webnovel

Chapter 13

"Makanya, jangan terlalu kecentilan"

Sky mendengus kesal mendengar laki-laki yang sedang berjongkok di depannya. Saat ini, kedua nya sedang berada di ruangan kesehatan sekolah, dengan Sky yang duduk di atas ranjang ruangan kesehatan sedangkan Arthur yang berjongkok sambil mengobati luka Sky.

"Tidak, aku tidak kecentilan. Hanya saja kau tau Casey? Gadis itu sangat licik. Dia mendorongku ketika aku hampir mencapai garis finish lalu dia sendiri yang menang. Rasanya setelah kembali dari sini ingin sekali ku robek wajahnya itu"

Arthur tertawa kecil mendengar perkataan creepy dari Sky. "Kau tampak seperi psikopat. Ngomong-ngomong apa kau lapar?"

Sky mengangguk. "Kenapa bertanya? Apa kau ingin membelikanku makanan?"

"Ya. Aku merasa kasihan padamu, lagi pula saat ini Kirei sedang mengadakan rapat organisasi nya. Apa tak apa jika aku meninggalkanmu sendirian disini?" tanya Arthur yang dibalas anggukan oleh Sky

"Iya, cepatlah pergi"

Arthur menepuk kepala Sky pelan kemudian melangkah keluar meninggalkan dirinya sendirian di dalam ruangan kesehatan. Sky menghela nafas pelan lalu menyelipkan rambutnya ke belakang daun telinga. Ia menatapi kaca yang memperlihatkan arah luar

Suasana hening disini membuatnya menjadi tenang ditambah lagi dengan keadaan gelap yang dapat membuatnya berpikir dengan jernih. Namun sayangnya kedua bola mata Sky mendapati sesuatu dibalik bayangan cermin itu, ia melihat wajah yang menatapnya berada tak jauh dibelakangnya

Perlahan bulu kuduknya meremang, Sky memberanikan diri untuk melihat ke belakang namun tak mendapati apa-apa. Sky menggelengkan kepalanya dan berkata, "Mungkin karena terlalu stress memikirkan Yvonne dan Lisa aku sampai melupakan waktu istirahat"

Ia memutuskan untuk berguling di ranjang ruangan kesehatan, baru saja Sky ingin menutup kedua matanya tiba-tiba ia merasakan pergelangan tangan yang sangat kuat memeluk perutnya dari bawah ranjang, Sky dibuat sesak nafas olehnya. Ia yakin, apapun yang sedang memeluknya saat ini bukanlah manusia melainkan sosok dari mereka

Tiba-tiba kepala dengan wajah menyeramkan tanpa tubuh mendarat tepat di atas perut Sky. Sky berteriak kencang begitu mendapati bola mata yang menggelinding dari kepala yang sedang berada di perutnya saat ini. Ia memutuskan untuk memejamkan mata

Seberapa keras dirinya memberontak dari pelukan arwah itu tetap saja hasilnya nihil. "Matilah"

Telinganya merekam dengan jelas suara sosok yang ia yakin saat ini sedang berada di sampingnya. Demi apapun ia melupakan fakta bahwa saat ini kalung ruby yang menjadi pelindungnya itu tidak ada apa-apa lagi baginya

Ia juga melupakan fakta bahwa jiwanya sudah ditargetkan oleh iblis untuk di bunuh. Sky memejamkan matanya erat berharap bahwa ini semua adalah mimpi, tiba-tiba suara serak menganggu indera pendengarannya

"Sky, kau tak apa-apa?"

Sky membuka kedua kelopak matanya dengan cepat dan mendapati Arthur sedang berdiri di samping ranjangnya, menatap gadis itu cemas. Sky bangun dan duduk di tepi ranjang, keringat yang bercucuran dari pelipis menandakan bahwa dirinya sedang merasa tidak baik-baik saja

"Kau bermimpi buruk?"

Sky menatap Arthur yang juga sedang menatapnya, ia menoleh ke arah nakas yang memperlihatkan sandwich favoritnya berada di atas sana. "Jadi itu semua hanyalah mimpi? Kenapa rasanya begitu nyata?"

"Tampaknya kau baru saja mengalami mimpi buruk?" Sky mengangguk. "Berikan aku air"

"Minta yang sopan" mendengar perkataan Arthur membuatnya menjadi jengkel dan melupakan kejadian barusan. Sky memutar kedua bola matanya malas kemudian memasang senyuman manis yang dipaksakan, "Kakak tingkat yang terhormat, tolong ambilkan aku air, terimakasih"

Arthur tertawa kencang dan mengambilkan botol minuman yang baru saja ia beli dari kafetaria kemudian memberikannya pada Sky. Sky mengambil botol minuman itu, membukanya lalu meminumnya dengan cepat.

