webnovel

The Left Behind

Menceritakan tentang kisah perjalanan Kim Taehyung yang mencari keberadaan sang eomma hingga mengantarkannya ke ibukota Seoul dimana ia harus bertahan hidup sendirian tanpa ada seorangpun yang ia kenal. Akankah Taehyung berhasil menemukan sang eomma? Sanggup pulakah ia untuk bertahan?

Nocita_Maria · Người nổi tiếng
Không đủ số lượng người đọc
31 Chs

Ch.15: First Meeting

Jangan lupa Vote dan Comment ya. 😉

Happy Reading...

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

♡♡♡♡♡♡♡♡

♡♡♡♡♡♡

♡♡♡♡

Di salah satu rumah sakit besar yang ada di kota Seoul, tepatnya di Rumah Sakit Chunyang. Lampu hijau yang sedari tadi menyala di salah satu ruangan dengan bertuliskan operating room itu akhirnya pun padam. Baru saja keluar dari lintu tadi, seorang namja berkisar 40an dengan mengenakan baju khas operasi dan juga sebuah masker di wajahnya perlahan mulai melepaskan benda yang sedari tadi menutupi wajahnya itu. Setelahnya, si pria pun tampak membuang nafasnya dengan lelah. Jika dihitung-hitung, mungkin ini adalah operasi besar yang sudah ketiga kalinya dia lakukan dalam satu hari ini. Tapi belum pula ia sempat untuk merilekskan otot-ototnya yang terasa kaku, seorang suster dengan bername tag Choi Soyeun dengan langkah kakinya yang tampak tergesa-gesa, segera saja suster itupun menghampiri namja tersebut yang masih berdiri di depan ruangan operasi tadi.

"Mmm Jeon Uisanim?" panggil si suster Choi yang membuat sang empu menoleh padanya.

"Ah nde, ada apa suster Choi?" balas sang dokter yang diketahui berinisial Jeon tersebut.

"Mmm uisanim, mian mengganggu. Tapi uisanim pasien anda Tuan Kim, saat ini diruangannya kondisi beliau kembali memburuk Uisa-nim!!" lapor suster Choi cemas, membuat ekspresi dokter Jeon langsung berubah.

"Astaga, sejak kapan?" tanya dokter Jeon cepat.

"Baru saja uisa-nim!!" jawab suster Choi.

"Kita ke sana sekarang!" ajak dokter Jeon yang segera diikuti oleh suster Choi di belakangnya.

30 menit kemudian di sebuah ruang rawat, di sinilah sekarang Dokter Jeon beserta suster Choi dan seorang lainnya tengah menangani kondisi tuan Kim yang tengah kritis.

"Naikkan tegangannya!!" perintah dokter Jeon mutlak, yang entah sudah untuk ke berapa kalinya sejak 30 menit yang lalu.

"Baik uisa-nim," sahut sang suster yang diperintah patuh.

Begitu di naikkan, lantas itupun segera membuat tubuh tuan Kim kembali mengejang akibat dari efek sebuah alat yang baru saja ditempelkan kembali pada dadanya.

"Kau belum boleh pergi Tuan. Kumohon jangan dulu," pinta dokter Jeon penuh harap, selagi tangannya masih sibuk memegang alat yang disebut defibilator yang digenggamnya saat ini.

Tiit tiit tiit!!

Suara alat mesin EKG, yang akhirnya kembali menampilkan garis bergelombang setelah beberapa saat hanya garis lurus saja tadi.

"Jeon uisa-nim, anda bisa berhenti sekarang!! Denyut jantung tuan Kim telah stabil uisa-nim," lapor suster Choi, dan langsung membuat dokter Jeon menoleh cepat pada mesin EKG di dekatnya.

"Huft ... syukurlah. Ku pikir aku akan kehilangannya tadi tanpa aku sempat mengucapkan terimakasihku terlebih dahulu padanya!" lega si dokter Jeon dalam hati, sembari mulai menjauhkan alat defibilator yang masih ia pegang.

