Lyra teriak saat Martin merobek gaun pengantin yang ia pakai. Orang itu kenapa bersikap beringas?
Mahal lho gaunnya.
Lyra jadi takut. Hua... ini ia akan habis sungguhan?
MWF apaan!
"Cantik. Bagian dalam lebih menarik dari luar."
Lyra risih dilihat oleh tatapan kurang ajar Martin. Saat ini ia hanya memakai pakaian dalam. Untung sih tanktop tertutup dan hotpants panjang.
Tapi tetap saja masih gugup. Tatapan Martin seperti akan menelanjangi Lyra dalam sedetik.
Hua... harus jadi budak nafsu orang maniak dan hidup Lyra akan menderita setiap saat. Bukannya tenang setelah balas dendam, yang ada Lyra makin tambah gila.
Stres.
"Aku kasih kesempatan buat kamu yang mulai duluan. Kalau tidak, biar aku yang pimpin. Ku peringatkan, kali ini akan ku tunjukkan aku yang sesungguhnya."
Mata Lyra membulat. Martin ada kelainan hubungan intimkah. Seperti sindrom yang menyakiti pasangannya?
Entah itu apa namanya, yang jelas buruk!
"Ka-kau kelainan?"
Suara tawa Martin membuat nyali Lyra ciut. Keringat sudah muncul di sekujur tubuh Lyra. Tamat sudah, ia akan habis ditangan orang aneh ini.
Setelah puas tertawa, Martin pun mendekat ke sang istri. Respon Lyra adalah menjauh.
"Kenapa, kamu takut? Kemarin malam kita sangat panas lho, masa sih langsung nyerah?"
Hua... Lyra ingin pergi!
Apa-apaan nih!?
Nyerah kepalamu!?
"Ya-iyalah, dasar, kamu itu harus berobat kalau ada kelainan."
Ya Tuhan sekarang apa yang Lyra katakan?
Makin tambah aneh.
Sampai tahu-tahu, Martin sudah tiba tepat dihadapan Lyra.
Bugh!
Tuh, kena kan?
Lyra meringis saat refleksnya berhasil mengenai sasaran. Si korban langsung mengaduh sakit.
Berbagai nama hewan dan kata-kata kotor mengalun indah. Nah, drama macam apa yang terjadi sekarang?
Lyra atau Martin yang kalah?
"Maaf, jangan ngamuk. Aku akan tanggung jawab."
Aduh harus gimana?
Mengobati bagian 'itu' pakai kontak P3K atau hal lain...?
Dasar Lyra bodoh!
Lalu dengan bodohnya orang tersebut malah berjongkok. Lebih daripada itu, tangan mungil orang tersebut tanpa sadar mengusap pelan sesuatu yang ia tendang tadi.
Suara aneh Martin membuat Lyra mendongkrak. Sakit?
"Maaf," ujar perempuan itu yang langsung menjauhkan tangannya.
Ia sadar tak baik melakukan hal tersebut. Hell no, ia baru saja menyentuh alat kelamin lelaki!
Bunuh Lyra sekarang!
"Lakukan lagi."
"Ha?"
Saat ini Lyra terlihat seperti orang bodoh. Cukup, orang tersebut terlihat lebih buruk dari yang sudah-sudah.
Ingin cepat, Martin pun meraih tangan Lyra untuk menyentuh lebih keras dari yang awal. Lyra sontak kalut, tamat sudah riwayat Lyra!
"Hua Ibu, anakmu sudah gak polos lagi. Tapi kok rasanya aneh?" gumam perempuan itu, dalam hati.
Lyra meneguk ludah sulit. Bak menyangkut di tenggorokan. Stop, jangan sok polos. Jelas-jelas ia 'migrasi, nomaden, transformasi dan berpindah' dari gelar baik.
Orang polos mana bisa menantang lelaki untuk mengambil keperawanannya?
Gak ada!!!
Sadar!
"Lakukan, aku tak suka menunggu."
Oke, Lyra menyerah. Ia akan belajar memuaskan suami. Mungkin setelah ini ia bisa menarik Martin untuk mau tak mau dekat dengannya.
Itu bagus.
Semoga misi Lyra sukses.
***
Pagi menjelang, seorang perempuan tengah menenggelamkan diri di selimut tebal. Tak ada niat bangkit atau apapun. Padahal sudah bangun beberapa menit yang lalu.
Jangan bertanya soal kondisi, apalagi kalau bukan full naked. Tanda merah keunguan di sekujur tubuh dan alat vital sakit.
Kalau begini, Lyra ngenes tak karuan.
"Sudah, memang gini kok jadi seorang istri. Lebih-lebih orang maniak semacam dia," gumam Lyra dalam hati.
Untuk nama Martin dia samarkan.
