webnovel

ch 2: Eidelweis van Elter

~Anni pov~

Sang mentari telah menampakkan sinarnya. Suara alarm senantiasa membangunkanku ketika jam menunjukkan pukul 05.00 pagi. Ku terbangun lalu mematikan suara alarm. Dengan menahan kantuk, aku menuju ke kamar mandi.

"Hei Anni, kenapa malah bangun jam segini, bukannya sekarang giliranmu membuat sarapan?"

"Oh iya, aku lupa kak, biar aku buatkan sekarang." Kataku sambil tertawa kecil.

"Gak perlu, kakak sudah masak." Lanjut kakak dengan ekspresi jengkel.

Aku pun meneruskan langkahku menuju kamar mandi sementara Kakak menyiapkan peralatan makan di atas meja.

"Ayah kemana kak?" tanyaku setelah selesai mandi.

"Apa kau lupa, ayah kan ada pertemuan di puri tadi malam, katanya sih akan ada tamu."

"Oh iya ya, aku lupa." Kataku.

"Sudah, cepat bersiap-siap sana, dan jangan lupa menghabiskan sarapanmu."

"Iya kak." Aku langsung menuju ke kamar.

Setelah makan, aku pun berangkat ke sekolah. Aku adalah seorang siswi kelas 10 di akademi sihir Mouriara. Sub kelas ku adalah penyihir penyembuh.

Tak butuh waktu lama, aku pun sampai di depan gerbang. Ku lihat disekelilingku beberapa murid mulai berdatangan. Lonceng tanda bel masuk berbunyi. Karena merasa sudah terlambat, aku langsung berlari menuju ke kelas. Sesampainya di kelas, aku langsung duduk di tempat dudukku.

"Tumben telat, biasanya kau datang lebih awal daripada aku, emang ada apa di jalan?" Tanya seseorang.

"Eh Mei, tumben kau datang lebih awal, biasanya kau yang sering terlambat." Balasku.

"Iiiiih... Jawab dulu dong pertanyaanku." Ia merasa jengkel. "Eh, ngomong-ngomong kamu udah tau belum, katanya akan ada murid baru lo, dan ada yang bilang kalau ia itu seorang elf." Lanjut Mei.

"Waduh, mulai lagi deh ngegosipnya, udah duduk sana." Kataku.

"Yee, aku kan cuma memberi tahu." Gumamnya lalu ia duduk di bangkunya.

Tak lama kemudian, wali kelas kami pak Edmund datang. Seorang gadis bertudung mengikuti di belakangnya.

"Selamat pagi anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru, nah perkenalkan dirimu." Ucap pak Edmund. Gadis itu membuka tudungnya dan maju satu langkah kedepan. Ternyata benar kata Mei, gadis itu bertelinga runcing, memiliki warna mata yang tidak sama, dan berambut coklat.

"Perkenalkan namaku Eidelweis, umurku 16 tahun, margaku adalah Roshwood dan Elter, dan aku adalah seorang elf." Ucapnya. Salah satu dari siswa mengacungkan tangan.

"Maaf jika pertanyaanku menyinggungmu, apakah telingamu itu asli?"

"Iya, telinga ini asli, kalian semua boleh menyentuhnya jika kalian tidak percaya." Jawabnya sambil tersenyum.

"Heeeeee....." Lantas semua orang yang ada di kelas pun terkejut. Kami benar-benar tidak menyangka bahwa ras elf itu benar-benar ada.

"Tunggu, kamu punya 2 marga?" Tanyaku.

"Iya, memangnya kenapa?" Balas Eidelweis.

"Ya....menutku itu adalah hal yang tidak wajar, aku cuma ingin tau aja." Ucapku padanya. Ia hanya menanggapi dengan senyuman.

"Eidelweis, silakan duduk disebelah Lesfia." Kata Pak Edmund sambil menunjuk bangku di sebelah Lesfia.

"Baik pak." Ucap Eidelweis lalu ia duduk di sebelah Lesfia. Tak lama kemudian, pelajaran pun dimulai.

~Lesfia pov~

"Hei, apa namamu Lesfia? Perkenalkan aku Eidelweis." Ucap murid baru itu sambil mengulurkan tangan kanannya.

"Iya benar, tapi maaf, aku tidak punya tangan kanan, tangan kananku sudah lama terpotong karena suatu insiden, kalau bisa gunakan tangan kiri saja."

"Owh, maaf." Ia mengulurkan tangan kirinya.

Tak terasa waktu istirahat pun tiba. Aku langsung menuju ke tempat biasa. Saat di koridor, aku berpapasan dengan salah satu orang yang terkenal memiliki sifat yang dingin. Ia juga jarang bahkan tidak pernah berinteraksi dengan murid yang lain.