Sementara itu satu orang suster yang sedari tadi bersama dengan mereka, dengan sigappun kembali memasangkan masker oksigen pada tuan Kim yang tampak mulai bernafas dengan normal lagi.

"Ne suster Choi, ku serahkan sisanya padamu. Dan tolong, nanti anda pantau perkembangannya selama 2 jam sekali. Bisakah?" pinta dokter Jeon, setelah sebelumnya sempat menghapus keringat yang mengalir pada dahinya.

"Ah nde, uisa-nim. Serahkan saja pada saya," angguk sang suster sopan, dan membuat dokter Jeon tersenyum lega karenanya.

"Nah tuan, selama saya tak ada, ku mohon anda jangan membuat saya merasa panik kembali eum? Saya akan kembali lagi besok untuk memantau keadaan anda. Sampai besok," pamit dokter Jeon, dan tentu saja tak mendapat balasan sama sekali.

Lain halnya dengan suster Choi yang justru tersenyum menanggapi sikap dokter Jeon tersebut. Karena ini sudah menjadi kebiasaan sang dokter, untuk selalu berkomunikasi dengan tuan Kim yang telah lama terbaring sejak berapa tahun silam.

-

-

-

-

-

Di tempat lain, kini Taehyung tengah berusaha beradaptasi dengan rumah barunya. Mendapat jatah menjadi teman sekamar dengan Joshua dan Bam bam, Taehyung memilih single bad yang berada dekat dengan sisi jendela sebagai tempat tidurnya untuk mulai saat ini.

Melupakan tentang tujuan utamanya sejenak untuk datang ke Seoul, sebaliknya Taehyung tampak lelah dan begitu terlelap di atas tempat tidur barunya itu saat Joshua baru saja akan memberikan selimut padanya.

"Ne hyung, Tae hyung sudah tidur ya?" tanya Bam Bam yang penasaran, seraya dirinya telah berdiri di belakang si empu yang ditanyainya barusan.

"Mm ... seperti yang kau lihat Bam. Taehyung sangat kelelahan rupanya," sahut Joshua. Lalu berinisiatif untuk membentangkan selimut yang dibawanya tadi agar menutupi seluruh tubuh Taehyung yang tampak meringkuk kedinginan.

"Majayo. Apalagi Tae hyung tadi bilang, kalau dia kan datang dari desa yang jauh hyung!" tanggap Bam Bam, dan hanya diangguki kalem oleh Joshua.

"Kajja kita juga tidur Bam. Jangan lupa besok itu giliranmu yang membersihkan rumah," peringat Joshua, dan sedikit membuat Bam Bam mencebik kesal karena harus diingatkan soal kewajibannya.

"Arraso arraso. Ish, padahal aku mau pura-pura tidak ingat besok!" gerutu Bam Bam, dan sedikit mempoutkan bibirnya.

"Sudah ah, hyung mau tidur duluan. Sana ketempat tidurmu," usir Joshua, dan hanya diangguki oleh Bam Bam dengan pasrah.

_

_

_

_

_

Pagi harinya di kediaman Hitman bang.

"Ne Jackson hyung, kau itu di dalam mandi atau tidur sih? Kenapa belum keluar-keluar juga!" teriak seorang namja imut, yang terlihat tengah kesal saat ini.

Berdiri di depan kamar mandi yang ada di dalam kamarnya dan juga Jackson yang tengah diumpatinya, namja itu adalah Youngjae yang sudah menunggu hampir 30 menit lamanya.

"Kau seperti tidak tau kebiasaannya jackson hyung saja, jae-ah!" kekeh Daniel, yang kebetulan tak jauh berdiri dari sana dan tengah merapikan seragam yang saat ini tengah dipakainya.