Lyra bertekad bangun menunaikan kewajiban sebagai istri. Untuk sarapan pagi harus ia yang menyiapkannya. Walau ada asisten rumah, Lyra tetap ingin ngurus rumah.
Suara ponsel menghentikan pergerakan Lyra. Di layar terlihat nama seseorang yang tak bisa Lyra respon benar.
Perempuan lho!
Aish, awas, Lyra kepengen ngamuk!
Penasaran orang tersebut ngamuk gimana?
Lihat dan pastikan sendiri.
***
"Bangun!"
Monster ngamuk ya memang begitu. Lyra sangat ingin dorong Martin dari kasur biar jatuh tersungkur. Ia puas kalau Martin terluka!
Namun apalah daya, Lyra kurang berani melakukan itu. Ciut, cuma bisa omdo doang.
Kecuali kebo tersebut masih belum bangun. Lyra pastikan akan siram wajahnya biar rada-rada banjir.
Martin menggeliat dalam tidurnya, belum ada niatan untuk bangun. Lyra gemas, sambil tertatih-tatih ia tarik selimut yang orang tersebut pakai.
Kalau lebih dipikirin, lebih pas, bisa narik dari samping. Hanya saja yang Lyra lakukan malah berjalan sampai ke bawah ranjang. Aduh, wahai Lyra.
Itu namanya perjalanan yang diperpanjang.
"Apa-apaan sih, masih pagi tahu. Memangnya kamu gak capek? Semalam kan kita tidur jam tiga."
Benar, Lyra sangat ngenes tinggal bersama orang maniak ini. Walau begitu Lyra akan tabah, baik kurangnya Martin, orang itu sudah jadi suaminya. Yang mana, hubungan mereka saling untung. Simbiosis mutualisme.
"Bangun. Tahu gak, ada orang yang menghubungimu pagi-pagi buta begini. Perempuan simpananmu tuh."
Martin masih kumpulan nyawa, maklum baru bangun tidur. Saat sudah berhasil, ia pun bicara. Manik orang tersebut terus terpejam erat. Enggan dibuka sedikitpun. Martin yakin hari baru jam 05 pagi atau tidak 05.30. kebiasaan bangun Lyra cepat.
Martin tahu kok.
Martin kesal, ia berdecak kesal.
"Ya udah abaikan. Kalau kamu risih, tinggal matiin. Aku mau tidur, terserah kamu pengen ngapain."
Darah Lyra mendidih saat lihat orang tersebut tarik selimut untuk kembali tidur, sedangkan bantal ia pakai untuk tutup kuping. Hey, memangnya Lyra sirine polisi yang buat orang terganggu?
Oke, Martin sendiri yang bilang matikan ponsel, ya sudah. Tak ingin sulit-sulit, Lyra pun langsung ambil ponsel Martin kemudian mengangkat panggilannya.
Ngamuk ke suami gak mempan, jadi beralih ke si peneror.
[Halo, siapapun kamu tolong jangan ganggu Martin. Dia sudah menikah dan aku istrinya yang angkat telepon. Ku peringatkan, ini yang terakhir kali. Jika masih keras kepala, datang ke mansion biar kita saling jambak.]
Tanpa tunggu respon dari si penelepon, Lyra pun langsung memutuskan panggilan. Cukup, ia tahu yang menghubungi tersebut adalah perempuan centil kemarin. Kalau bukan, siapa lagi?
Ah... kepala Lyra pusing. Ia tak biasa tidur lambat. Sekarang, Lyra lihat jam yang baru menunjukkan pukul 06.30. Ya udah gak apa-apa, masih ada waktu untuk masak.
Biar setelah ini Lyra lanjut tidur.
Sepanjang perjalanan Lyra meringis. Sakit pada alat vitalnya sangat menyiksa. Saat hampir sampai dapur, Lyra kembali lihat asisten rumah yang kemarin.
Hal itu membuat Lyra teringat ke perkataan Martin. Benar gak sih orang dihadapannya tersebut sekretaris yang dianggap sebelah mata?
"Permisi," ujar Lyra.
Ia meneguhkan tekad untuk panggil orang tersebut. Siapa tahu bisa ketemu jawaban agar rasa keponya hilang.
"Halo, boleh aku bertanya?"
"Dapur sebelah situ Nona."
Ck, ini 'anak' kok malah bilang soal dapur. Belum juga bertanya, langsung ngomong. Langsung dapat jawaban. Mana gak jelas lagi.
"Bukan Arsy, aku mau tanya. Kamu asisten rumah dan sekretaris Jinan Corp atau bukan?"
Itu adalah kali pertama Lyra bertanya ke laki-laki duluan. Entah bagaimana nantinya. Semoga aja bagus sih.
*****