Akhirnya, mereka memutuskan untuk makan dimeja yang sama. Acara makan siang itupun berlangsung dengan ditemani canda tawa. Hingga sebuah suara pesan masuk menghentikan canda tawa mereka seketika sambil menoleh ke pemilik ponsel penasaran.
"Itu suara ponsel gue."ucap Rissa cuek sambil menunjukkan ponselnya kearah mereka semua.
"We got it, guys!"ucap Rissa dengan senyum miring yang ia tunjukkan kepada ke-enam sahabatnya.
"Maksudnya Sa?"tanya Alzra mewakili yang lain penasaran.
"We win the bet lah!"jawab Rissa yang masih dengan senyum miring sambil mengangkat ponselnya lagi.
"Scheiße!"umpat Liona dalam bahasa Jerman sambil sedikit memukul meja tempat mereka berkumpul.
"Holy shit! Bagaimana bisa?!"umpat Ray tak percaya dengan ucapan Rissa.
"Verflucht sie!"umpat Raka sambil mengacak rambutnya kesal.
"Yatta!/I know it!/Gelobt sei der Herr Jesus!"ucap Alzra, Cara dan Chico bersamaan dengan senang.
"Ini bahkan belum 2 minggu."ucap Liona yang masih tak percaya dengan ucapan Rissa tadi.
"Untuk 2 bulan kedepan, kalian yang kerjakan semua tugas kita!"ucap Alzra penuh dengan kemenangan tanpa menghiraukan raut masam dari ke tiga sahabatnya itu.
"Ada apa?"tanya Zeo bingung melihat tingkah laku teman barunya itu.
"Nothing. Hanya permainan anak kecil saja."jawab Alzra yang masih belum bisa mengatur raut wajah bahagianya.
***
2 bulan telah berlalu sejak kedatangan Rissa ke New York. Dan kini semuanya mulai berjalan seperti biasanya bagi Rissa dan seluruh sahabatnya atau bisa dikatakan rekan satu timnya. Begitupun dengan kedekatan hubungan Rissa dan ke-enam sahabatnya dengan Kelvin dan para sahabatnya.
Tak hayal Rissa berualang kali menerima bully dari primadona sekolah yang tak lain adalah Bella, Meghan dan Felya atas kedekatan Rissa dengan laki-laki Most Wanted disekolahnya. Namun, hal itu hanya dianggap sebagai hiburan untuk Rissa.
Dan seperti biasanya kini, Rissa, Exel, Kelvin dan lainnya tengah bercanda tawa di kantin sambil menunggu makanan mereka.
"Eh! Kalian denger gak, kalo si Dino udah pacaran sama Jeni?"ucap Liona memulai menggosip sambil mengaduk lemon tea-nya.
"Oh! Gue juga udah denger soal itu, malahan gue kira baru gue aja yang tau soal ini. Gila emang! Bisa-bisanya Jenny nerima Dillo yang udah terkenal playboy nya! Padahal kalo dilihat nih ya, coba lihat si Jenny. Dia baik, masa tega sih Dillo mainin Jenny?"balas Zeo yang memang sangat suka dengan gosip, banyak dari mereka yang memang menjodohkan Zeo dengan Liona karena kesamaan sifat mereka. Dan mereka berdua kini telah menyandang julukan King and Queen gossip disekolah mereka.
"Apalagi dulu Dillo pernah nge-bully Jenny habis-habisan. Masa iya sekarang malah ngajak pacaran? Apa jangan-jangan Jenny cuman dibuat mainan doang sama si Dillo?"ucap Ray menimpali omongan mereka.
"Gue dulu pernah gak sengaja denger omongan Dino sama temen-temennya sih. Mereka dulu ngomongin masalah Jenny sama mobil gitu. Terus gue juga denger mereka bawa-bawa Dillo sama si Bella!"timpal Daniel yang sudah mulai tertarik dengan topik ini sejak tadi.
"Tuhkan! Gue makin punya perasaan kalo Dillo itu kerjasama sama Bella buat jadiin Jenny mainan mereka. Emang bangsat mereka semua!"maki Liona menggebu-gebu.
"Lo pada kok malah ujung-ujungnya ngurusin hidup orang sih?! Hidup kalian aja sono urusin dulu!"ucap Kelvin sambil melempar kulit kacang kearah Zeo kesal mendengar omongan mereka yang semakin melantur.
"Udah-udah! Mending makan aja."lerai Cara yang sudah mencomot kentang goreng pesanannya.
