Senja dilangit Surabaya. Jingga menggelayut mengiringi sang surya kembali ke peraduannya. Sepasang mata menatap hampa indahnya senja yang menyejukkan jiwa. Di balik jendela sebuah gedung pencakar langit kota Surabaya sepasang itu masih saja memandang hampa. sesekali mata itu memandang layar monitor komputernya dan menarik nafas dalam. Entah hembusan ke berapa. Tarikan nafas itu berat dan dalam seolah berat beban dipundaknya.
Dia adalah Safiya Anggraini Wijoyo gadis hampir 23 tahun yang sedang bekerja disebuah bank swasta besar milik anak negeri.
" Bu Fiya kenapa? " sapa seorang wanita separu baya yang dari tadi memperhatikan gerak gerik fiya dengan heran.
" Gak papa bu April. Sedang bingung ngatur jadwal. Biasa orang Sibuk." jawab Fiya sekenanya tetap dengan gayanya.
Bu april sebenarnya bingung dengan sikap atasannya itu. Ia tahu betul walaupun Fiya usianya jauh dibawahnya tetapi soal pekerjaan di tidak akan pernah mengeluh. Bahkan Fiya bisa di posisinya sebagai Regional Operation Manager di usianya yang belum 23 tahun bukan karena kebetulan tetapi memang karena kemampuanya. Disaat remaja seusianya masih menikmati masa bermainnya Fiya lebih suka disibukkan dengan pekerjaannya, Baik di Kantor maupun bisnis sampingannya. Selama hampir 4 tahun sebagai rekan kerja Fia dia tidak pernah melihat Fiya sebingung ini apapun masalahnya. Bahkan Bu April selalu keheranan dengan ide - ide yang Fiya sampaikan saat ada masalah. dan akan selalu berhasil. Terkadang ia malu. Untuk pengalaman ia lebih lama tetapi Fiya lebih tau apa yang harus dilakukan.
" Ah sudahlah. Pasti ada masalah lain. Nanti pasti cerita seperti biasanya. " Gumam Bu April sembari meninggalkan ruangan atasanya.
Di balik pembatas kaca ruangan Fiya semua staffnya sedang memperhatikan sikap atasannya yang terlihat mondar-madir duduk berdiri dan sesekali menarik nafas sangat dalam dan berat. semua bawahanya berspekulasi. Apa yang terjadi? Sebesar apapun masalah yang dihadapi selalu tenang, Ceria walaupun tetep staffnya akan mendapatkan sedikit imbasnya.
Dua jam berlalu jam didinding menunjukan pukul 17:20 sudah waktunya pulang kantor. Biasnya dihari Jumat seperti sekarang ini kantor akan cepat kosong karena para karyawan bersuka cita menyambut weekend tapi tak seperti Jumat ini, tak seorangpun Staff Regional Operasional Bank M berajak dari meja kerjanya. Mereka saling pandang dengan semburat wajah cemas menghawatirkan apa yang terjadi pada atasan mereka. Fiya memang berwatak keras. tapi dalam memimpin dia selalu bisa merangkul semua staffnya. Hal ini lah yang membuat mereka saling dekat dan saling menyayangi layaknya sebuah keluarga.
Lift lantai 3 Gedung Regional Timur Bank M terbuka. Semua penghuni lantai 3 masih pada posisi mereka masing-masing. Heran dengan yang terjadi seorang pemuda melangkah keluar dari lift dan masuk ke ruangan Operation Regional.
" Lho belum ada yang pulang". sapa Agung. Pria Muda yang tampan ini adalah Manager IT di perusahaan tersebut. Agung memecahkan keheningan ruangan operational.
" Eh Mas Agung. bikin kaget saja". jawab Bu April dan diamini yang lain dengan anggukan.
" Dari tadi Bu Fiya kayak uring-uringan sendiri mas. Apa ada yang gawat? Kok gak cerita? Gak kayak biasanya. " tambah Bu April menunjukkan kekhawatiran sambil terus memandang ke arah Ruangan Fiya.
