webnovel

The Seven Wolves: Trapped Under Devils Possession

Volume 5 (Bryan Alexander) Bryan Alexander merupakan anggota termuda The Seven Wolves. Ia tampan, kaya raya, pemilik perusahaan multi internasional, VanAlex namun juga playboy. Ia berubah karena jatuh cinta pada adik tirinya sendiri, Deanisa Melody. Karena tak bisa memiliki, Bryan memilih pergi ke New York dan menjalani kehidupan sebagai Fuckboy. Apa yang terjadi jika ia harus kembali dan bertemu Nisa yang malah jadi asisten pribadinya atas perintah sang Ayah? Volume 6 (Mars King) Mars King merupakan sosok yang paling ditakuti dan disegani di kotanya, Los Angeles. The Devil of LA adalah julukannya. Ia sangat tampan namun tak berhati dan kejam. Persaingan bisnis telah membuat keluarga King dan Wright menjadi musuh bebuyutan yang saling membunuh. Bagaimana jika Mars King malah jatuh cinta pada adik musuh bebuyutannya sendiri, putri keluarga Wright, Vanylla Emerald Wright? Volume 7 (Aidan Caesar) Aidan Caesar dulunya seorang anak yang pendiam, tampan tapi memiliki tubuh tambun. Separuh hidup dihabiskannya menerima cacian dan bullyan dari teman-teman satu SMA-nya. Sampai suatu saat bullyan itu mencapai puncaknya. Aidan membalaskan dendam akibat bullyan yang membuatnya hampir meregang nyawa, dan dalam kelompok itu ada seorang gadis yang dulunya ia sukai namun kini ia benci. Aidan memasang jebakan apa saja untuk membalas Malikha yang telah jatuh bangkrut. Lantas siapa yang sesungguhnya akan jatuh dalam jebakan cinta? Malikha atau Aidan? #### The Seven Wolves terdiri dari tujuh anggota, yaitu Arjoona Harristian (Alpha/Leader), Jayden Lin (Beta), James Harristian, Shawn Miller, Bryan Alexander, Mars King dan Aidan Caesar. Ketujuh pria itu dipertemukan takdir untuk membentuk kelompok rahasianya sendiri bernama The Seven Wolves. Dari milyuner, petinggi milter hingga pemimpin gangster, mereka berjanji untuk tetap membantu satu sama lain. Tidak ada yang lebih penting daripada memiliki saudara untuk bersama. Follow my IG @nandastrand, FB: @NandaStrand

Andromeda_Venus · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
700 Chs

Be With Me

RAGUNAN

"Maaf pak, hari ini kebun binatangnya tutup," ujar salah satu petugas loket masuk pada Arya yang membuka kaca mobil.

"Apa saya bisa bertemu salah satu dokter hewan disini?"

"Siapa namanya, apa sudah ada janji?"

"Emilia Carter, ya saya sudah buat janji."

"Boleh tau keperluannya apa Pak?"

"Ah masalah pribadi saya temannya." petugas tadi kemudian menghubungi staf di dalam.

"Maaf pak, ibu Emilia sedang dalam proses inseminasi tidak bisa diganggu sampai jam makan siang." Arya mengernyitkan keningnya lalu mengangguk

"Kalau begitu boleh saya menunggu?" petugas lalu membuka gerbang dan mengarahkan mobil Arya di parkiran staf.

"Bapak ke dalam nanti diarahkan harus menunggu dimana."

"Terima kasih," ujar Arya dan menuju ke dalam sebuah gedung yang ditunjuk oleh petugas. Di dalam Arya diminta menunggu Emily yang sedang melakukan proses inseminasi. Arya terpaksa harus menunggu dua jam sampai jam makan siang usai. Arya masih menunggu dengan sabar sampai akhirnya Emily keluar dari sebuah ruangan dengan jas putihnya. Senyum Arya mengembang melihat Emily berjalan ke arahnya.

"Hi kamu datang!" ujar Emily.

"Iya, bisa kita keluar sekarang?"

"Tentu, aku simpan jasku dulu ya." Arya mengangguk. Dia sudah dua kali mengunjungi Emily di kebun binatang saat jam kerja. Belakangan Arya memang lebih sering lembur jadi ia hanya bisa mengunjungi Emily saat jam kerja. Tak lama Emily dan Arya pun menuju mobil untuk keluar dari kebun binatang itu.

"Kamu mau makan sesuatu?" tanya Arya sambil menyetir.

"Ya, aku sangat lapar, melakukan inseminasi dan melihat badak dimusim kawin sepanjang hari membuatku lapar," jawab Emily santai sambil tersenyum. Arya mengernyitkan kening dan menggelengkan kepalanya menahan senyum.

