Setelah perang bersejarah melawan Iblis usai dengan kemenangan oleh para Pahlawan, kini generasi penerus para pahlawan telah lahir namun terdapat tanda-tanda perang bersejarah itu akan terulang kembali dengan bangkitnya kembali Raja Iblis.
Malam sudah semakin larut dan keramaian kota mulai terasa hening. Para pedagang mulai mengosongkan barang dagangan mereka untuk pergi pulang ke rumah masing-masing, kini alun-alun kota hanya terlihat segelintir orang yang lewat. Para penjaga melaksanakan patroli mereka sambil membawa lentera untuk menyusuri gang yang gelap.
Di dalam penginapan Vera menghabiskan waktunya untuk mencoba beberapa racikan obat untuk digunakan sepanjang perjalanan. Feria yang menemani Vera juga membantunya sembari mengintip ke luar jendela untuk mengamati situasi Danis dan Roy di luar.
"Malam di musim semi ini terasa dingin, apa kita sudah berlebihan menyuruh mereka berdua tidur di luar?" tanya Feria.
"Tentu tidak Tuan Putri.. eh maksudku Feria, ini akan menjadi pelajaran buat mereka karena perjalanan kita juga membutuhkan uang yang banyak." jawab Vera.
Feria sedikit merasa cemas."Tapi kan.."
"Tidak apa-apa mereka kan laki-laki, besok pagi kita ajak mereka untuk makan bersama." Vera mencoba menenangkan Feria.
"Baiklah kalau begitu."
Vera dan Feria melanjutkan tugas mereka untuk meracik obat.
Di sisi lain Danis dan Roy terpaksa tidur di luar karena mereka telah menghabiskan uang jatah mereka sendiri.
"Tak kusangka sudah seminggu kita berada di Dunia ini dan anehnya kita dipaksa menjadi Pahlawan untuk membunuh Raja Iblis." ucap Roy sambil duduk.
"Aku bahkan tidak menganggap diriku sebagai Pahlawan dan tentunya aku bebas memilih jalanku sendiri, Apa kamu ingin pulang?" tanya Danis.
"Awalnya, tapi aku tersadar jika aku pulang maka hanya ada masalah yang menungguku disana dan sekarang aku menyesal tidak membawa HP ke Dunia ini." Roy menggerutu.
"Benar, setidaknya kita datang ke Dunia ini dibekali dengan kekuatan Elemen." ucap Danis.
"Tapi aku berharap bisa memiliki kekuatan overpower diawal episode." balas Roy.
"Heh?"
Banyak hal yang dibicarakan Danis dengan Roy sampai lupa jika hawa dingin pada malam itu mulai terasa. Tak lama kemudian datanglah para manusia kucing dewasa beserta muda dan mereka adalah pengemis yang tidak asing bagi Danis. Kemudian Pengemis itu menundukkan kepalanya untuk mengucapkan terima kasih karena mereka telah terhindar dari masalah besar seperti yang dikatakan oleh Danis pada waktu itu.
"Terima kasih telah menolong kami sebelumnya, kami telah mengembalikan barang curian seperti yang anda katakan."
"Danis, apa kamu kenal dengan mereka?" Roy menoleh ke Danis.
"Ah iya, tidak usah berterima kasih. Aku hanya melakukan hal yang benar saja." ucap Danis.
"Perkenalkan namaku Bon dan kami adalah ras kucing gelandangan." Bon menjabat tangan Danis.
"Oh namaku Danis dan dia saudaraku Roy." Danis memperkenalkan dirinya dan Roy.
"Entah kenapa malam ini terasa dingin." sambung Roy
"Kalau tidak keberatan, mau kah bergabung dengan kami untuk menghangatkan tubuh? kami sudah menyiapkan api unggun di pemukiman."
"Tentu saja."
Tanpa berpikir panjang tawaran itu diterima Danis dengan mangajak Roy juga. Bon mengajak mereka pergi ke tempat sisi gelap kota dimana para pengemis dan gelandangan tinggal baik yang tua ataupun masih anak-anak di tempat beralaskan seadanya seperti kain yang sudah kotor berlubang hingga tenda yang sudah tak layak.
