webnovel

Sebuah Kata

Celine masih tertegun, seraya terus menatap ke arah gadis yang sekarang masih berada di hadapannya. Merasa masih tidak percaya, jika gadis ini adalah Jessie sang sahabat. Karena kepribadian yang sangat berbeda dari pada sebelumnya.

Jessie yang dia kenal adalah Jessie yang tidak takut dengan apapun juga. Seorang gadis angkuh, namun begitu perhatian dengan kesusahan yang dialami oleh orang lain. Apalagi jika hal tersebut berhubungan langsung dengan keluarga yang dia miliki.

Hal tersebut termasuk dalam sahabat Jessie, yang selama ini mungkin bisa di hitung dengan sebelah jari tangan saja. Karena yang Celine tahu, Jessie hanya mempunyai di orang yang mengerti keseluruhan tentang gadis tersebut. Kedua orang itu tidak lain adalah dirinya sendiri, dan Jerry.

Ayah Jessie sedang mengalami kelumpuhan dan harus terus memakai kursi roda untuk menopang berat tubuhnya. Sehingga dia tidak bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga kecilnya. Sedangkan sang ibu menjadi asisten rumah tangga, pada salah satu rumah mewah yang berada di kawasan yang elit.

Keadaan yang sebenarnya sangat tidak dia inginkan tersebut, membuat Jessie harus membanting tulang sepenuhnya, tanpa sepengetahuan keluarganya sendiri. Dari bekerja paruh waktu pada dua tempat yang berbeda, serta melalui jalur kegemarannya Jalur itu tidak lain adalah sebuah balapan liar. Cukup berbahaya memang, namun Jessie rela melakukan apapun untuk menantu memenuhi kebutuhan keluarga.

"Apa kamu merasa baik-baik saja? Karena ... karena aku kira jika kamu telah melupakan sesuatu tentang Jessie yang aku kenal sebelumnya," ucap Celine sambil menyedot jus alpukat yang sekarang berada di dalam genggamannya.

Mendengar hal tersebut, Jessie yang tidak lain adalah Tuan Putri Azaela hampir saja tersedak dengan minum yang juga sedang dia nikmat saat ini. Karena tidak mengetahuinya apapun tentang raga yang sedang dia gunakan sekarang. Hal itu membuat semua orang semakin lama, semakin memiliki kecurigaan pada dirinya, yang memang bukan Jessie melainkan orang lain.

"Maaf ... apa kamu merasa seperti itu?" Putri Azaela balik bertanya pada Celine.

Brakk!

Suara gebukan keras terdengar karena meja yang sedang berada di hadapan mereka berdua, di pukul keras oleh Celine. Tangan gadis tersebut langsung menghunuskan jari telunjuknya, tepat di hadapan wajah Putri Azaela.

'Apa kali ini aku akan ketahuan? Apa dia benar-benar sudah tahu jika aku bukan sahabatnya?' tanya Putri Azaela pada bergumam di dalam hati kepada dirinya sendiri.

"Ini! Ini yang membuatku heran dengan kamu sekarang," lirih gadis tersebut.

"Apa? Memangnya apa yang sedang aku lakukan? Apa aku membuat kesalahan?" tanya Putri Azaela lagi.

"Aku rasa ada yang tidak benar dengan otak yang ada di dalam rongga kepalamu itu. Seorang Jessie tidak akan pernah mengucapkan kata maaf. Apalagi untuk mengalah dan kabur seperti yang kamu lakukan barusan." Celine terus mengamati wanita yang kini ada di hadapannya.

Putri Azaela sedikit menggaruk kepalanya, yang tiba-tiba saja merasa gatal. Gadis yang bukan berasal dari zaman sekarang itu pun sedang berpikir dengan keras. Berpikir tentang gadis yang menjadi wadah bagi jiwanya saat ini.

'Bagaimana mungkin ada seseorang yang tidak pernah mengucapkan kata maaf sekalipun di dalam hidupnya,' lirih sang putri di dalam hati dengan penuh keraguan.

Hal ini justru sangat berkebalikan dengan dirinya sendiri. Bagi Putri Azaela yang bertindak sebagai seseorang putri selir sang Raja. Dia memiliki kedudukan yang lebih rendah dari pada anggota kerajaan yang lain. Sehingga Putri Azaela adalah seorang putri yang kehidupannya sangat berbeda dari putri yang lainnya.