"Astaga ... lain kali akan ku pastikan dia menjadi orang yang terakhir masuk ke kamar mandi kita ini Daniel!!" umpat Youngjae kesal.

Lain halnya dengan Daniel yang justru hanya terkekeh pelan.

"Yaa hyung ... ppali!" teriak Youngjae lagi.

"Aduh duh, sebentar Jae-ah. Kau ini cerewet sekali sih," sahut yang di dalam, namun belum juga membukakan pintu kamar mandi tersebut.

"Ya tuhan Jackson hyung ... ini sudah ke tiga kalinya kau berbicara seperti itu, kau tau?" kesal Youngjae, dan kini sudah menendang-nendang pintu tersebut dengan geram.

"Yaa ... kau mau merusak pintu ini apa?" bentak Jackson dari dalam.

"Makanya ppali hyung!! Aku tak mau menunggu lagi pokoknya," sahut Yongjae, dan justru semakin ganas dengan kegiatannya tadi.

Tinggalkan mereka berdua dan juga Daniel, kini kita beralih ke kamar sebelahnya. Di mana kamar yang letaknya tepat bersebelahan dengan mereka bertiga, dihuni oleh Woohyun dan juga Mark.

"Wonnie, kau ada melihat kemeja yang sudah hyung setrika tidak kemarin?" tanya seorang namja tampan, yang tak lain adalah Mark dan tampak begitu kusut saat ini.

"Kalau tak salah kemarin Bam Bam ada mengambilnya di almarimu hyung. Entahlah, katanya dia ingin memakainya kemarin," sahut Woohyun, yang masih berganti baju di dalam kamar mandi.

"Astaga anak itu, dia tidak bisa minta izin pada hyung dulu apa!" geram Mark, dan mulai beranjak keluar dari pintu kamarnya dengan tergesa ke kamar yang ada di samping mereka.

Sementara kamar yang saat ini tengah dituju oleh Mark, di dalamnya dihuni oleh 2 orang namja dengan Taehyung sebagai penghuni baru tadi malam.

Tapi belum juga Mark sempat membuka pintu tersebut, salah satu penghuni kamar rupanya sudah terlebih dulu menarik gagang pintu untuknya.

"Ehh ... Mark hyung!" sapa Bam bam, yang segera tersenyum dengan lebar.

Sementara di belakangnya, Taehyung juga ikut memunculkan kepalanya.

"Hai hyung!!" sapa Taehyung pula, saat ia bersitatapan dengan Mark.

"Hai juga Tae!!" balas Mark ramah. Namun tak lama, karena sejurus kemudian dia segera fokus kembali dengan Bam Bam.

"Bam, kau kemarin ada mengambil kemeja hyung ya? Benar kan?" tanya Mark segera, dan membuat Bam Bam langsung nyengir kuda.

"Hehe, iya hyung. Bam Bam ambilin kemeja hyung yang warnanya biru," sahut Bam Bam sembari terkekeh.

Lain halnya dengan Taehyung, iapun hanya jadi seorang penonton saja sekarang.

"Astaga Bam, itu kemeja yang mau hyung pakai kerja hari ini. Kau itu bisa tidak sih Bam, izin dulu sama hyung!" omel Mark kesal.

"Hehe, mian hyung. Tapi Bam Bam nggak jadi pake kok hyung. Sebentar, Bam Bam ambilkan ya," pamit namja itu cepat, dan melesat kelemari pakaiannya.

Beberapa menit kemudian.

"Igeo hyung, masih rapi kan?" ujar Bam Bam, yang kini tengah menyerahkan kemeja yang dimaksud pada tangannya Mark.

"Syukurlah. Tapi ingat Bam, lain kali kau harus izin dulu dari hyung ya?" peringat Mark, dengan raut wajah yang jadi tampak sedikit menyeramkan.

"Aye aye captain!!" hormat Bam Bam refleks, dan mau tak mau membuat Mark dan juga Taehyung tersenyum karenanya.