"Aku sudah berencana untuk mencari pembunuh Yvonne dan Lisa daripada mencari iblis itu" ujar Sky mantap

"Kau gila?"

Sky mengalihkan pandangannya ke arah Arthur dengan tatapan ketus. "Jika aku memang gila kau bisa apa?"

Arthur menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku adik kelasnya ini. Kemudian ia berjalan mendekati dinding, bersandar pada dinding dan memasukan salah satu tangannya ke dalam saku celana. "Sebentar lagi sekolah akan mengadakan dua acara perkemahan. Pertama perkemahan biasa, kedua perkemahan musim panas, biasanya yang terakhir diadakan ketika kami sudah lulus"

"Darimana kau tau tentang hal itu? Ah, atau jangan-jangan kau menguping pembicaraan guru, ya???" ujarnya sambil menatap Arthur dengan tatapan curiga

"Tidak. Aku tidak akan melakukan hal serendah itu" sangkal Arthur.

"Lalu?"

Arthur mendekat dan mencodongkan tubuhnya ke arah Sky yang masih terduduk di ranjang, membuat gadis itu spontan memundurkan tubuhnya kebelakang. "Itu bukan urusan anak kecil" ujarnya lalu kembali berdiri tegap dengan memasukan kedua tangan di saku celana

Sontak Sky berdiri lalu menatap Arthur dengan tatapan kesal. "Siapa yang kau maksud dengan anak kecil? Aku ini sudah besar asal kau tau"

Arthur memasang wajah memikir kemudian mengangguk. "Ya, kata orang, yang lebih tua harus mengalah kepada yang kecil."

"Hei. Arthur sinting!"

"Sssttt, ini ruangan kesehatan. Dilarang membuat keributan" setelah mengatakan hal itu, Arthur melangkah ke arah keluar sambil menertawakan Sky yang merasa kepalanya akan meledak jika berhadapan dengan Arthur

"Dasar brengsek"

•••

Saat ini seluruh murid sedang berada di lapangan sekolah. Mereka sedang mengantri masuk ke dalam bus sesuai dengan nomer urutan masing-masing. Sky merasa tidak nyaman akan sesuatu, ia meraba-raba hoodie nya, mencoba mencari ponsel nya namun tidak menemukan benda persegi panjang mahal itu

Selena yang melihat kejadian itu segera berjalan mendekati Sky, "Kamu sedang mencari sesuatu?" tanya nya pada Sky yang sedang meraba-raba hoodie serta baju dan kantong celananya

"Eh, iya. Aku melupakan ponselku. Apa jangan-jangan itu ketinggalan di rumah?! Aku harus bagaimana ini? Bus nya akan berangkat 20 menit lagi" ujar Sky khawatir.

Masalahnya perjalanannya dari sekolah ke rumah memakan waktu dua puluh menit, belum lagi ditambah menaiki tangga dan menelusuri rumah nya yang kelewat luas itu, lalu kembali lagi ke sekolah. Butuh waktu satu jam bukan?

"Selanjutnya kelas 1.5, 2.5, 3.5. Silahkan pilih nomer urutan kalian" ujar Beatrice sambil menatap murid nya satu persatu

"Kak Selena, apa kakakku sudah tiba di sekolah?" tanya Sky dengan raut wajah cemas, bukan cemas karena memikirkan Kirei melainkan cemas memikirkan ponsel dan waktu

Selena mengangguk, "Iya, dia Presiden Siswa jadi dia tiba pada pukul lima pagi tadi"

"Ah, bagaimana ini?" ujar Sky frustasi sambil mengacak-acak rambutnya

Beatrice menangkap perilaku Sky, guru perempuan itu berjalan mendekati Sky dan Selena lalu berkata, "Skylar, kenapa kau tidak mengambil nomer urutan?"

"Selamat pagi Miss Beatrice" sapa Selena dan Sky sambil menunduk sedikit secara bersamaan. Sky tersenyum canggung kemudian berkata, "Ponsel ku ketinggalan hehe..." ia menyengir

Beatrice yang melihat perilaku ceroboh dan tidak disiplin oleh Sky itu hanya menggelengkan kepalanya. "Ngomong-ngomong tadi Arthur mencarimu, apa kau punya masalah terhadapnya?"