Bau sampah mulai tercium oleh Roy dan membuatnya merasa tak nyaman, sedangkan Danis hanya terdiam mengikuti Bon. Sesampainya di tempat tujuan, terdapat api unggun yang menyala dengan beberapa orang seperti ras kucing mengelilingi api unggun tersebut. orang-orang disana menatap curiga dan ada yang merasa ketakutan saat Danis dan Roy tiba, kemudian Bon mempersilahkan mereka untuk duduk di samping api unggun.
Kemudian salah satu anak-anak dari ras kucing itu mendekat ke Roy dengan menjulurkan tangannya dia meminta. "Kak boleh minta makanan?"
Melihat raut wajah yang tak berdosa itu, Roy langsung menjadi tertegun dan dia menoleh ke Danis. "Danis, aku akan mengadopsi mereka dan membangun taman anak-anak disini."
"Jangan berkata seenaknya, itu anak orang woi." balas Danis.
"Oh kalian pasti mencium roti di saku ku ini ya? nih ku kasih tapi dibagi rata ya." Roy mengasih rotinya ke anak itu.
"Terima kasih banyak kak.. Hehe temen-temen kita dapat makanan."
"Horee."
Melihat hal itu Danis bersyukur bisa kesini. "Terima kasih sudah mengajak kami ke tempat ini."
"Ah ini tidak seberapa, kalian pantas mendapatkan lebih dari ini." ucap Bon.
"Untunglah, ku kira kami akan kedinginan diluar sana. Ngomong-ngomong kalian mirip dengan ras kucing yang pernah kami temui, hmm siapa namanya Dan?" tanya Roy.
"Oh dia namanya Tia." balas Danis.
Setelah mendengar nama itu orang-orang disekitar Danis dan Roy langsung mendekati mereka dan menanyakan banyak pertanyaan.
"Apa anakku ada disana? anakku pergi bersama Tia!"
"Apa mereka akan kembali?!"
"Bagaimana dengan obatnya?!"
Orang-orang itu saling berdesakan hingga Danis dan Roy sulit bergerak, pada akhirnya seseorang menggebrak kayu hingga semua orang terdiam. "BRAKK!!"
Orang itu adalah manusia setengah kucing berbulu hitam dengan mata satu selain itu tubuhnya juga penuh bekas luka.
"Perkenalkan namaku Rom, aku adalah guru Tia dan para pencuri disini. Beritau kami apa yang terjadi dengan Tia dan teman-temannya."
Melihat tatapan serius Rom, akhirnya Danis menjelaskan semuanya apa yang sudah terjadi dengan Tia. Setelah mendengar jawaban dari Danis akhirnya Bon mengatakan apa yang sudah terjadi pada penduduk Desa Klun. Desa Klun adalah Desa yang berada di kaki gunung Ner dan Bon adalah mantan kepala Desa Klun karena saat ini Desanya sudah hancur akibat akar Yggdrasil yang tiba-tiba muncul dari gunung Ner.
Tia adalah salah satu warga Desa Klun yang nekat pergi ke Kerajaan Ferontire demi mencari obat karena banyak warganya menjadi gila termasuk Ibu dan adiknya.
"Bisakah kami melihat mereka?!" Tanya Roy dengan serius.
"Ikuti aku." balas Rom.
Roy dan Danis kemudian diantar oleh Rom menuju tempat kurungan dan di dalam kurungan tersebut terdapat 16 orang yang diikat dengan mulut tertutup rapat.
"Ironis sekali bukan? untungnya penyakit ini memang tidak menular tetapi tetap saja ini tidak bisa dibiarkan terus menerus." ucap Rom
"Apa tidak ada yang menolong Desa kalian?" tanya Danis.
"Tidak ada, setidaknya bangsawan kota ini mau menerima kami meskipun mereka hanya menatap jijik dengan kami. Setiap hari pak Bon mengirim surat permintaan bantuan tetapi tidak pernah tersampai dan akhirnya kami terpaksa mencuri karena kami sudah kehabisan barang untuk dijual"
"Kurang ajar!" teriak Roy.
