edward pun terjatuh sambil memuntahkan darah.

Dengan segera Edward mengusap dan menghapus darah itu karena dia tidak mau ada yang sadar, terutama Shirayuki bisa mengendus bau-bauan dari jauh.

Pada saat ini dia benar-benar mengingat akan ingatan itu, ingatan tentang dirinya dan juga saudaranya...Halt.

Dia tersenyum mengingat pertemuannya dengan Halt yang sama sekali hanya kebetulan tetapi kebetulan itulah yang membuat mereka menjadi seperti saudara. Juga mimpi itu, mimpi yang sudah Halt serahkan kepada Edward yang membuat Edward belum akan menyerah walau rasa sakit yang ada di dadanya sama sekali tidak berubah.

Kekerasan kepalanya ini tidak lain karena dirinya yang sangat ingin mencegah perang. Jika dirinya roboh disini maka semua usahanya akan berakhir disini dan mimpi itu akan semakin jauh dari jangkauannya.

Tembok yang membatasi manusia dengan ras Beast akan semakin menebal dan dia tidak tahu apakah akan ada kesempatan kedua bagi dirinya di dalam umurnya yang pendek ini.

Melihat kehangatan antara Lily dan yang lainnya juga membuatnya teringat masa-masa dimana hidupnya masih normal dimana dia adalah seorang anak biasa tanpa kemampuan spesial apapun.

Hanya seorang anak biasa yang hidup bahagia bersama orang tuanya di dalam sebuah desa kecil.

Mengingatkan juga kepada dirinya betapa bahagianya dia saat bertemu dengan mendiang Gurunya, bertemu dengan teman-temannya yang ada di LEON dan yang ada di luar LEON...dan juga saat itu dimana dia bertemu Lily dan yang lainnya.

Dia menjadi berpikir apakah dirinya sudah menjadi lunak, tidak seperti dia yang dulu benar-benar menutup dirinya rapat-rapat.

Memang kalau Edward membandingkan dirinya sekarang dengan dirinya saat sebelum bertemu mendiang gurunya, Halt, Whiss, dan teman-temannya yang lain dia adalah sosok yang sangat berbeda.

"Apakah ini semua akan berakhir dengan baik? Apakah aku masih dibolehkan untuk merasakan kehangatan itu?"

Dia teringat saat setelah kehilangan orang tuanya, dirinya benar-benar hancur tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Seorang anak kecil di dalam dunia yang dingin tanpa seorang pun yang peduli kepadanya.

Seorang anak yang seharusnya sangat baik hati telah menjadi seorang yang tak berempati. Menutup hatinya demi mewujudkan tujuannya yang masih belum tercapai.

Sebagaimanapun Edward melihat masa depannya, dia tidak bisa melihat dirinya bisa memperoleh kehidupan bahagia

Menjadi orang biasa dan hidup sederhana tanpa memikirkan tentang hal-hal yang rumit.

Edward pun memejamkan matanya.

Bagaimanapun itu hanyalah sekedar mimpinya yang ia rasa mustahil untuk diwujudkan tetapi setidaknya dia harus mewujudkan apa yang telah menjadi tujuannya selama ini.

"Mimpi yang hebat adalah mimpi yang tidak akan mati...ya?"

Pada saat yang sama kini sesuatu yang besar telah terjadi di dalam kubu kekaisaran Aritophia, yaitu telah tumbangnya pangeran Julius dikarenakan pengkhianatan yang terjadi di dalam kubu mereka.

Julius yang tumbang sekarang keberadaannya sama sekali tidak diketahui dan ini merupakan hal yang sangat gawat karena dia adalah pimpinan tertinggi, tanpa dia maka sudah pasti para prajurit kekaisaran akan mulai cerai berai.

Berita ini langsung tersebar luas dan para sepuluh ksatria yang telah mendengar berita itu pun segera melakukan tindakan. Mereka dengan segera langsung menuju ke markas utama.

Diantaranya disana ada Alstro dan Albert yang memang ada di dekat sana.

"Julius..." ucap Albert khawatir.

Berita ini juga langsung tersamaikan ke Verzz yang sekarang tengah melakukan ekspedisi ke Lapha. Dia sekarang tengah duduk dengan tepat di depannya ada seorang laki-laki yang misterius.

Verzz, dia adalah seorang wanita keturunan klan Kurogami yang dulu pernah menjadi atasan dari Sharon. Memang dia dan Gedeon yang juga salah satu anggota sepuluh ksatria telah ditugaskan untuk memimpin ekspedisi ke Lapha melawan ras Iblis.

"Jadi begitu ya, tidak kusangka para Beast akan dibantu oleh 'mereka'..."

Verzz pun menghela napasnya memikirkan tentang situasi sekarang.

Setelah menghela napas, dia pun menapat laki-laki misterius itu.

"Jadi apa tujuanmu memberitahu ini kepadaku?"

Laki-laki itu pun kemudian menjelaskan, "Karena kita ada di kubu yang sama."

"Sama? Verzz bertanya."

"Ya, musuh dari musuh adalah teman. Kalau musuhku hancur, maka aku dan juga kalian juga akan mendapatkan keuntungan."

Verzz pun segera paham kalau tujuan pria misterius itu tidak lain adalah meruntuhkan kerajaan Iblis Leviathan, tetapi untuk meruntuhkan kerajaan sebesar itu dibutuhkan pasukan yang besar serta orang-orang yang kuat setidaknya untuk menghadapi para petinggi disana.

"Menghancurkan kerajaan iblis Leviathan ya? Tetapi dari informasi yang aku dengar, mereka juga beraliansi dengan kerajaan naga yang ada di selatan. Walau kekaisaran Aritophia memiliki sepuluh ksatria pun, pasti setidaknya banyak diantara mereka yang akan menjadi korban."

Dengan santainya pria itu pun menjawab, "Kerajaan naga itu sudah hancur rata dengan tanah, dan juga 'menghancurkan' itu tidak berarti hanya kalian saja. Kami sudah memiliki orang-orang yang sudah sangat cukup untuk melakukan itu, tetapi yang aku khawatirkan adalah hal yang lain."

"Hal lain? Maksudmu?"

"Tentu kita berdua tidak mau kalau kekaisaran Aritophia menderita kekalahan terutama di dalam perang yang akan terjadi dengan kekaisaran para Beast itu, tetapi aku disini hanyalah sebagai pengamat dan pemberi informasi ini ke kalian."

Verzz pun menjadi semakin penasaran.

"Kemungkinan ini adalah sesuatu yang telah direncanakan, jadi kami juga mengabari ini ke sang gadis suci Aria untuk meminta bantuannya. Aku yakin dia juga tidak akan tinggal diam saat mengetahui ini."

Laki-laki itu pun berdiri.

"Untuk mengalahkan raja Iblis Leviathan yang sekarang, kita butuh kekuatan yang setara dengan mereka. Tentu itu bukanlah hal yang mudah karena Leviathan juga adalah iblis yang sangat kuat yang menurutku bisa mengalahkanmu dan Gedeon. Oleh karena itu...kita butuh dia..."

"Dia?"

"Sang raja iblis yang memegang gelar 'Leviathan' yang sebelumnya, atau mungkin sekarang dia disebut dengan nama Lilith."