webnovel

Bab 1

Unedited

Daniel membuka matanya kemudian langsung menutupnya kembali. Kepalanya terasa sakit akibat hangover kemarin. Alkohol sialan. Merasakan ada sesuatu yang hangat memeluknya dari samping, diapun membuka matanya lagi. Mencari asal kehangatan tersebut.

Shit.

Shit. Shit. Shit. Shiiiitttt. F*ck !!

Dia memaki pelan. Takut wanita yang sedang tertidur pulas disebelahnya terbangun.

Sialan, kok bisa? Siapa juga ni cewek? Pikirnya.

Daniel jarang sekali tertidur dengan para wanita yang memuaskan kebutuhannya sebagai laki-laki. Kalian tahukan maksudnya? Ya, dia akui kalau dirinya bisa dibilang bajingan. Okay, okay. Bukan bisa dibilang, tapi memang bajingan. Tapi walaupun dia bajingan, dia tidak pernah memaksa wanita untuk memuaskan kebutuhannya itu.

Woman. They do it willingly. Mereka melakukannya dengan sepenuh hati. Tanpa keterpaksaan.

Cheers to the face and stattus.

Yup, wajah dan statusnya membuat Daniel mendapatkan wanita dengan gampangnya. Hahhahaaha

Daniel juga bukan tipe pria, one-night-stand. Cinta satu malam. Dia lebih ke tipe, fuck-and-leave em'. Paham maksudnya?. Artinya, begitu kebutuhannya sebagai laki-laki sudah terpenuhi, hal selanjutnya yang dia lakukan yaitu pergi meninggalkan wanita tersebut. Bukan tertidur seperti ini. Jadi, bagaimana dia tidak terkejut begitu mendapati ada seorang wanita sedang tertidur di sampingnya.

Okay, tarik napas dalam-dalam dan hembuskan. Ulangi sekali lagi. Tarik napas dalam-dalam, hembuskan.

Daniel berusaha menenangkan pikirannya.

Ting..

Tiba-tiba dia mendapatkan sesuatu yang cemerlang. Kalian pernah melihat di TV ketika ada seseorang yang sedang berpikir keras dan tiba-tiba muncul bola lampu di atas atau samping kepalanya? Yup, begitulah yang di alami Daniel sekarang.

Dia berdoa dalam hati berharap apa yang dipikirkannya terjadi.

Please, please, please.

Dengan jantung yang sedang berdetak dengan cepat, dia mengangkat selimut yang menutupi dirinya dan wanita tersebut.

Owwww, f*ck !!

Perutnya tiba-tiba mual begitu mengetahui dia dan wanita yang tidak diketahuinya, sama sekali tidak memakai selehai pakaian pun di bawah selimut yang sedang menutupi mereka berdua.

Harapannya kandas. Dia memang yakin akan mendapati hal tersebut. Tapi apa salahnya-kan berharap?

Daniel mengernyit. Berusaha dengan keras mengingat apa yang terjadi semalam. Setelah dia habis menjenguk Brandon, dia pergi ke kelab untuk menghilangkan rasa frustasinya. Frustasi dengan apa yang menimpah sahabat baiknya.

Mengingat Brandon, membuatnya sangat sedih. Sudah empat hari Brandon terbaring di rumah sakit. Sudah empat hari juga Brandon tidak sadarkan diri.

Karena terlalu banyak minum, ingatannya hanya samar-samar. Dia sedikit mengingat mengajak seorang wanita ke hotel dan having s*x.  Buktinya sudah ada dan sedang tidur di sebelahnya sekarang.

Dia memutuskan untuk pergi dan meninggalkan pesan kepada wanita tersebut.

Syukurlah dia memakai pengaman semalam. Dia takut karena di butakan oleh napsunya yang tinggi, sampai-sampai dia tidak memakai pengaman. Dan, bam. Dia menghamili anak orang.

Paranoid. Yup, dia memang takut kalau hal yang terjadi pada Brandon sahabatnya terjadi juga kepadanya.

Eits. Bukannya Daniel tidak menyukai Sarah atau tidak setuju Brandon dengan Sarah. Sumpah, Sarah dan Brayson merupakan hal terindah yang terjadi kepada temannya itu.

Dia hanya belum siap untuk menikah. Apalagi punya anak. Tapi, kalau anaknya seperti Brayson, mungkin dia akan berpikir dua kali.

Mengingat anak temannya itu

membuat Daniel mendesah.

*********

"Lo kemana aja semalem? Gue telponin nggak nyambung mulu. Ngapain juga lo di hotel? Kok lo bau alkohol si?" Tanya Ferrel dengan tatapan menyelidik dan tidak suka begitu Daniel masuk ke dalam mobilnya.

Karena masih hangover, Daniel minta tolong pada Ferrel untuk menjemputnya di hotel. Mobilnya ditinggalkan di parkiran. Nanti menejernya yang ambil. Dia sedang dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk membawa mobil.

"Bisa diam nggak lo? Kepala gue sakit" Jawab Daniel menutup mata sambil memijit pelan pelipisnya.