Dan kata maaf adalah kata yang paling sering dia ucapkan. Setiap kali membuat kesalahan, ataupun atas kesalahan yang sebenarnya bukan dilakukan oleh dirinya sendiri.

Statusnya tersebut juga membuat sang putri bahkan diperlakukan seperti seorang pelayan kerajaan, khususnya oleh sang Ratu dan kakak tirinya. Karena mereka berdua memang tidak terlalu menyukai Putri Azaela.

Menjadi seorang Ratu, bukan berarti wanita tersebut sudah merasa puas akan kedudukan dan kekuasaan yang dia dapatkan sekarang. Semua orang sudah mengetahui jika pernikahan Raja dan Ratu tersebut bukan karena rasa saling cinta antara keduanya. Namun, hanya sebatas untuk menyatukan dua kekuasaan besar, untuk memperkuat dan memperkokoh posisi kerajaan Adanrille, di antara kerajaan lainnya.

Cinta Ratu yang bertempuk sebelah tangan, membuat Sang ratu sangate benci seorang selir Raja, yakni ibu dari Putri Azaela. Apalagi sang selir tersebut adalah cinta pertama sang Raja.

Perlakuan sang raja yang lebih memberikan perhatian dan kasih sayang kepada selirnya tersebut, tak ayal membuat Ratu menjadi sangat cemburu. Setipu daya dia selalu membuat sang selir selalu buruk di mata Raja dan semua orang yang ada di kerajaan tersebut. Dan itu terus dia lakukan, hampir setiap saat dan setiap kesempatan.

Namun, tetap saja sang Raja hanya mempercayai sang cinta pertama, dari pada sang Ratu yang sebenarnya adalah orang yang selalu berada di sampingnya tersebut.

Kekecewaan dan perilakuan sang Ratu tersebut, belum berakhir hingga sang selir menghembuskan nafas terakhirnya. Dan semua itu berlanjut pada Putri Azaela sekarang.

Hal itu menjadikan, Putri Azaela sangat dikucilkan pada keluarga kerajaan dan para petinggi negara lainnya. Hanya orang yang tidak tahu akan identitas aslinya, yang selalu bersikap baik pada sang putri tersebut.

Meskipun mereka tahu, sang selir dan putri Azaela tidak memiliki kesalahan apapun juga. Namun, dengan kekuasaan yang dimiliki oleh sang Ratu, membuatnya sangat mudah untuk menghasut semua orang.

"Hei!" Suara keras yang keluar dari bibir Celine, mengagetkan putri Azaela seketika. "Apa yang sedang ada di dalam pikiranmu itu? Apa kamu sudah menyadari ada yang aneh.pada dirimu sendiri?" lanjut Celine bertanya.

"Entahlah, mungkin ... karena peristiwa tabrakan itu membuat sedikit bingung dan aneh. Sehingga tidak bisa mengingat dengan baik, seperti apa tingkah laku dan semua tentang diriku sebelum kejadian," lirih putri Azaela mencoba menjelaskan dengan salah satu kebohongan yang dia buat lagi.

Sang putri terpaksa untuk berbohong lagi. Karena tidak mungkin dia akan menceritakan kepada semua orang jika bukan gadis yang bernama Jessie tersebut. Apalagi, dia harus mengatakan jika jiwa yang berada pada raga tersebut, adalah jiwa tulang berasal dari masa lalu, sebuah kerajaan.

Semua itu hanya akan menjadi bahan gurauan semua yang mendengar penjelasan tersebut. Mungkin juga, mereka akan mengira putri Azaela telah menjadi gila, sehingga masalah ini semakin menjadi tambah rumit daripada sebelumnya.

"Owhh ... hm, aku hanya khawatir padamu. Karena kita adalah sahabat, sekaligus sebagai keluarga. Jadi ... jika kamu perlu apapun itu, jangan sungkan untuk berbicara kepadaku, mengerti?" Celine tersenyum memamerkan deretan gigi putih yang tersusun dengan baik.

'Keluarga," lirih putri Azaela di dalam hati.

Entah apa yang terjadi, namun putri Azaela sangat menyukai satu kata tersebut, yakni keluarga.

Bersambung .....