"Untuk sekarang tidak banyak yang bisa kita lakukan tapi aku tidak akan tinggal diam saja." ucap Danis.
Malam itu telah berlalu, matahari telah terbit bersamaan dengan aktifitas kota yang mulai terlihat sibuk. Danis dan Roy akhirnya menuju ke penginapan dan disana mereka sudah ditunggu oleh Vera dan Feria.
"Sungguh kalian ini memang merepotkan sekali ya, darimana saja kalian?"
"Bisakah kami mendapatkan sarapan yang hangat dulu? kami sudah melewati hawa dingin sepanjang malam."
"Masuklah kedalam, kita akan makan bersama."
"Sungguh?! asiik!" Roy berlari pergi kedalam penginapan.
"Hei jangan lupa cuci tanganmu dulu!" Vera mengikuti Roy.
"Kalian pasti melakukan sesuatu tadi malam." ucap Feria yang terlihat penasaran.
"Tidak banyak, aku akan memberitaumu setelah makan." balas Danis.
Di tempat lain di Desa Klun yang sudah hancur lebur dengan tumbuhan akar Yggdrasil dimana-mana, terlihat seorang ras manusia setengah kucing berbulu hitam dengan badan yang besar sedang berdiri mengamati sekitar. Seketika akar-akar itu merambat ke atas dan langsung menyerangnya dengan cepat tetapi serangan itu dapat di atasi dengan kedua pedangnya yang cepat menebas akar-akar itu.
"Aku tidak merasakan tanda-tanda kehidupan lagi di Desa ini, sebaiknya aku segera menemui Tuan Putri." ucap Rad.
Di kaki gunung Ner, Tuan Putri Calista bersama rekan-rekannya menunggu kedatangan Rad yang belum kembali dari ekspedisinya. Ogred merupakan seorang dari ras KurcacL dan juga merupakan salah satu rekan Tuan Putri Calista, sedang menatap pintu gerbang kaki gunung Ner yang terbuka dengan akar-akar yang menggantung bagaikan ancaman yang keluar dari dalam lubang yang gelap.
"Ini pertama kalinya aku kembali ke tempat asal nenek moyangku tinggal." ucap Ogred.
"Oh benar juga, gunung ini dilarang dimasuki setelah perang besar melawan Raja Iblis." balas Lilia.
Lilia adalah peri kecil yang setia menemani Tuan Putri Calista dan dia adalah peri yang cerewet.
"Semoga aku bisa menemukan peti emas peninggalan nenek moyangku." ucap Ogred
"Dasar kau ini! kita kesini bukan untuk mencari emas tau! dan juga berapa lama kita harus menunggu kedatangan Rad?!" balas Lilia.
"Maaf aku terlambat." Rad tiba-tiba datang.
"AAA!! kau membuatku kaget!" balas Lilia
"Diamlah biji kecil, hei Rad bagaimana keadaan kampung halamanmu?" tanya Ogred.
"Berhenti memanggilku biji kecil!!" Lilia marah-marah
"Desa Klun sudah hancur dan aku menemukan beberapa mayat disana." ucap Rad.
"Itu berarti ada sebagian orang yang selamat." balas Calista.
"Benar, sebaiknya kita cepat menemukan sumber akar ini Tuan Putri." Rad dan lainnya pergi kedalam menghiraukan Lilia.
"Hei jangan lupakan aku!!"
Akhirnya mereka semua memasuki gerbang itu menuju kedalam perut gunung Ner, semakin mereka masuk kedalam semakin pula kegelapan menyelimuti mereka. Sebelum pandangan tertutup oleh kegelapan yang mengancam, Lilia menggunakan skill perinya untuk membuat cahaya yang bisa menerangai setiap langkah kaki mereka.
Di sepanjang lorong itu terdapat ukiran peninggalan ras Kurcaci pada jaman sebelum perang sejarah melawan Raja Iblis.