Kami hanya bertatapan sejenak dan melanjutkan langkah kami. "Aduh...." Sepertinya ada seseorang yang menabrak sesuatu. Saat aku menoleh, aku melihat ia menabrak tempat sampah yang ada di depan kelas. Aku hanya tersenyum lalu melanjutkan langkahku.

Ku berdiri memandang cerahnya langit dari atap sekolah. Ditemani oleh hembusan angin sempoi-sempoi dan pemandangan kota yang indah.

"Hei Fia, kamu sedang apa disini?" Suara seseorang mengejutkanku.

"Kamu ini membuatku kaget aja, untung nggak jantungan aku." Balasku sambil menoleh.

"Iya maaf, lagian kamu sih, dari tadi ngelamun mulu."

Ternyata yang mengejutkanku barusan adalah Eidelweis. Ia tersenyum kearahku.

"Aku ingin mengenalmu lebih banyak, jadi apa boleh aku minta waktumu sebentar?" Tanya gadis itu.

"Boleh aja, lagian aku juga nggak keberatan." Balasku sambil bercanda.

"Baiklah aku akan memperkenalkan diri terlebih dulu." Ucapnya.

~Anni pov~

Kantin memang tempat yang paling sering dituju oleh para murid pada saat istirahat. Seperti biasanya, aku pergi ke kantin untuk membeli minuman.

"Hei Anni, ayo sini." Panggil salah satu teman sekelasku.

"Enak aja, kamu dong yang kesini, sekali-kali kamu kek yang nyamperin." Jawabku.

"Iya-iya, yaudah aku kesana dasar bawel." Balasnya. Ia menghampiriku dengan membawa segelas minuman. Tiba-tiba ia tersandung dan jatuh ke arahku.

"Kyaa...." Jeritku sambil menutup mataku. Lalu perlahan kubuka mataku. Aku pun terkejut, semuanya diam bagaikan patung, bahkan minuman yang tumpah kearahku malah mengambang di udara.

*****

Hari itu, waktu di seluruh kota terhenti. Hanya penyihir tertentu yang tidak terkena dampaknya.

Di puncak menara jam akademi Mouriara, berdirilah seorang gadis dengan menggunakan gaun kerajaan berwarna hijau tua. Di pinggangnya tersarung sebilah pedang estoc dan sebilah pedang rapier. Ia menggunakan tudung berwarna merah marun dan menggunakan sebuah topeng.

Dari akademi Mouriara, terdapat 20 penyihir yang tidak terpengaruh. Mereka secara spontan menuju ke lapangan di depan menara jam. Karena tempat itu adalah pusat waktu dari akademi Mouriara itu sendiri.

Gadis itu tersenyum lalu meloncat turun dari puncak menara jam.

*****

~Lesfia pov~

Gadis itu berdiri di depan kami semua yang sedang kebingungan. Kejadian ini memang tidak bisa ku mengerti. Disaat seperti ini Eidelweis juga tiba-tiba menghilang.

"Hai semuanya, perkenalkan, aku adalah orang yang menghentikan waktu di kota ini. Dan jika kalian ingin mengembalikan waktu yang kuhentikan seperti semula, maka kalian hanya perlu melukaiku atau membuatku terdesak. Apa kalian setuju?" Ucapnya sambil menyombongkan diri. Suasana menjadi hening seketika.

"Wah wah, jangan terlalu sombong nona, aku ini tidak sama seperti mereka lo." Jonathan si penyihir peringkat pertama di kelas 10 mulai angkat bicara.

"Baiklah tuan, mungkin anda adalah orang pertama yang akan terkena seranganku, jadi bersiaplah." Ucapnya gadis itu sambil tersenyum.

"Tcih... Sepertinya kau yang akan kalah dalam satu serangan, Zadkiel¹....Niflheim!" Sebuah pedang berwarna biru muda muncul dihadapan Jonathan disertai oleh hawa dingin yang mulai menyebar di udara.

"Baiklah, sepertinya kau sudah siap." Gadis itu menghunuskan rapiernya. Sepertinya aku tidak bisa melakukan apa-apa disini.

"Fia..." Panggil seseorang.

"Anni, Mei..... Kalian juga tidak terpengaruh?" Tanyaku.

"Nanti saja bicaranya, jika Jonathan bertarung, dia tidak akan mempedulikan sekitarnya, jadi kita harus menjauh sejauh mungkin, jika tidak kita semua akan membeku." Jelas Anni.

~Fatih pov~

"Lega banget habis buang air." Ucapku sambil membuka pintu toilet. Lalu aku menuju ke wastafel untuk mencuci tanganku.

