webnovel

Satu Nama Asing

"Apa yang terjadi pada Tuan Putri?" tanya Atremus dengan kening yang berkerut heran, sekedar berbicara dengan dirinya sendiri.

Ekspresi wajah pria tersebut, seketika berubah menjadi rasa kekhawatiran yang berlebihan. Pada saat sedang berada di luar istana utama, Atremus tidak sengaja melihat keadaan Putri Azaela yang cukup memprihatinkan tersebut. Keluar dari istana utama, untuk menghadiri makan makan malam bersama sang ayah. Entah kenapa Putri Azaela yang masuk dengan keadaan yang baik-baik saja, kini justru keluar dengan keadan mabuk berat.

Beruntung Putri Azaela masih memiliki sedikit kesadaran yang masih bersemayam, namun tidak demikian dengan kewarasan yang hampir sepenuhnya menghilang. Pengaruh dari minuman tersebut membuat Putri Azaela, mengatakan atau bahkan berbuat sesuatu di luar kendali dan kesadarannya sendiri.

Bagaikan pecut yang telah dilontarkan, Atremus langsung menghampiri Putri Azaela dan Lyne yang sedang bersamanya.

"Nona Lyne! Apa yang terjadi dengan Tuan Putri Azaela?" Atremus kembali bertanya pada Lyne yang keluar bersama Putri Azaela.

Gadis muda itu, tidak langsung menjawab pertanyaan yang keluar dari bibir Atremus. Hal tersebut bukanlah tanpa sebab. Dia bahkan tidak mendengar pertanyaan itu dengan begitu jelas, karena sibuk memapah Putri Azaela yang benar-benar sudah menjadi tidak waras pada malam tersebut.

"Tuan Atremus. Maafkan aku, karena tidak segera menjawab hal yang Anda tanyakan. Namun, Tuan Putri Azaela seperti ini, karena sudah menegak minuman yang memabukkan. Padahal dia sudah tahu, jika dia tidak dapat menyentuh minuman itu," keluh Lyne.

Atremus pun terdiam, karena dia juga sudah mengetahui kelemahan dari sang putri tersebut. Pria itu tidak habis pikir, bagaimana seorang ayah bisa melakukan hal ini kepada putrinya sendiri. Apa dia sengaja melakukan hal ini? Atau mungkin hal ini adalah sesuatu yang tidak disengaja sebelumnya. Hanya Raja Emmerich yang tahu jawaban pasti dari hal tersebut.

Melihat Lyne yang sudah kewalahan untuk menopang berat badan Putri Azaela. Atremus pun segera membantu gadis tersebut. Dengan cekatan langsung mengangkat tubuh Putri Azaela, untuk memasuki kereta kuda yang sudah di siapkan beberapa saat yang lalu.

"Tunggu ... tunggu," lirih Jessie, sambil menyipitkan kedua matanya. "Siapa pria tampan ini?" tanya Putri Azaela sambil meletakkan kedua tangan pada wajah Atremus. Lebih mendekatkan wajahnya lagi pada sosok pria yang kini menopang seluruh berat tubuhnya.

Sontak saja hal tersebut berhasil membuat Atremus gelagapan. Selama ini, pria tersebut dikenal sebagai pria dingin dan misterius. Sedikitnya senyum yang terlihat, serta sikap acuh tak acuh kepada orang lain, membuat siapapun harus berpikir sepuluh kali untuk mendekati pria tersebut.

Banyak wanita yang mengagumi ketampanan Sang Jenderal, dan berusaha untuk merebut perhatian Atremus. Akan tetapi, tetap saja selalu berakhir dengan kekecewaan. Tampaknya Atremus enggan untuk menjalin hubungan yang lebih serius bersama wanita lain. Karena jauh di dalam tubuh hatinya sudah terukir satu nama. Satu nama yang selalu membuatnya bertahan, untuk menghadapi segala.

Kali ini bukan hanya Putri Azaela yang terlihat merah padam. Wajah Atremus juga terlihat demikian, walaupun dia sudah berusaha menutupi hal tersebut. Suara cekikikan pun terdengar, dari bibir Putri Azaela yang saat ini sudah di letakkan oleh Atremus di dalam kereta kuda.

"Tuan Putri ... kenapa Anda menjadi seperti ini?" tanya Lyne yang hanya bisa pasrah sambil menggaruk kepalanya sendiri.