" Udah gak papa bu, ibu dan yang lain pulang saja biar Fiya saya yang urusin. lagi PMS kali." jawab Agung santai sambil tersenyum dan melangkah ke ruangan fiya berbeda dengan ketegangan yang terjadi di ruangan itu. Agung memang salah satu orang terdekat Fiya, Agung Dan Fiya adalah anak muda yang sukses di perusahaan itu. jika fiya sudah berhasil menjadi manager diusia yang belum genap 23 tahun Agung juga sudah menjadi manager diusia 26 tahun mereka berdua manager muda diperusahaan itu tetapi dengan prestasi yang tidak kalah dengan yang tua. Mereka berdua bahkan mendapat julukan prince dan princessnya perusahaan. Terdengar Alay, tapi itu lah mereka.
Setelah dipersilahkan pulang oleh Agung, Bu April dan yang lainnya segera bergegas pulang karena memang sudah waktunya pulang dan mereka tidak ingink menggangu Agung dan Fiya. dikantor mereka sudah terkenal sebagai pasangan. Mereka selalu kompak dalam bekerja maupun urusan pribadi. Jika ditanya mereka akan menjawab hanya teman. Tapi entahlah hanya mereka dan rumput yang bergoyang yang tau.
tok tok tok. suara pintu ruangannya di ketuk. Fiya tidak bergeming. ia masih saja menatap layar monitornya. Menatap sebuah nama yang begitu familiar untuknya.
RANDOWN ACARA
REUNI AKBAR
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Universitas S
Sarasehan Alumni
Pembicara :
Syarif Hidayat - Matematika
Herlambang Bagaskara - Biologi
Firly Mahendra - Kimia
Safiya Anggraini - Fisika
Ada namanya sebagai pembicara. Fiya bingung. terbayang kembali luka lama 4th yang lalu. Reuni pertama nya sebagai Alumni Fisika.
Awalnya dia sangat bangga dengan S.Si yang ia sandang. kembali ke surabaya setelah menghabiskan 3th yang indah di Solo kota yang sangan dicintainya. Tapi semua tidak seperti yang diharap kan. Ketika Fiya bertemu dengan Dinda. Teman seangkatan dan rival terbesarnya. dari awal mereka bersaing dalam segala hal. Nilai, tugas, Asisten Dosen bahkan dosen pembimbing pun mereka berebut.
" Hai Lulusan terbaik," teriak Dinda kala Fiya tiba di depan gedung jurusannya.
" Lulusan terbaik, Cumlaude, Lulusan termuda buat apa gak guna, mana fisika yang dibanggakan. susah susah kuliah eh cuman jadi pegawai bank. " tambah dinda dengan tawa yang dapat didengar jelas oleh fiya. Ia tau kalo yang di maksud adalah dia. Hati Fiya hancur kala itu. apa yang disampaikan Dinda memang benar tapi yang tidak Dinda pahami perjuangannya di posisi ini di usia 18 tahun dia harus berjuangan melawan para pesaingnya saat interview apalagi dengan tittle nya yang tidak umum. Mendapatkan Posisi sebagai Customer Service kala itu juga menjadi kebanggaan untuknya. Tapi semuanya terasa tak berguna saat itu.
Dinda diterima bekerja di Batan sebulan yang lalu. Apa yang di capai Dinda adalah impian banyak temannya. Dengan bangga Dinda menceritakan bagaimana dia bekerja.
Dalam bahagia Dinda itu Fiya hanya bisa tertunduk melihat semua orang memperhatikannya dan membicarakan pekerjaannya. Fiya yang datang dengan kebanggaan berharap akan menjadi kenangan kini pulang dengan lara hati. Hal itulah membuat Fiya terpuruk tidak pernah lagi mau mendengar berita atau apaun tetang almamaternya tersebut.
Ketika titik tak memiliki koordinat ia hanya sebuah himpunan kosong dialam semesta. Tuhan menciptakan titik yang akan selau dilengkapi dengan koordinat karena itu ia ada. Satu titik tidak akan merubah semesta tetapi titik menbentuk garis, ketika garis membentuk bidang dan bidang membentuk ruang ketika itu semesta ada. <br data-mce-bogus="1">
- Just Call Me To -<br data-mce-bogus="1">
Hai Readers....
Saya mencoba untuk menulis lagi. Semoga dapat menjadi teman readers semua. Feel Free untuk saran dan kritik. Saya masih pemula
thank you