Setelah mencuci tangan dan akan mematikan kran air, tiba-tiba air yang semula mengalir mendadak berhenti seperti mengambang di udara. Lalu aku berusaha menutup kran air itu, tetapi sekuat apapun aku berusaha kran itu tetap tidak bisa digerakkan. Dengan spontan aku menuju ke pintu toilet luar. Aku berusaha untuk membukanya, tetapi hasilnya tetap nihil. Gagang pintu itu tidak bisa ditarik.

"Woiiii.... Siapa yang berani mengunciku di kamar mandi... Tolong siapapun yang ada di luar, tolong buka pintunya!..." Aku pun berteriak karena panik.

*****

Keduanya bertarung dengan sangat sengit. Murid-murid yang ada di sekitarnya ikut terkena dampak dari sengitnya pertarungan. 6 orang membeku karena hawa dingin Niflheim, 8 orang yang mencoba melawan malah terkena sihir dari pedang gadis itu. Siapapun yang terkena sayatan atau menyentuh pedang itu maka waktu di dalam dirinya akan terhenti.

Jonathan yang awalnya menyombongkan dirinya sekarang malah kewalahan menghadapi gadis itu. Serangannya yang sulit diprediksi dan karakteristik rapier yang ringan membuat gadis itu unggul dari segi kecepatan. Ia beberapa kali melayangkan serangan beruntun sampai Jonathan terpaksa harus menjaga jarak.

*****

~Anni pov~

"Hadeh.... Jika begini terus Jonathan tidak akan bisa bertahan, dia itu selalu saja merepotkan." Kata seorang kakak kelas yang ada di sampingku.

"Maaf, kakak siapa?" Tanyaku.

"Oh maaf, aku belum memperkenalkan diri, namaku Gabriel, kakaknya Jonathan." Jawabnya sambil tersenyum.

"Owh, jadi begitu salam kenal kak."

"Iya, lagipula aku harus membantu anak bodoh itu, nah..... Gabriel²....fase pertama, Gungnir." Ia memanggil nama sebuah malaikat dan memunculkan beberapa senjata laras panjang yang mengambang di sekitarnya. "Nah sekarang saatnya untuk tembakan beruntun, Schießen." Satu perintah saja untuk menembakkan puluhan peluru ke arah gadis misterius itu.

"Serangan dua arah ya..... Menarik sekali, Time set.... Double accel." Ia mempercepat gerakannya menggunakan sihir pengendali waktu. Dengan kecepatan ganda, ia menangkis semua peluru yang ditembakkan oleh kak Gabriel.

"Jonathan, mundurlah dulu dan pulihkan tenagamu, kami akan membuat pengalihan!"

"Tcih.... Mengganggu saja." Ucap Jonathan. Lalu ia mundur mengikuti perintah kakaknya.

"Hei, 2 murid yang ada disana, apa kalian tipe penyerang jarak dekat, jika iya bisakah kalian gantikan jonathan sementara aku mengisi ulang Gungnir?" Kak Gabriel menunjuk Mei dan Fia.

"Benar." Jawab mereka. "Namun kami tidak bisa gaya bertarung Jonathan." Lanjut Fia.

"Kalau begitu, aku akan mencoba mengenainya di saat-saat terakhir." Ucap seseorang yang mempunyai sifat paling dingin di sekolah. Siswa yang memiliki julukan Dewa Kematian Termuda. Dia adalah Fasma.

"Baiklah, kalian bisa mencobanya dulu, bersiaplah karena dalam hitungan kelima tembakan Gungnir akan berhenti."

"Baik." Jawab mereka serentak. Aku tidak bisa melakukan apapun karena aku bukan tipe penyerang. Satu-satunya cara adalah mengandalkan serangan Fasma.

"Lima...." Kak Gabriel mulai menghitung.

"Datanglah, wahai pelayanku..." Mei memunculkan schyte miliknya.

"Empat..."

"Re creator, redefinition object... Sword class." Lesfia mengambil beberapa batu dan menubahnya menjadi pedang.

"Tiga...."

"Mohon bantuannya, Aqua....." Fasma sudah siap dengan pedangnya yang bernama Aqua.

"Dua..."

Mei dan Fia mengambil ancang-ancang sementara Fasma dibelakang menunggu mereka berdua membukakan jalan.

"Satu..." Suara kak Gabriel bersamaan dengan Gungnir yang berhenti menembak.

_______________________________________________________

1. Nama sihir yang diambil dari nama salah satu Archangel. Kekuatannya adalah mengendalikan hawa dingin di sekitarnya.

2. Nama sihir yang diambil dari nama salah satu Archangel. Kekuatannya adalah melakukan serangan jarak jauh.

~Bersambung~