"Sudah ratusan tahun tempat ini terbengkalai tapi aku masih bisa mencium bau Kurcaci disini." ucap Ogred.
Selain ukiran-ukiran di dinding terdapat juga suara auman dari kejuahan yang membuat mereka harus berhati-hati. Tak lama kemudian akar-akar itu mulai bergerak menutupi jalan keluar mereka dan mulai mengejar dengan merambat disetiap dinding serta menjebol dinding itu. "BRALL!!"
"Semua! jangan sampai tertinggal!" teriak Calista.
Dengan berlari mereka saling melindungi dari serangan akar-akar yang berusaha menggapai mereka dan akhirnya disudut lorong terlihat sebuah jalan keluar.
Di sisi lain, Danis dan teman-temannya makan bersama di sebuah penginapan. Sambil menikmati hidangan, Danis dan Roy menceritakan apa yang mereka lihat tadi malam sehingga Feria dan Vera memutuskan untuk melakukan sesuatu juga. Setelah itu tibalah mereka di sebuah Serikat Petualang Rive, dimana mereka bisa mencari pekerjaan.
Meraka harus mendaftar dulu ke Serikat Petualang untuk mendapatkan uang, jika ada orang asing menerima pekerjaan Serikat tentunya bayaran yang diterima hanya setengahnya.
"Selamat datang di Serikat Petualang River, ada yang bisa saya bantu?" ucap Resepsionis dengan senyuman.
"Permisi, kami dari Kerajaan Ferontire dan kami ingin memasuki wilayah kerajaan Nervana." balas Vera.
"Oh harga pajaknya 20 perak tapi jika kalian sudah terdaftar menjadi anggota Serikat Petualang maka ada diskon 50 persen." kata Resepsionis dengan menunjukkan brosur.
"Kalau begitu kita mendaftarkan diri dulu." ucap Feria dengan membayar.
"Keputusan yang tepat sekali, jadi apa kalian ini Grup?" tanya Resepsionis.
"Benar." balas Feria.
"Siapa diantara kalian yang manjadi Ketua Grup? tanya Resepsionis lagi.
Roy, Vera, dan Feria menunjuk Danis, sedangkan Danis sendiri menunjuk Feria.
"A-Anu.." Resepsionis menjadi bingung.
"Hei bukankah kita sudah sepakat kalau kamu menjadi ketuanya?" protes Vera.
"Tentunya." sambung Roy.
"Lalu kenapa kamu menunjukku?" tanya Feria.
"Sejak awal aku tidak berniat menjadi ketua, karena merepotkan dan kamu sepertinya cocok dengan tugas itu." jawab Danis dengan santai.
"Hei jangan egois! kamu sudah mengalahkan Feria bukan? oh akhirnya aku terbiasa memanggil Feria." Vera kaget dengan ucapannya sendiri karena sering gagal memanggil Feria dengan sebutan Tuan Putri.
"Baiklah aku akan menjadi ketuanya tapi beri aku alasan yang tepat." balas Feria.
"Tapi Tuan Putri?!" protes Vera.
"Tuan Putri?!" Resepsionis menjadi kaget.
"Akhh!! aku keceplosan! ah tidak itu bukan apa-apa!" Vera kesal dengan dirinya sendiri.
"Hehe.." Roy tertawa melihat Vera.
"Diam!" Vera embentak.
"Lihat, aku masih baru disini dan aku tidak mengerti tentang sistem kerja dunia ini apalagi untuk kedepan pasti kita akan berurusan dengan politik Kerajaan dan aku benci dengan politik." ucap Danis.
"Baiklah aku terima alasanmu, dengan ini aku Feria yang akan menjadi Ketua Grup ini." balas Feria.
"Oh itu bagus, apa kalian sudah menyiapkan nama Grup?" tanya Resepsionis.
"Biarkan aku-hmmk!" tiba-tiba mulut Roy dibungkam oleh Danis dan Vera.
"Sang Ksatria." jawab Feria.
"Nama Grup yang bagus, silahkan tulis nama kalian di formulir ini." Resepsionis menyerahkan 4 lembar formulir bersama dengan pulpen.