Atremus sengaja membawa kereta kuda tersebut, dengan tangannya sendiri. Di samping ingin menjaga keamanan dan keselamatan Sang Putri. Pria itu ingin Putri Azaela segera sampai pada kediamannya sendiri, dan beristirahat.

Tidak seperti saat berangkat dari kediaman Putri Azaela ke istana utama. Saat pulang mereka justru dapat mempersingkat waktu hampir dua kali lipat. Karena memang itu yang diinginkan oleh Atremus.

Tanpa menunggu lama lagi, Atremus pun kembali mengangkat tubuh Putri Azaela. Membawa gadis yang sudah tidak sadarkan diri tersebut, ke atas tempat tidur yang akan membawanya ke alam mimpi.

'Tuan Atremus sungguh perhatian pada Tuan Putri Azaela. Apa dia memiliki perasaan yang spesial pada gadis ini?' tanya Lyne bergumam di dalam hatinya.

Karena, tanpa di mintai pertolongan pun, Atremus segera datang dan membantu mereka. Padahal jika bukan karena bada Tuan Putri Azaela, belum tentu Atremus akan memberikan pertolongan yang sama seperti ini.

Dengan sangat pelan dan penuh dengan kelembutan. Begitu Atremus, yang sesungguhnya adalah seorang Jenderal, memberikan perlakuan pada Putri Azaela. Memperhatikan wajah yang masih bersemu merah, dengan mata yang sudah tertutup dengan rapat tersebut, dengan sebuah senyum terukir pada kedua sudut bibirnya.

Tangan kekar miliknya perlahan digerakkan, menuju wajah Putri Azaela. Berniat ingin menyingkirkan potongan rambut yang menutupi sebagian wajahnya. Menyibak dengan penuh perasaan.

'Kenapa akhir-akhir ini kamu sering membuat masalah? Apa karena perkataan yang aku ucapkan beberapa waktu yang lalu itu? Sehingga kamu begitu berubah menjadi seperti ini?' lirih Atremus di dalam hati.

Dia pun bersiap untuk pergi, berdiri pada tempat duduknya setelah selesai menyelimuti tubuh Putri Azaela. Akan tetapi, niat itu kembali tertahan, setelah tahu jika kedua tangan Putri Azaela sudah merah tangan kanan miliknya, yang berada paling dekat dengan tubuh tersebut.

Atremus pun mengalihkan tatapan pada Putri Azaela, mengira jika gadis tersebut sudah bangun kembali dari tidurnya. Namun, ternyata hal tersebut sedikit keliru. karena kedua mata Putri Azaela masih terpejam dengan rapat.

"Apa dia sedang bermimpi menangkap orang tampan?" tanya Atremus kembali bergumam kepada dirinya sendiri.

Dengan lembut, dia mencoba untuk keluar dari genggam tangan Putri Azaela. Di luar dugaan sebelumnya. Bukannya terlepas, kali ini Putri Azaela malah menggenggam tangan Atremus dengan sangat kuat.

"Jangan ... Jangan pergi," lirih suara Putri Azaela terseketika, walaupun lebih lembah dari hembusan angin sekalipun.

Mendengar hal itu, sebuah senyuman kembali tergambar pada bibir Atremus. Tentu saja merasa senang jika Putri Azaela tidak ingin berpisah dengannya.

"Tuan Putri, maafkan aku ... tapi, aku tidak bisa menemanimu lebih lama. Karena aku adalah tugas lain yang harus dikerjakan," lirih Atremus memberitahu Putri Azaela, bahwa tidak ada jam kosong pada malam ini.

Dengan sangat terpaksa, pria itu kembali meraih kedua tangan Putri Azaela untuk melepaskannya dari bagian tubuhnya.

"Selamat malam ...." Atremus pun berjalan meninggalkan tempat tidur Putri Azaela.

Dan lagi-lagi hal sama terulang kembali. Ketika Putri Azaela memohon kepada Atremus, untuk tetap berada di tempat tersebut.

Ketika Atremus kembali ingin membalikkan tubuh, kearah Putri Azaela. Seketika langkahnya terhenti setelah mendengar satu kata yang dia dengar keluar dari mulut Putri Azaela.

"Daniel ...."

Mata Atremus sedikit melebar mendengar putri Azaela menyebutkan nama pria lain tersebut. Sebuah nama yang dia sendiri tidak tahu siapa yang dimaksud oleh Putri Azaela. Karena Atremus baru kali ini mendengar nama tersebut.

Bersambung ....