"Oh ya, mana pengawalmu?"

"Ah, aku tidak memerlukan mereka hari ini, aku hanya ingin berdua saja denganmu." Pipi Emily seketika merona mendengar jawaban Arya.

Mereka pun tiba di salah satu mall dan menuju salah satu food court untuk makan. Selesai memesan keduanya lalu mengobrol ringan.

"Aku harus ke pulau Gili untuk beberapa hari minggu depan."

"Ok," jawab Emily. Arya sejenak ragu. Ia terus memandang Emily seolah ingin mengatakan sesuatu.

"Apa kamu mau ikut denganku?" Emily sedikit mengernyitkan kening. Pertanyaan itu terdengar sedikit aneh karena Arya ingin Emily ikut dengannya.

"Arya, aku benar benar ingin pergi tapi mereka tidak memberiku libur." Arya sangat ingin bisa membawa Emily bersamanya. Entah mengapa belakangan ia selalu ingin bertemu Emily. Namun entah Emily menyadarinya atau tidak, Arya mulai tertarik padanya dan lebih dari sekedar teman. Melihat wajah Arya yang berubah kecewa Emily merasa bersalah.

"Kamu kenapa?" Arya menggeleng sambil tersenyum tipis.

"Begini saja, bagaimana jika aku menggantinya?" tawar Emily tersenyum.

"Caranya?"

"Kamu boleh minta apa saja, aku akan melakukannya untukmu!" Arya mengernyitkan keningnya seolah berpikir.

"Apa saja?" Emily mengangguk mantap. Arya masih memandang lekat.

"Maukah kamu menghabiskan satu malam denganku, di rumahku. Berdua saja?" tanya Arya setengah berbisik memajukan tubuhnya. Emily merasa terjebak omongannya sendiri tapi tidak bisa menahan rona merah di pipinya.

Dia jadi terlihat seperti boneka keramik di depan mata Arya. Arya menahan keras keinginannya untuk mencium bibirnya, ini tempat umum akan heboh satu mall jika ada pengunjung yang berciuman disini.

"Kenapa?" tanya Emily masih memandang Arya

"Aku ingin kamu, boleh kan?" Emily memiringkan wajahnya seperti sedang berpikir. Tak lama makanan pesanan mereka pun tiba. Jawaban Emily terpaksa ditunda karena mereka harus segera makan. Sampai sampai akhir makan siang, Emily tidak kunjung memberikan jawaban apa apa. Arya pun menganggap jika yang ia lakukan hanyalah sekedar bercanda. Namun sebelum turun di depan kebun binatang, Emily berbalik dan berdiri di depan Arya.

"Bagaimana kalau besok malam?" tanya Emily dengan gugup. Senyum Arya mengembang seketika.

"Kalau begitu besok malam!" jawab Arya. Emily pun tersenyum dan hendak berbalik untuk masuk ke dalam kantornya. Namun Arya kemudian menahan dan membalikkan pundak Emily untuk mencium keningnya.

"Selamat malam, Babydoll. Jangan bergadang!" ujar Arya sambil memegang pipi dan mengusap lembut bibir Emily. Arya hampir runtuh hendak mencium Emily jika ia tidak mendengar suara beberapa orang staf sedang berbicara dan berjalan kearah mereka. Arya lalu melepaskan pegangannya lalu mengedipkan matanya sebelum berjalan masuk kembali ke mobil. Emily hanya berdiri dan seolah tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

Keesokan harinya Arya sudah menunggu Emily jam 5 sore di ruang tunggu kantor Emily. Sebelum ia berangkat ke Gili, Arya ingin menghabiskan sebanyak mungkin waktu bersama Emily. Desain resort dan hotel sudah diselesaikan Arya semalam dan hanya tinggal mempresentasikannya esok di depan pemilik resort. Malam ini ia ingin bersama Emily melepaskan lelahnya setelah beberapa malam lembur.

Emily datang tak lama kemudian. Ia cantik sekali dengan blouse off shoulder pattern putih, celana jeans dan sepatu boot. Ia mengepang rambutnya ke sebelah bahunya, terlihat innocent dan cantik. Sejenak Arya ingin menyimpan Emily dalam kantong jas nya agar ia bisa membawanya kemana pun.

Mereka pun berkendara sampai ke penthouse milik Arya. Dan Emily sempat terkagum pada bentuk bangunan apartemen Arya. Emily tau bahwa Arya sepertinya memang orang kaya tapi ia tidak ingin bertanya lebih jauh tentang masalah pribadi.