Ferrel mendengus tidak senang  kemudian menjalankan mobilnya. Keheningan menemani mereka sepanjang jalan. Daniel tahu kalau Ferrel memahami perasaannya sama seperti Daniel memahami perasaan Ferrel. Mereka berdua sedang memikirkan sahabat mereka. Ferrel dan Angga juga sangat terpukul begitu mengetahui kondisi Brandon.

Mereka bertiga tidak pernah menyangka kalau penggemar mereka bisa berbuat hal yang sangat mengerikan seperti itu.

"Lo mandi, habis itu kita cari makan baru ke rumah sakit lagi. Gimana? Ato lo ada janji?" Ucap Ferrel terdengar membuka percakapan.

"Oke" Jawab Daniel pendek. Tenaganya belum sepenuhnya kembali.

"Angga barusan sms gue, dia baru nyampe dirumah sakit" Tambah Ferrel pelan.

"Hmmm" Gumam Daniel.

River flows in you dari Yiruma menemani perjalan mereka. Daniel menutup mata dan bersatu dengan irama musik tersebut. Tidur.

Ferrel membangunkan Daniel ketika sampai di depan gedung apartement Daniel. Setelah selesai mandi, mereka berdua singgah makan di restoran jepang karena Ferrel ingin makan sushi.

Daniel, Ferrel dan Angga tiap hari selalu menjengkuk Brandon. Mereka berharap keberadaan mereka di rumah sakit bisa membantu Brandon untuk cepat sadar.

Ketika Daniel dan Ferrel masuk ke dalam kamar Brandon di rawat, dia melihat Angga dan seorang wanita, duduk disamping kanan dan kiri Brandon. Dia tidak bisa melihat wajah wanita tersebut karena sedang duduk membelakanginya.

"Sarah kemana, Ga?" Tanya Ferrel pelan dan berjalan ke arah Angga.

Daniel mengikuti Ferrel dari belakang tapi dia memilih berdiri di belakang wanita yang sedang duduk membelakanginya.

"Sarah lagi pulang mandi sebentar" Jawab Angga.

"Ey, Rin. Pakabar lo? Tambah cantik aja sekarang" Ucap Ferrel pada wanita yang masih membelakangi Daniel.

"Gak berubah-berubah aja lo, Fer. Kabar baik. Lo gimana?" Dari ucapan wanita tersebut dia terdengar  mengenal Ferrel dengan baik.

"Lo berdua kenal?" Tanya Angga yang pertanyaannya sama dengan pertanyaan Daniel dalam hati.

"Lah, emang gue nggak pernah bilang kalo gue kenal Erin?" Ferrel mengggaruk kepalanya bingung.

"Gak pernah, setan" Balas Angga.

"Oopss sorry. Lo pada tau kan kalo gue temenan sama kakaknya, Sarah? Berhubung gue temenan sama Reno, gue sering main ke rumah mereka. Si Erin ini temennya Sarah. Dulu waktu dia SMA, dia sering main ke rumah Sarah. Ya, gue kenalnya dari situ" Jelas Ferrel Santai.

Wanita yang namanya ternyata Erin dari penjelasan Ferrel tiba-tiba tertawa.

"Ya amplop. Lo kok nggak bilang-bilang sih kalo kenal Erin dari dulu? Kalo gue tau temen gue kenal baik sama Erina Davika, udah gue minta dikenalin dari dulu, kamfreett" Balas Angga menggelengkan kepalanya tidak percaya.

Erina Davika? Kok namanya nggak asing sih? Gue dengernya dimana ya?

Penasaran dengan sosok Erina Davika, Daniel memakai satu-satunya cara mencuri perhatian wanita yang masih tertawa itu.

"Ehem.. Ehemm"

Begitu mendengar ada suara dari belakangnya, Erina langsung berbalik menatap Daniel.

Mata Daniel melotot selama beberapa detik karena kaget. Satu hal yang bisa dikatakan Daniel tentang Erina yaitu flawless. Sempurna.

Daniel melihat bahwa Erina sempat meliriknya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Daniel tersenyum bangga mengetahuinya.

Ahhh, begitu ternyata. Ucap Daniel dalam hati.

"Daniel" Daniel menjulurkan tangan kanan-nya mencoba memperkenalkan dirinya sambil memperlihatkan senyum terbaiknya.

Entah kenapa, Daniel ingin terlihat semenarik mungkin di mata Erina. Dia ingin memberi kesan baik kepada wanita cantik ini.

"Erina" Erina tersenyum menjabat tangan Daniel.

Tangan. God. Tangannya halus banget, putih lagi. Gue rela gak nyuci tangan gue ini seumur hidup.

"Ehem.. Ehemm"

Suara dehaman dari Angga dan Ferrel, menyadarkan Daniel kalau dia ternyata sudah lumayan lama menggenggam tangan Erina.

"Maaf" Ucap Daniel tersipu malu.

Goblok banget si lo, Dan.

Erina hanya tersenyum kepadanya.

"Ada apa ini?" Sarah masuk sambil  membawa bunga.

Gak ada apa-apa, Sar. Gue rasa, gue jatuh cinta pada pandangan pertama sama temen lo. Ucap Daniel dalam hatinya.

******