Satu persatu dari mereka menulis nama mereka di formulir itu dan setelah mereka menulis, seketika pulpen yang terdiam kini bergerak sendiri menulis data mereka ke dalam formulir tadi.
"Rasanya aku sudah terbiasa dengan sihir di dunia ini." ucap Roy.
"Sama." sambung Danis.
"Dengan lencana ini kalian resmi menjadi anggota Serikat Petualang dan kalian bisa menggunakan lencana ini untuk mencari pekerjaan di Kota manapun. Terima kasih banyak." Resepsionis menunjukkan senyumannya.
"Sama-sama." jawab Danis dengan datar.
"Hei Feria kenapa nama Grup kita Sang Ksatria? lebih keren kalau pakai nama Pahlawan Super." ucap Roy.
"Aku masih tidak terima dikalahkan olehnya." Feria menatap Danis.
"Oh aku mengerti maksudmu." balas Roy.
"Pahlawan Super? pfft.. itu nama yang norak sekali." ucap Danis sambil menahan ketawa.
"Aku Setuju." Sambung Vera.
"Apa katamu?!!" Roy marah-marah.
"Sudahlah kalian! kita harus mencari misi!" Feria membentak.
"Ah kami punya rekomendasi misi untuk kalian, misi ini dari kepala pertahanan kota." Resepsionis menyerahkan selembar gulungan kertas misi.
"Hmm.. misi investigasi benteng terbengkalai? aku lebih suka misi memburu Slime atau semacamnya untuk pemula seperti kita." ucap Roy.
"Jangan banyak mengeluh, kita ambil misi ini."
Misi investigasi benteng terbengkalai, misi ini dibuat setelah adanya laporan aktifitas mencurigakan namun banyak dari para Petualang yang mengambil misi ini tidak menemukan apapun. Terlebih lagi benteng terbengkalai ini hanya berisi barang tua yang tidak layak jual sehingga para Petualang enggan untuk mengambil misi ini.
Pada akhirnya Kepala Prajurit kota membuat misi ini sebagai rekomendasi setelah adanya korban jatuh dari prajurit bawahannya, meskipun begitu banyak Petualang yang menganggap prajurit itu diserang oleh Monster liar saat berpatroli di malam hari.
"Begitulah tulisannya, tidak heran jika tempat ini digunakan sebagai sarang Monster karena aku sudah mencium bau darah meskipun samar-samar. ucap Vera.
Tanpa sadar mereka sudah berada didepan gerbang benteng terbengkalai yang sudah hancur dengan dinding yang penuh lubang disertai tumbuhan yang merambat dimana-mana. Benteng itu terletak di bagian utara kota River dengan perjalanan setengah hari untuk sampai kesana.
"Kita akan membagi kedua kelompok, Kalian berdua akan memeriksa lantai dasar dan kami akan memeriksa lantai atas."
"Baik."
Setelah Roy dan Danis memasuki ruangan, mereka hanya melihat barang tua yang berserakan dan tertutup debu yang tebal disertai jaring laba-laba disetiap pojo ruangan. Dengan teliti mereka mencari bukti jika ada aktifitas di bangunan tua ini dan tanpa lama kemudian akhirnya Roy menemukan sesuatu.
"Dan, aku menemukan sesuatu."
"Oh apa? ruangan terembunyi?" Danis menghampiri Roy.
"Sepertinya, lihat susunan tembok ini terlihat tidak bercelah seperti tembok lainnya dan warna kayu obor ini masih terlihat layak tidak lapuk seperti bangunan tua ini." ucap Roy.
"Ah benar juga." Kemudian Danis menendang tembok itu dengan keras namun tidak terjadi apa-apa. "Brakk!!"
"Hmm ini adalah trik lama untuk menyembunyikan ruangan tersembunyi, untungnya aku sudah mempelajarinya dari buku Arsitek lama." Roy menarik obor itu kebawah seperti tuas dan tiba-tiba dinding itu bergerak membuka jalan tersembunyi ke bawah.
Ketika ingin memasuki jalan kebawah, Danis dan Roy mencium bau darah yang membuat mereka menjadi waspada.