Masuk ke dalam tempat tinggal Arya, Arya mempersilahkan Emily untuk duduk dan bersantai seperti rumahnya sendiri. Sementara Arya hendak menyiapkan makan malam dan Emily disuruh menunggu di ruang santai sambil menonton. Tapi Emily bukanlah gadis yang bisa diam, ia malah menghampiri Arya di dapur.

"Aku tidak tau kamu bisa memasak!" sahut Emily sambil bersandar di konter mini bar dekat dapur.

"Aku tinggal sendirian di New York sejak umur 15 tahun dan memasak adalah hal wajar untuk dipelajari untuk bertahan hidup."

"Apa kamu memang harus bertahan hidup?" tanya Emily lalu melihat apartemen mewah Arya lagi.

"Apa maksudmu?"

"Maksudku, kamu terlihat seperti anak orang kaya!" Arya tersenyum lalu berbalik pada Emily.

"Memang, tapi aku lebih suka melakukan semua sendiri," ujarnya kemudian berbalik lagi mengangkat makanan yang ia masak. Kemudian menyajikannya di atas piring. Menatanya sebentar lalu menghidangkannya di meja. Masakan Arya benar-benar berkelas, ia membuat steak, mashed potato dan salad sayuran.

"Hhhmm... ini sangat enak, calon istrimu pasti wanita yang sangat beruntung." Arya hanya tersenyum sambil meminum wine-nya.

"Masakanmu juga enak, aku merindukan sandwich buatanmu," balas Arya membuat Emily sedikit tergelak.

"Itu hanya sandwich dan pancakes semua orang bisa membuatnya." Emily membalas senyuman Arya.

Selesai makan malam, Arya dan Emily bersantai, bercerita di sofa sambil menonton film di Netflix. Mereka lebih banyak mengobrol daripada menyaksikan pilihan film yang telah dipilih. Sampai akhirnya, jemari Arya menyentuh pipi Emily dengan lembut. Emily yang masih asik bercerita tentang hewan yang ia tangani di kebun binatang kemudian terdiam dan menatap wajah Arya. Tiba tiba Arya mendekatkan wajahnya dan langsung mencium bibir Emily. Emily agak terkejut namun diam saja di cium oleh Arya.

"fuck this friendship, aku ingin kamu, Kitten. Sekarang juga!" desah Arya usai mencium Emily. Mata Emily melebar tidak menyangka jika Arya bisa bicara seperti itu. Arya terus menciumnya lembut, ia berusaha menahan diri agar tidak agresif sama sekali.

"Stop!" gumam Emily menahan Arya sambil memegang wajahnya.

"Jangan bilang berhenti. Aku ingin memilikimu!"

"Aku pikir kita hanya berteman, bukan teman kencan semalam."

"Ini bukan kencan semalam, ini aku yang menginginkanmu dalam sebuah hubungan." Emily mengernyitkan keningnya.

"Apa maksudmu?"

"Jadilah kekasihku, Kitten. Aku ingin kamu bersamaku," ujar Arya berbisik dan kemudian menempelkan keningnya pada Emily. Emily tidak bisa berkata apa apa. Ia juga sangat ingin bersama Arya tapi ia takut masuk ke dalam sebuah hubungan lagi. Ia benar-benar kecewa setelah ditinggalkan oleh Harry, mantan tunangannya hanya untuk wanita lain. Lagipula ia belum yakin pada perasaannya pada Arya dan perasaan Arya padanya.

"Apa kamu tidak percaya padaku?" tanya Arya begitu melihat keraguan di mata Emily

"Aku seorang gadis yang patah hati, aku takut berada dalam sebuah hubungan, Arya."

"Biarkan aku mengobati patah hatimu. Aku akan melakukan apapun untukmu, Sayang."

"Bagaimana jika kita tidak usah terburu buru, kita dalam hubungan biasa jika kita memiliki sesuatu nanti maka kita bisa bersama."

"Kamu menolakku, Mily?"

"Bukan, aku juga menginginkanmu tapi aku terlalu takut untuk hubungan yang serius saat ini," jawab Emily mendekatkan wajahnya pada Arya. Arya mengerti yang dimaksud oleh Emily.

"Okay, tapi dengan satu syarat. Mulai sekarang kamu adalah pacarku." Emily mengerutkan keningnya lalu memajukan bibirnya merajuk. Negosiasi nya gagal.

"Lalu apa gunanya berhubungan biasa!" gerutu Emily kesal.

"Kita dalam hubungan biasa tapi bagiku kamu adalah pacarku. Tidak ada tapi!", potong Arya memaksa. Arya kemudian mencium Emily lagi dan memeluknya.Emily membiarkan dirinya dipeluk Arya. Ia pun tersenyum dibalik pelukan Arya.