Sedangkan Rissa dan Exel tengah berbincang bersama dengan asiknya tanpa memperhatikan jika mereka menjadi pusat perhatian dimeja mereka saat ini.
"Kamu liatkan mukanya Mrs. Burnett? Dia kayak mau ke pub hahaha..."tawa Rissa yang mampu membuat Exel tersenyum dibuatnya.
"Yeah...I saw her. Dandannannya membuatku ingin muntah saja."timpal Exel dengan membuat ekspresi seakan ia ingin muntah yang membuat lagi-lagi Rissa tertawa semakin kencang dibuatnya.
"Nanti sore gimana kalo sepulang sekolah kita hangout bareng?"ajak Exel kepada Rissa sambil mengaduk minumannya.
"Boleh! Aku juga pingin beli bukunya Charles Dickens sama Sir Walter Scott!"ucap Rissa menyetujui ajakan Exel kepadanya.
"Aku punya beberapa buku milik Sir Walter Scott, memang buku apa yang sedang kamu cari?"tanya Exel penasaran.
"Aku sedang mencari karyanya yang berjudul Rob Roy dan Anne of Geierstein. Apa kamu punya bukunya?"tanya Rissa penasaran dengan buku yang dimiliki oleh Exel.
"Untuk Rob Roy aku punya, tapi untuk Anne of Geierstein aku cukup sulit menemukannya."jawab Exel sambil meminum Lemon Tea miliknya.
"Ehm! Masih ada kami disini!"celetuk Mark yang sudah merasa cukup melihat drama picisan dihadapannya.
"Apaan sih?! Orang kita cuman ngomong soal buku juga."ucap Rissa yang sedikit blushing tanpa ada yang menyadarinya.
"Eh iya Sa! Besok lo ke perpuskan? Gue ikut ya?!"celetuk Cara tiba-tiba kearah Rissa.
"Gue sama Ray juga! Ada tugas yang materinya belum gue ngerti."ucap Liona menyetujui.
"Iya udah. Besok langsung aja ketemu di perpus langsung."ucap Rissa sambil meminum jus apel yang dia pesan dengan tenang tanpa ada yang mengetahui jika rencana Rissa dan keenam sahabatnya telah dimulai.
"Gue besok mau ke ruang guru buat ngurus tugas yang gak gue kerjain tadi. Katanya gue disuruh buat ngerjain ulang dan besok gue bakal ketemu sama malaikat maut gue. Sebelum gue ketemu dia, gue mau ngomong sama kalian kalo gue itu sayang sama kalian. Kalo gue gak balik, lo telpon orang tua gue yang ada di Jerman buat dateng kesini buat nganterin gue ke peristirahatan terakhir gue. Dan gue mau ditaruh dimakam keluarga yang di Jepang aja. Dan bilang ke mereka kalo gue minta maaf gara-gara gak sengaja ngambil kartu kredit bokap gue buat bayarin kalian dulu waktu kita kelulusan di Jerman. Sama titip maaf gue buat Revan yang dulu waktu dia ke mall yang ada di Dubai dompetnya gue tuker sama dompet yang gak ada isinya."ucap Alzra mendramatiskan tanpa sadar ucapan terakhirnya itu.
"Jadi- jadi pesta kelulusan dulu itu, lo nyolong kartu kredit bokap lo?! Katanya dulu itu pake uang lo! Gimana sih?!"marah Raka yang saat ini sudah mengapit leher Alzra di ketiaknya.
"Bau ketek lo! Lepas gak!"ucap Alzra sambil berusaha melepaskan apitan pada lehernya.
"Tung-tunggu...jadi dompetnya Evan lo tuker?!"bentak Rissa dengan wajah merah padam sambil menggebrak meja kantin yang otomatis membuat seluruh perhatian terarah padanya.
"I-it-tu candaankan Zra?"tanya Liona dengan badan yang telah terkulai lemas dan wajah pucat pasi mengingat Revan adalah salah satu sosok penting dalam hidupnya.
Karena masalah ini, Revan yang seharusnya bisa menyelesaikan misinya dalam waktu singkat berakhir dengan dirinya yang terbaring koma selama hampir satu bulan karena luka tembak yang berhasil melukainya di bagian dada kanan yang nyaris melubangi salah satu organ vital manusia. Paru-paru.
"Lo gak ngelakuin itukan?"ucap Raka sambil melepaskan apitannya dileher Alzra dengan menatap Alzra tak percaya.