( Markas WPO Cabang Roma, Kerajaan Romawi Modern )
Saat ini Hauver sedang berdiri didepan sebuah gedung pencakar langit, gedung itu memiliki bentuk meninggi keatas, namun tetap sangat luas, hampir seluruh bangunan itu terdiri dari kaca, dan dipuncaknya terdapat lempengan emas bertuliskan WPO.
" Waaaah, Besarnya, kira-kira berapa biaya unutuk membuat ini ya ? " Hauver sangat terkesan dengan bangunan ini, lebih tepatnya WPO.
" Entahlah, aku juga tidak tahu ." Serra menjawab pertanyaan Hauver dengan bahu terangkat, walaupun Hauver tidam bertanya kepadanya.
" Geh, Kau juga tidak tahu rupanya." Kata Hauver.
" Yah baagaimana aku tahu, bangunan ini sudah ada sebelum aku mulai menjadi anggota WPO." Jawab Serra
" Begitukah ?." Tanggap Hauver dengan wajah datar.
" Sudah, daripada kita hanya berdiri disini, ayo masuk, kau ingin cepat mengurus jenazah temanmu kan ? " Kata Serra, lalu ia mulai berjalan masuk ke gedung.
" Um, baiklah. " Setelah itu Hauver mengikuti di belakangangnya.
-------------------
( Ruangan Puncak, Markas WPO cabang Roma )
Di Puncak Markas WPO, ada sebuah ruangan sebesar 50 x 50, Ruangan itu memiliki dekorasi penuh dengan tanaman dan bernuansa alami, banyak pot-pot bunga berjejer di sekeliling ruangan, itu lebih terlihat seperti taman daripada ruangan.
Diruangan itu, terdapat seorang pria 20-an, pria itu memiliki fitur wajah sangat tampan, dengan rambut azure pendek disisir rapih, ia kelihatan seperti pria yang lembut, ditambah dengan mata beriris Zamrudnya, fiturnya akan membuat semua wanita tergila-gila.
Pria itu terlihat sedang menyirami bunga-bunga diruangan itu, sambil tersenyum dan bersenandung.
* TOK TOK *
" Masuklah . " Kata Pria itu tanpa mengalihkan pandangan dari bunga yang ia sedang sirami.
Setelah diizinkan oleh pria itu, masuklah seorang wanita pirang, dengan tubuh menggairahkan, dan menggunakan seragam letnan merahnya, wanita itu tidak lain adalah Serra.
" Letnan dari Korps 13, Serra De Santis Melapor penyelasaian tugas." dengan nada formal Serra membuat sikap siap sambil menekankan tangan kanannya ke dada sebelah kirinya, dia juga melakukannya saat bertemu Hauver karena ini merupakan etiket wajib perkenalan anggota WPO, saat mereka mengenakan seragam kerjanya.
" Chao Serrara, bagaimana kabarmu hari ini ? " Kata Pria itu dengan senyum, sambil menaruh Canting airnya, dan melepas sarung tangan latexnya.
" Hari ini buruk sekali , Ketua " Kata Serra dengan wajah sedih.
Seperti kata Serra, pria itu merupakan Ketua dari WPO Cabang Roma, Namanya adalah Dulio Giovorno. Salah satu orang terpenting dan terkuat di Kerajaan Romawi Modern.
" Yah Serrara, Jangan tegang begitu, mari-mari duduk dulu, aku akan menyiapkan teh herbal untuk menenangkan pikiranmu." Kata Dulio dengan nada riang, ia lalu mulai menyiapkan teh untuk Serra di dapur kecilnya.
" Ta-tapi Ketua, kau tidak boleh melakukan itu, dan juga, sudah kubilangkan, berhenti memanggilku Serrara, itu memalukan. "
kata Serra sambil menunduk malu, wajahnya merah padam.
" Yosh Yosh, minum ini. " Dulio menaruh cangkir tehnya di depan Serra, lalu menepuk-nepuk kepalanya seperti, menenangkan anak kecil.
" Mooo, Ketua, jangan perlakukan aku seperti anak kecil." kata Serra, dia menggembungkan pipinya dan mengalihkan pandangannya kesamping, namun wajahnya masih merah.
' Bukannya aku benci lagipula. ' pikirnya.
Setelah beberapa saat tersenyum, Ekspresi Dulio lalu berubah serius, dan Serra yang melihat itu juga berhenti memerah dan berdiri.
" Kami tidak bisa menemukan Drakenya, saat kami sampai, sudah banyak mayat berserakan dimana-mana, itu sangat mengerikan . " Saat mengatakan itu, Serra menunduk kebawah dan mengepalkan tangannya.
" Begitu ya, tapi sepertinya Drake itu sudah dimusnahkan. " kata Dulio dengan pandangan misterius.
" Eh, kenapa kau bilang begitu Ketua ?. "
Serra bingung, karena dia saja yang sudah turun ke lapangan, tidak menemukan sedikitpun batang hidung dari drake, bagaiman ketuanya, yang hanya berada diruangannya bisa menyimpulkan bahwa Drake sudah dimusnahkan.
" Apa kau benar-benar tidak menyadarinya, Serrara ? " Dulio lalu mengarahkan pandangannya ke mata Serra
" Menyadari Apa ? " Serra memiringkan kepalanya, karena dia memang tidak tahu apa yang dimaksud ketuanya itu.
" Pria yang kau bawa itu. " Tanya Dulio jepada Serra, mungkin bukan sebuah pertanyaan tapi pernyataan.
" Oh maksudmu Hauver, seperti yang diharapkan darimu ketua bisa merasakannya. " Jawab Serra dengan pandangan menghargai.
" Begitu ya, jadi namanya Hauver ya, Um Um. " Dulio berbicara kepada dirinya sendiri sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
Lalu ia melanjutkan " Jadi, kau benar-benar tidak menyadarinya ya, Serra ? " lanjut Dulio.
" Dari tadi, kau menanyakanku tentang menyadari dan menyadari, sebenarnya apa sih ketua ? " Serra penasaran, karena jarang sekali Dulio mengajukan pertanyaan yang sama berulang-ulang.
" Pria yang kau bawa itu " kata Dulio, lalu ia mengalihkan kembali pandangannya ke Jendela dan melanjutkan ucapannya.
" Benar-benar Monster yang mengerikan "
Setelah beberapa saat, Serra hanya berkata,
" Eh ? "
----------------------------------
( Ruang Tunggu , Markas WPO cabang Roma )
Diruangan itu, sedang terlihat Hauver yang menunggu mayat temannya diurus oleh pihak WPO.
' Huff, Ibu dan Liz menunggu dirumah, aku harus cepat-cepat pulang, atau mereka akan khawatir, tapi aku juga tidak bisa meninggalkan Jenazah Seth begitu saja. '
pikirnya dalam hati.
Setelah beberapa saat, pintu Ruang tunggu terbuka.Hauver yang mengira Jenazah temannya telah selesai diurus, berdiri dan bersiap mengambilnya.
Tapi yang dia lihat mengecewakannya, dari pintu bukan terlihat petugas medis WPO, tapi Seorang Pria dan Seorang Wanita. Wanita itu dia sudah tau, dia adalah Serra, namun Pria itu, dia belum pernah melihatnya.
" Chao, Jadi kau Hauver ya, Perkenalkan, Namaku Dulio Giovorno, Ketua WPO Cabang Roma, Salam Kenal~~~ " Pria itu mengulurkan tangannya kepada Hauver, tanpa menggunakan etiket wajib anggota WPO.
" Hauver, Salam kenal. "