"D-Dan, apa kita sebainya memanggil Vera dan Feria untuk datang kesini?"
"Tidak, biar aku sendiri yang akan masuk dan kamu tetaplah menjaga tempat ini jika dinding ini tiba-tiba tertutup."
"Baiklah aku akan menjaga tempat ini dengan kekuatanku, berhati-hatilah jika terjadi sesuatu segeralah kembali."
"Ya."
Dengan keberaniannya Danis memasuki tempat gelap itu dengan memabawa obor sebagai penerangannya. Semakin jauh dia masuk kedalam, semakin tercium bau darah yang membuatnya penasaran. Pada akhirnya Danis tiba disuatu ruangan dan dia terkejut saat malihat ruangan itu penuh dengan darah yang berceceran di tembok yang penuh lubang, kemudian Danis melihat juga ada seorang Elf yang terikat dengan penuh luka.
Ini adalah pertama kalinya Danis bertemu dengan Elf dan saat dia mendekatinya, Elf itu membuka matanya yang berwarna hijau tua. Danis tersadar akan sesuatu setelah melihat rambut Elf yang berwarna kuning tertutup debu, sama dengan rambut yang ia temui di kurungan di gang gelap kota River.
"M-Manusia.. menyingkirlah."
"Jangan banyak bicara, aku datang kesini untuk menolongmu." ucap Danis.
"K-kamu tidak mengerti.." balas Elf yang terlihat marah.
"Aku mengerti, ada banyak korban sepertimu di dalam kurungan bukan? aku berhasil melukai orang-orang berpakaian serba hitam." sambung Danis.
"T-terima kasih.. tapi.. ajalku sudah menjemput."
Secara mengejutkan, akar Yggrasil menembus perut Elf dari belakangnya sampai mengelurkan banyak darah dan kemudian akar itu menarik Elf kedalam lubang yang jauh dan gelap."AKHHH!!"
Teriakan Elf itu terdengar dari kejauhan, Danis yang ada disana hanya tercengang tidak bisa berbuat apa-apa. Setelah kejadian itu tiba-tiba muncul segerombolan Iblis dari tanah bersamaan dengan lingkaran sihir, melihat kejadian itu Feria dan Vera bergegas turun kebawah untuk memberitau Roy dan Danis.
"Dimana Danis?! kita harus keluar dari tempat ini atau kita akan terkepung oleh para Iblis diluar sana!."
"Danis masih-!" Roy kebingungan.
"Kita tidak akan lari dari para Iblis itu." ucap Danis yang akhirnya keluar.
"Oh Akhirnya kamu keluar dari sana!" ucap Roy lega.
"Ayolah, Iblis-Iblis itu menuju kesini!" ucap Vera.
"GRRRR!!!" gerombolan Iblis sudah mengepung tempat Danis dan teman-temannya sehingga sudah tidak ada jalan keluar lagi.
tanpa banyak bicara Danis mengeluarkan senjatanya. "Kita akan bertarung."
"Itu baru saudaraku!" balas Roy.
"Tidak ada cara lain, aku akan mendukung kalian." ucap Feria.
"Baiklah kalau kalian ingin bertarung, aku juga akan ikut." sambung Vera.
Roy, Vera, dan Feria mengeluarkan senjata mereka masing-masing dengan kekuatan elemen mereka.
"Bunuh semua iblis itu." ucap Danis.
Bersambung.
-Lore
Kurcaci/Dwarf: Ras bertubuh kerdil yang ahli dalam membuat senjata, mereka biasanya tinggal dalam gua di gunung.
Ras Kucing/Beastman: Salah satu ras dari manusia setengah hewan,
Elf: Ras penghuni hutan dalam, mereka memiliki tubuh seperti manusia tapi bedanya telinganya lancip dan matanya seperti berlian.
Peri/Fairy: Ras mungil yang memiliki sayap serangga dan suka hidup berdampingan dengan ras Elf di kedalaman hutan.
-Note:
jangan lupa support terus biar saya gak males update ._.)