"Turunlah kalian berdua ke meja makan sekarang. Ahjussi dan Woohyun mungkin sudah menunggu kita sekarang," instruksi Mark kemudian, dan diangguki oleh dua orang yang lebih muda darinya.

Di meja makan.

"Selamat pagi ahjussi!" sapa Bam Bam yang baru saja turun, bersama Taehyung di belakangnya.

"Oh Bam, Taehyung!!" ujar Hitman yang disapa, dan sedikit mengangkat wajah tembemnya pada koran pagi yang tengah dibacanya saat ini.

Menilik sebentar penampilan Taehyung yang tengah mengenakan seragam sekolah yang mirip dengan Bam Bam, tanpa sadar pria itupun jadi tersenyum karenanya.

Semalam setelah menghabiskan waktu cukup lama untuk berkenalan lebih jauh tentang Taehyung bersama anak-anak angkatnya yang lain, Hitman namja paruh baya itu akhirnyapun memutuskan untuk menyuruh Taehyung melanjutkan sekolahnya lagi di tempat yang sama seperti Bam Bam, Daniel, Youngjae, dan juga Joshua menimba ilmu saat ini, yaitu di SOVET Sekolah Menengah Atas.

"Taehyung-ah, kau terlihat cocok mengenakan seragam itu," puji Hitman Bang kemudian, dan membuat si empu yang duduk di samping Mark tersipu.

"Gomawo ahjussi. Terimakasih, karena anda sudah menyuruhku untuk kembali bersekolah," sahut Taehyung yang terdengar sangat senang.

"Hahaha ... bagaimanapun pendidikan itu penting Taehyung-ah," balas Hitman sembari terkekeh.

Sementara di saat bersamaan, ke-5 namja lainnya pun mulai turun dari lantai 2 untuk bergabung bersama keempat orang tadi di meja makan.

"Selamat pagi ahjussi!!" sapa tiga orang di antara mereka, yaitu Joshua, Youngjae dan Daniel yang terlihat begitu bersemangat.

Sementara Jackson dan Mark, dua hyung tertua tersebut hanya menampilkan senyum seadanya dibelakang.

Setelah semuanya telah duduk, kini Hitman pun segera memimpin mereka semua untuk mulai menyantap sarapan pagi ini.

"Jal mokgeumseumnida!!" ujar mereka bersamaan, dan mulai menyendokkan makanan kemulut masing-masing.

10 menit kemudian di teras depan.

"Nah hyung dan ahjussi, kami berempat berangkat duluan ya. Sampai nanti!" lambai Bam bam ceria, dan mulai menarik lengan Taehyung yang sempat membungkukkan badannya terlebih dahulu pada 3 orang tadi dan disusul oleh Youngjae, Joshua, dan Daniel di belakang mereka.

Sementara di sepanjang perjalanan ketika ke empat teman barunya tampak begitu berisik, lain halnya dengan Taehyung yang justru hanya menjadi penyimak yang baik di antara mereka.

"Nah Tae-ah, kuharap kau nanti bisa sekelas dengan kita bertiga. Bukankah itu nanti akan jadi sangat menyenangkan?" ujar Daniel yang tampak begitu antusias.

"Ah nde, semoga saja. Umm tapi, apakah letak sekolah kita masih sangat jauh Daniel-ah?" tanya Taehyung balik.

"Tidak juga Tae-ah, tapi hanya saja kita perlu menaiki bis yang memakan waktu sekitar 20 menit untuk kesekolah kita," jelas Joshua yang justru menyahut.

"Dan kau juga harus tahu Tae-ah, di sekolah kita itu banyak sekali siswa-siswi yang populer. Bahkan beberapa di antaranya aku ada yang kenal. Nanti aku kenalkan padamu ya?" kata Youngjae sembari melirik pada Taehyung yang hanya mengangukkan kepalanya dengan kalem.