"Tidak kok, kami hanya berteman" ujar Sky. Sedetik kemudian otaknya berpikir keras memikirkan perkataannya tadi, berteman? Yang benar saja. Ujarnya dalam hati

"Oh, kalau begitu semoga kalian berdua satu bus. Aku akan pergi ke sana" ujar Beatrice lalu pergi meninggalkan Selena dan Sky

Selepas kepergian Beatrice, Sky menampilkan raut wajah jijiknya. "Hell, yang benar saja. Satu bus dengannya? Aku tidak yakin hidupku akan tenang"

Selena yang mendengar perkataan Sky tertawa kecil. "Tampaknya kau tidak begitu menyukainya"

Sky mengangguk, "Bukan tidak menyukai tetapi sangat sangat tidak menyukainya"

"Kenapa? Arthur adalah orang yang baik, selain itu dia tampan, pintar, berbakat, berasal dari keluarga terpandang, dia memiliki segalanya termasuk sekolah ini" ujar Selena santai. Sky menyadari ada sesuatu yang janggal dari perkataan Selena, "Termasuk sekolah ini?" ujar Sky mencoba memastikan bahwa ia tidak salah mendengar sesuatu

Selena mengangguk, ia menyembunyikan kedua tangannya di belakang badannya lalu berkata, "Ya. Keluarga nya pemilik sekolah ini, apa kau tidak tau tentang hal itu?"

Sky tertawa kencang membuat beberapa murid menoleh kearahnya. Selena mengerutkan dahinya bingung kemudian menutup mulut Sky menggunakan tangan kirinya, "Apa ada yang salah? Mengapa kau tertawa?"

Sky menghentikan tawaannya kemudian berkata, "Apa kakak sedang bercanda? Mana mungkin keluarga laki-laki brengsek itu pemilik sekolah ini"

Selena menghela nafas, "Kau masih terlalu kecil untuk mengerti semua ini Skylar. Tetapi aku serius dalam mengatakan bahwa sekolah ini adalah milik keluarganya, apa kau tidak menyadari hal itu?"

Sky terdiam. "Mengapa semua orang selalu memanggilku anak kecil? Padahal aku sudah dewasa saat ini" sebenarnya otaknya saat ini sedang memikirkan sesuatu, benar. Sky menyadari sesuatu tentang Arthur

Mulai dari awal pertama kali mengenal laki-laki itu, Sky sudah menilai bahwa Arthur berasal dari keluarga yang kaya. Lalu tingkah lakunya yang seakan-akan menguasai sekolah bersama dengan anak-anak Royal King, dan juga keberadaanya dimana-mana, termasuk di acara pesta perayaan ulang tahun perusahaan ayahnya kemarin

Sky tahu bahwa perusahaan ayahnya tidak akan menerima sembarang perusahaan, terlebih lagi perusahaan itu sudah sukses. Ayahnya hanya akan memilih bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan sukses dan besar saja, oleh karena itu ia bisa melihat keberadaan Arthur di acara pesta kemarin

Dan juga, "Eum, Kak Selena. Apakah kau tau sesuatu tentang Arthur? Misalnya tentang ia berperilaku aneh seperti mengobrol sendiri atau menatap ke arah ruangan kosong?" Selena mengerutkan dahinya bingung, "Kenapa bertanya begitu?"

Dengan mendengar jawaban dari Selena saja Sky sudah tau bahwa jawaban nya berbanding terbalik dengan apa yang dibayangkan olehnya. Lalu, bagaimana Arthur bisa tau sesuatu tentang hal-hal gaib?

"Tentu saja begitu. Arthur adalah indigo"

Perkataan Selena kembali membuat Sky menatap terkejut ke arah wanita cantik di sebelahnya itu, "Apa? Jadi itu benar?"

"Benar apanya?"

"Begini. Kau tau dari Kak Kirei bahwa aku adalah indigo bukan? Sewaktu itu aku bertanya langsung kepada Arthur tentang dirinya yang indigo itu iya atau tidak, tetapi dia malah diam mengacuhkanku"

"Lalu, kenapa kau tampak senang mengetahui faktanya?" tanya Selena padanya

"Iya juga, kenapa aku tampak begitu senang? Aku merasa ada yang aneh pada diriku. Sepertinya ini adalah efek karena kehilangan ponsel, Kak Selena... Aku harus mengambil nomer urutanku"

To Be Continue...