webnovel

Prolog - Seorang Tuan Muda Misterius

Didalam sebuah Gua ada satu ruangan penuh akan buku tua sejauh mata memandang. barisan rak buku begitu tersusun rapih membentang dari ujung ke ujung.

Tidak ada yang tahu sebanyak apa pengetahuan tersimpan di dalamnya atau seberapa lama itu ditulis.

Bahkan jika seseorang bertujuan untuk membaca semuanya dari saat mereka dilahirkan, maka butuh sekitar 50 tahun untuk dapat menyelesaikan sampai buku terakhir.

Itu pun bila buku-buku itu bisa diakses karna sebagian besar Perpustakaan tertimpa reruntuhan. hanya tersisa 2% dari keseluruhannya.

Itu adalah Perpustakaan Kuno yang tidak seorangpun di dunia ini tahu dari mana asalnya.

Dibalik redupnya cahaya dalam Gua ada satu anak manusia tinggal disana.

Seorang anak kecil duduk pada salah satu bongkahan batu sambil memegang buku tua ditangan kecilnya dengan ekspresi penuh kegembiraan seakan-akan semua hal yang bisa disebut kebahagiaan manusia terpusat pada satu titik. kemudian anak kecil itu berkata.

"Keagungan Ilmu Pengetahuan melebihi apa pun di dunia ini, tidak ada satupun yang dapat menyainginya. "

Tersenyum puas lalu meletakan buku di samping kemudian mengambil satu buku lagi dari sisi satunya.

Tumpukan buku memenuhi sekeliling anak itu.

Membuka buku kemudian membaca, namun ekspresi anak itu mulai berubah, rambutnya menutupi mata tanda bahwa dia mulai kecewa marah dan jengkel.

"Sudah tiga tahun aku mempelajari bahasa kuno demi bisa membaca buku di reruntuhan yang aku temukan secara tidak sengaja. kebanyakan sangat bagus namun selalu ada beberapa hal membosankan"

Berdiri dari posisi duduk lalu kemudian melempar buku ketanah menyebabkan suara bergema di seluruh Gua.

Dunk!..

Tatapannya begitu menakutkan bahkan bisa membuat bayi menangis dalam sekali lihat.

"Sampah, kemurnian Ilmu Pengetahuan tercemar oleh kalimat-kalimat sampah, tidak bisa di maafkan. "

Buku di tanah sebenarnya berisi banyak sekali mantra-mantra sihir kuno yang tidak bisa di temukan siapapun meski harus mencari ke ujung Dunia, seorang penyihir bahkan mau memberi apa pun demi mendapatkan buku kuno jiwa dan raga adalah pertukaran yang murah.

Namun anak ini memandang semua itu dengan tatapan jijik, Entah apa alasannya tapi dia sangat membenci sihir.

Menenangkan diri lalu kembali duduk di atas batu sembaring melihat ke atas langit dan menarik nafas pelan.

Huuuf..

Setelah menenangkan diri anak itu menatap salah satu sisi ruangan yang terdapat Altar disana.

Kristal biru besar berdiri tegak ditengahnya, kristal ini adalah Artefak Kuno dari Zaman yang tidak di ketahui, hanya terisa satu di dunia yaitu didalam Gua.

Memiliki kemampuan untuk dapat memperkirakan potensi seseorang dari berbagai aspek.

Berdiri dari batu lalu berjalan menuju Kristal, cahaya dari sela-sela Goa menerangi pandangan.

Tepat di atas Altar ada lubang besar di atas langit, cahaya keluar dari sana memperlihatkan penampilan anak berambut emas dan mata biru kehitaman, penampilanya sangatlah menawan terlihat jelas bahwa dia dirawat dengan baik layaknya bangsawan.

Segera setelah itu si anak berdiri tepat didepan kristal biru, Dia menunduk menyebabkan rambut menutupi pandanganya.

Perasaan kesal semakin menjadi-jadi ketika menyentuh kristal.

Cahaya biru muncul dari Kristal lalu menyerap sejumlah Aura sihir menyebabkan kalimat-kalimat mulai keluar.

Kalkulasi kemampuan dan potensi.