"Tapi yang lebih penting Tae hyung, makanan di kantin kita sangat enak lho. Nanti Bam bam dan yang lainnya akan ajak hyung makan siang di sana," ujar Bam Bam pula dengan ceria.

"Nah nah, kita sudah sampai di halte sekarang!!" seri Daniel memberitahu yang lainnya.

Dan benar saja, halte yang sedari tadi ingin mereka tuju pun sudah ada di depan mata. Dan di saat bersamaan, bis yang ditunggu juga telah mulai muncul dari ujung jalan sana.

"Wah, di tempatku mana ada yang seperti ini!!" cicit Taehyung pelan, namun masih terdengar oleh ke empat temannya tadi.

"Haha, tidak ada yang istimewa dengan hal ini Tae-ah. Ayo kita masuk!" ajak Joshua, begitu bis tadi telah berhenti tepat di depan mereka.

Sementara itu di tempat lainnya.

"Ingat Kookie, nanti kau pulangnya tunggu hyung saja ya? Nanti hyung akan segera ke sini setelah hyung selesai mengajar. Arrachi?" ujar seorang namja berdimple pada adiknya yang baru saja turun dari mobil kakaknya ini.

"Arraso Namjoonie hyung. Tapi hyung, nanti Kookie mungkin akan lama keluarnya. Kookie ada ekstrakulikuler musik soalnya, " info si adik, dan sektika mendapat kernyitan bingung dari namja tadi.

"Ehh, sejak kapan kau bergabung dengan klub musik Kookie? Kok hyung baru tau!" selidik Namjoon.

"Hehe, Kookie baru bergabung seminggu yang lalu hyung. Hari ini adalah hari pertamanya Kookie ikut latihan," jelas si adik lagi, sembari menampakkan dua gigi kelincinya yang tampak sangat menggemaskan.

"Aa ... kalau begitu nanti kabari hyung saja ya? Hyung harus pergi sekarang. Bye bye saeng," lambai Namjoon, sembari mulai menaikkan kaca mobilnya.

"Nde, sampai nanti hyungie!" balas si namja kelinci pula, dan perlahan mulai melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam gerbang sekolahnya yang sudah menunggu.

Di SMA Sovet.

"Wahh ... sekolah ini besar sekali!!" kagum Taehyung, yang masih terpukau dengan gedung sekolah barunya sejak 10 menit yang lalu setelah mereka sampai.

"Hehe, kau nanti saja kagumnya Tae. Kau tau, di dalam nanti akan ada lebih banyak lagi hal yang akan membuatmu lebih terpesona. Ayo masuk!" ajak Youngjae bersemangat, dan sudah merangkul bahu Taehyung untuk ikut dengannya.

Jadilah pagi itu, Taehyungpun diajak berkeliling oleh ke empat teman barunya tersebut.

Hingga 15 menit kemudian, acara tour mereka selesai dan Taehyung diantar untuk menemui kepala sekolah di kantornya.

"Nah Tae-ah, kau masuklah ke dalam. Berdoa saja, semoga nanti kita sekelas ya," kata Joshua, sembari menepuk bahu Taehyung yang tampak tegang.

"Tenang saja Tae-ah, kepala sekolah orangnya sangat ramah kok. Yahh meskipun wajahnya terlihat sedikit sangar sih," kata Daniel sembari terkekeh.

"Kami akan ke kelas sekarang Tae-ah. Kau hubungi saja kami nanti nde?" ujar Youngjae pula, dan ikut-ikutan memberi tepukan pelan pada bahu Taehyung yang masih tampak tegang tersebut.

"Sampai nanti Tae hyung," lambai Bam Bam, dan mulai meninggalkan Taehyung yang masih terdiam di depan kantor tadi bersama tiga lainnya.

"Ish, apa sih yang kau takutkan Kim Taehyung? Ayo cepat masuk!" sugesti Taehyung pada dirinya sendiri, dan secara perlahan mulai menarik kenop pintu di depannya dengan perlahan.

