Part 26 – Sebuah Maaf

Penampilan Dira tampak kusut khas anak kuliahan yang dikejar tugas sore ini. Dira daratkan bokongnya pada kursi yang ada di taman fakultas kampusnya. Buku-buku yang menjadi refrensi skipsrisi sejak tadi Dira gendong ke sana kemari. Tebal lima buku tersebut tidak dapat dikatakan tipis, beratnya bukan main.

Dira renggangkan ototnya. Jiwa dan raganya lelah. Skiripsi benar-benar menyita waktu, otak dan tenaga. Belum lagi masalah pribadi yang harus Dira hadapi.

Tiba-tiba Dira teringat akan Rama, tadi pagi ia telah menyakiti laki-laki itu. Namun akan lebih menyakitkan pula jika Dira terus memberikan harapan palsu pada Rama. Silahkan memaki jika kalian tidak suka dengan tindakan Dira ini.

“Dira,” suara berat menyapa indra pendengarannya. Sejenak tubuh Dira menengang. Ia menoleh pada sumber suara. Jiwa Dira seakan terbang mendapati Bayu berdiri gagah di depannya.

Dira tidak dapat berkata-kata. Mau apa laki-laki ini menyambangi Dira ke kampus?

“Dira,” ulang Bayu sekali lagi.