Ras : Manusia

Usia : 12

Bakat sihir : Sihir Api, Sihir Angin, Sihir Kegelapan

intelligent : 89

Mana : 270/275

Rekomendasi pekerjaan : 7 Jendral Besar Ras Iblis [Greed]

Matanya semakin gelap ketika dia melihat data-data dipermukaan kristal, semakin gelap dan semakin gelap udara di sekitar mulai memanas, batu kerikil mulai berjatuhan.

"Teknologi kuno, suatu teknologi campuran dari sihir dan ilmu pengetahuan benar-benar menjijikan. "

Aura sihir mulai terpusat di tangan kanan si anak lalu lingkaran sihir terbentuk di dekatnya menyebabkan tekanan di sekitar semakin gelap.

"Keindahan Logika dan kerumitan Sistematika, dunia dipenuhi oleh hal itu, tapi mengapa sihir sialan merusak semuanya. "

Dia yang berfikir bahwa kesulitan dan kerumitan akan selalu ada untuk menciptakan suatu kemudahan, namun ke-instanan sihir melewati semua itu.

"Sialan.... Sialan..... Sialan.... Sialan. "

Dengan sekuat tenaga pukulan di ayunkan, layaknya peluru pukulan itu menghantam kristal dibarengi gelobang angin yang menyapu segala sesuatu di sekitarnya menyebabkan ledakan didalam Gua sampai ke atas lubang.

DUARRRR!!!!!! .....

Suara ledakan begitu besar sampai membuat awanpun terbelah karna gelombang angin yang begitu kuat, batu-batu berjatuhan dan Kabut-kabut coklat memenuhi segala penjuru, lubang di atas Altar semakin besar dari yang terakhir kali.

Kristal berubah menjadi pecahan yang berserakan ke segala arah.

Material dengan susunan Atom terpadat di bumi hancur berkeping-keping seperti mentega yang di pukul dengan palu.

Bayangan si anak terlihat dari dalam kabut, dia berdiri sambil sedikit membungkuk.

Namun amarah masih belum reda, dia mulai memperbaiki postur tubuhnya ke posisi tegak kemudian berkata dengan suara keras.

"Sihir, mantra sihir, menjadi penyihir lalu kemudian menjadi seorang petualang, jangan bercanda, dongeng sampah macam apa ini, yang manusia butuhkan adalah ilmu pengetahuan bukannya sihir konyol, akan-ku tunjukan begitu nyamanya ilmu pengetahuan dari pada sihir sekalipun harus menguasai dunia dalam prosesnya. "

Dengan tekad kuat anak itu berjalan keluar Gua bertujuan untuk pulang kerumah.

Namun ketika dia sampai di luar Gua seseorang berpakaian pelayan dan berkacamata menantinya. Dia adalah pelayan anak ini yang memiliki umur tidak jauh berbeda, mungkin sekitar tiga tahun lebih tua.

"Tuan muda-- "

Tetapi tiba-tiba suara gemuru dari belakang Tuan muda membuat si pelayan terkejut, suara itu di sebabkan longsor pegunungan akibat ketidak setabilan di beberapa lokasi, debu-debu coklat menyebar ke segala arah. Gua yang anak itu tempati kini runtuh tertimpa bebatuan.

Mencoba mengonfirmasi sesuatu si pelayan bertanya.

"Apa ledakan itu perbuatan Tuan? "

Tuan si pelayan berhenti, lalu menganguk untuk mengkonfirmasi bahwa dia pelakunya.

"Aku hanya mencoba membersihkan kotoran dari tumpukan berlian tapi malah berakhir seperti ini, maaf megejutkanmu."

Kemudian seakan tidak peduli dia kembali berjalan menjauh.

Si pelayan mengambil nafas dan mengatur posisi kacamatanya lalu setelah itu dia membungkuk hormat.

"Tidak, tidak perlu meminta maaf tuanku. Suatu kehormatan bagi hamba untuk menyaksikan keagungan anda yang bahkan keluarga pahlawan-pun dimasa mudanya tidak bisa melakukan sesuatu sebanyak itu tanpa mengunakan Pedang Suci."

Si Tuan pelayan mendecakan lidahnya dengan kesal penuh akan rasa kecewa. Yang dia inginkan hanyalah pengukuran Sistematis dan teliti, bukan kebodohan tanpa logika.

Oleh karna itu dia bergumam pelan.

"Semua ini karna buku-buku yang kubaca. Sistematika tidak jelas dan Logika tak berdasar, hanya mengatakannya saja membuatku sangat marah. "