Di dalam.

"Emm, jadi siapa namamu nak?" tanya seorang namja paruh baya, sambil sesekali membenarkan letak kacamatanya yang tampak melorot.

Sementara di depannya, Taehyung yang sedang ditanya tampak gugup pun mulai mengangkat wajahnya dengan perlahan.

"Kim Taehyung imnida saem," cicitnya.

"Kau berasal darimana Taehyung?" tanya kepala sekolah lagi dengan penuh minat.

"Saya dari desa Jangho saem," sahut Taehyung.

"Hmm, lumayan jauh dari sini. Kenapa kau pindah kemari nak?" tanya kepala sekolah lagi.

"Saya ingin mencari eomma saya saem," jawab Taehyung lugas, namun sedikit membuat sang kepala sekolah tadi terkejut.

"Ehh, memangnya eommamu kemana nak?" tanya kepala sekolah penasaran.

"Eomma saya sudah lama hilang Saem. Tapi hanya saja, saya berfirasat bahwa eomma ada di kota ini Saem," cerita Taehyung, dan membuat kepala sekolah tadi jadi tertegun.

"Sudah berapa lama kau kehilangan eommamu nak?"

"Sudah hampir 13 tahun lamanya saem," jawab Taehyung.

"Aigoo ... itu sudah lama sekali. Ya ampun," batin kepala sekolah bersimpati.

"Baiklah, semoga kau bisa bertemu dengan eommamu nanti nde Kim Taehyung," ujar kepala sekolah kemudian, dan membuat Taehyung tersenyum karenanya.

"Nde ... semoga saja saem," sahut Taehyung seraya menganggukkan kepalanya.

"Nah sebentar, aku hubungi seseorang dulu!" pinta kepala sekolah kemudian. Lalu segera menekan tombol pada telepon yang terdapat di atas meja.

"Pak Choi, bisa tolong kau panggilkan Jeon Saem untuk segera keruanganku?" pintanya pada seseorang di ujung sana.

"Suruh dia segera kemari ne!" katanya lagi. Lalu tak lama segera menutup sambungan telepon tersebut.

"Sebentar ya Taehyung, wali kelasmu akan segera kemari sebentar lagi," ujar kepala sekolah pada Taehyung yang sedari tadi menyimak.

Tak lama kemudian.

"Permisi ... apa anda memanggil saya kepala sekolah?" tanya seseorang yang baru saja memunculkan kepalanya di balik pintu yang terbuka.

"Ah nde, masuklah Namjoon- ssi," perintah kepala sekolah dengan ramah.

Sementara yang diminta, perlahanpun mulai melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam.

Sedikit memusatkan perhatiannya pada seorang siswa yang tampak menundukkan wajahnya, Jeon Namjoon atau Namjoon pun tanpa sadar mulai menyinggungkan sebuah senyuman dibibirnya.

"Siswa baru saem?" tanyanya kemudian, pada kepala sekolah yang segera mengangguk.

"Nah Kim Taehyung, Jeon Namjoon saem yang akan menjadi wali kelas barumu sudah ada disini!" info kepala sekolah yang membuat Taehyung segera mengangkat wajahnya.

"Ah ne annyeong haseyo Kim Taehyung imnida, Jeon saem!!" bungkuk Taehyung hormat.

"Ah nde, anyyeong haseyo Kim Taehyung!" sapa Namjoon balik, namun sedikit tercekat begitu kedua obsidiannya terpaku pada wajah Taehyung yang langsung segera mengingatkannya pada seseorang.

"Eh, eom-eomma!!" gumam Namjoon tanpa sadar.

Tbc

Eotte chingudeul?

jangan lupa sama Vomentnya ya. 🙈

See you in the next chap🤗🤗🤗

Update setelah Viewnya 4200. 💃